Pejuang Kurdi Suriah Direkomendasikan Simpan Senjata AS
A
A
A
WASHINGTON - Empat pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan komandan yang merencanakan penarikan pasukan Amerika dari Suriah merekomendasikan agar para pejuang Kurdi yang memerangan Negara Islam diizinkan untuk mempertahankan senjata yang dipasok Washington. Langkah ini diyakini akan membuat marah sekutu AS di NATO, Turki.
Tiga pejabat, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan rekomendasi tersebut adalah bagian dari diskusi tentang rancangan rencana oleh militer AS. Tidak jelas apa yang akhirnya akan direkomendasikan Pentagon ke Gedung Putih.
"Diskusi masih pada tahap awal di dalam Pentagon dan belum ada keputusan yang dibuat," kata para pejabat. Rencananya kemudian akan disajikan ke Gedung Putih dalam beberapa hari mendatang dengan Presiden AS Donald Trump membuat keputusan akhir.
Trump pekan lalu secara tiba-tiba memerintahkan penarikan lengkap pasukan AS dari Suriah. Keputusan ini menuai kritik luas dan mendorong pengunduran diri Menteri Pertahanan Jim Mattis.
Para pejabat AS mengatakan pengumuman Trump telah mengecewakan komandan AS, yang melihat keputusannya sebagai pengkhianatan terhadap milisi Kurdi YPG, yang telah memimpin perjuangan untuk memberantas Negara Islam dari Suriah timur laut.
Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari pemberontakan Kurdi di Turki. Turki telah mengancam akan melancarkan serangan terhadap YPG, meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan yang dapat membahayakan ratusan ribu warga sipil.
Salah seorang pejabat AS menyatakan Washington mengatakan kepada YPG bahwa mereka akan dipersenjatai oleh Washington sampai perang melawan Negara Islam selesai.
"Pertarungan belum berakhir. Kami tidak bisa mulai meminta senjata itu kembali," kata pejabat itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (29/12/2018).
Usulan untuk meninggalkan senjata yang disediakan AS bersama YPG, yang dapat mencakup rudal anti-tank, kendaraan lapis baja dan mortir, akan meyakinkan sekutu Kurdi bahwa mereka tidak ditinggalkan.
Tetapi Turki ingin AS mengambil kembali senjata itu, sehingga rekomendasi komandan tersebut, jika dikonfirmasi, dapat mempersulit rencana Trump untuk memungkinkan Turki menyelesaikan perang melawan Negara Islam di dalam wilayah Suriah.
Pentagon menyimpan catatan senjata yang telah dipasok ke YPG dan rantai kepemilikan mereka. Namun, pejabat AS mengatakan, hampir tidak mungkin untuk menemukan semua peralatan.
“Bagaimana kita akan mendapatkannya kembali dan siapa yang akan mengambilnya kembali?” tanya salah satu pejabat.
Perdebatan mengenai apakah akan meninggalkan senjata dengan YPG bertepatan dengan kunjungan penasihat keamanan nasional John Bolton ke Turki dan Israel minggu depan untuk pembicaraan di Suriah.
Pada bulan Mei 2017, AS mulai mendistribusikan senjata dan peralatan ke YPG untuk serangan terhadap Raqqa, Ibu Kota de facto dari kekhalifahan yang dideklarasikan sendiri oleh Negara Islam di Irak dan Suriah pada tahun 2014.
AS mengatakan kepada Turki bahwa pihaknya akan mengambil kembali senjata-senjata itu setelah kekalahan Negara Islam, yang telah kehilangan semua wilayah kecuali beberapa irisan wilayah di Suriah timur laut.
"Gagasan bahwa kita dapat memulihkannya adalah gagasan bodoh. Jadi kami meninggalkan mereka di tempat mereka,” kata seorang pejabat AS.
Seseorang yang akrab dengan diskusi rencana penarikan pasukan AS mengatakan Gedung Putih dan Presiden Turki Tayyip Erdogan akan menentang proposal untuk mengizinkan YPG menyimpan senjata yang dipasok AS.
"Rekomendasi adalah penolakan terhadap kebijakan Trump untuk menarik diri dari Suriah," kata orang yang meminta untuk tidak diidentifikasi lebih lanjut.
Turki mengatakan senjata yang dipasok ke YPG di masa lalu berakhir di tangan separatis Kurdi, dan menggambarkan senjata apa pun yang diberikan kepada pemberontak sebagai ancaman terhadap keamanan Turki.
Pembicaraan telepon antara Trump dan Erdogan menyebabkan keputusan untuk menarik semua pasukan AS dari Suriah.
Dalam Pembicaraan dua minggu lalu, Trump telah diharapkan untuk memberikan peringatan standar kepada presiden Turki atas rencananya untuk meluncurkan serangan lintas batas yang menargetkan pasukan Kurdi yang didukung AS di timur laut Suriah, kata para pejabat AS.
Alih-alih, dalam proses pembicaraan, Trump membentuk kembali kebijakan AS di Timur Tengah, meninggalkan seperempat wilayah Suriah dan menyerahkan tugas kepada Turki untuk menyelesaikan Negara Islam di Suriah.
Terkait nasib dari senjata-senjata ini, Pentagon mengatakan akan "tidak pantas" dan terlalu dini untuk berkomentar tentang apa yang akan terjadi dengan senjata.
"Perencanaan sedang berlangsung, dan fokus pada melakukan penarikan pasukan secara sengaja dan terkendali sambil mengambil semua langkah yang mungkin untuk memastikan keselamatan pasukan kita," kata Komandan Sean Robertson, juru bicara Pentagon.
Sementara Gedung Putih memilih untuk tidak berkomentar mengenai hal ini.
Tiga pejabat, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan rekomendasi tersebut adalah bagian dari diskusi tentang rancangan rencana oleh militer AS. Tidak jelas apa yang akhirnya akan direkomendasikan Pentagon ke Gedung Putih.
"Diskusi masih pada tahap awal di dalam Pentagon dan belum ada keputusan yang dibuat," kata para pejabat. Rencananya kemudian akan disajikan ke Gedung Putih dalam beberapa hari mendatang dengan Presiden AS Donald Trump membuat keputusan akhir.
Trump pekan lalu secara tiba-tiba memerintahkan penarikan lengkap pasukan AS dari Suriah. Keputusan ini menuai kritik luas dan mendorong pengunduran diri Menteri Pertahanan Jim Mattis.
Para pejabat AS mengatakan pengumuman Trump telah mengecewakan komandan AS, yang melihat keputusannya sebagai pengkhianatan terhadap milisi Kurdi YPG, yang telah memimpin perjuangan untuk memberantas Negara Islam dari Suriah timur laut.
Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari pemberontakan Kurdi di Turki. Turki telah mengancam akan melancarkan serangan terhadap YPG, meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan yang dapat membahayakan ratusan ribu warga sipil.
Salah seorang pejabat AS menyatakan Washington mengatakan kepada YPG bahwa mereka akan dipersenjatai oleh Washington sampai perang melawan Negara Islam selesai.
"Pertarungan belum berakhir. Kami tidak bisa mulai meminta senjata itu kembali," kata pejabat itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (29/12/2018).
Usulan untuk meninggalkan senjata yang disediakan AS bersama YPG, yang dapat mencakup rudal anti-tank, kendaraan lapis baja dan mortir, akan meyakinkan sekutu Kurdi bahwa mereka tidak ditinggalkan.
Tetapi Turki ingin AS mengambil kembali senjata itu, sehingga rekomendasi komandan tersebut, jika dikonfirmasi, dapat mempersulit rencana Trump untuk memungkinkan Turki menyelesaikan perang melawan Negara Islam di dalam wilayah Suriah.
Pentagon menyimpan catatan senjata yang telah dipasok ke YPG dan rantai kepemilikan mereka. Namun, pejabat AS mengatakan, hampir tidak mungkin untuk menemukan semua peralatan.
“Bagaimana kita akan mendapatkannya kembali dan siapa yang akan mengambilnya kembali?” tanya salah satu pejabat.
Perdebatan mengenai apakah akan meninggalkan senjata dengan YPG bertepatan dengan kunjungan penasihat keamanan nasional John Bolton ke Turki dan Israel minggu depan untuk pembicaraan di Suriah.
Pada bulan Mei 2017, AS mulai mendistribusikan senjata dan peralatan ke YPG untuk serangan terhadap Raqqa, Ibu Kota de facto dari kekhalifahan yang dideklarasikan sendiri oleh Negara Islam di Irak dan Suriah pada tahun 2014.
AS mengatakan kepada Turki bahwa pihaknya akan mengambil kembali senjata-senjata itu setelah kekalahan Negara Islam, yang telah kehilangan semua wilayah kecuali beberapa irisan wilayah di Suriah timur laut.
"Gagasan bahwa kita dapat memulihkannya adalah gagasan bodoh. Jadi kami meninggalkan mereka di tempat mereka,” kata seorang pejabat AS.
Seseorang yang akrab dengan diskusi rencana penarikan pasukan AS mengatakan Gedung Putih dan Presiden Turki Tayyip Erdogan akan menentang proposal untuk mengizinkan YPG menyimpan senjata yang dipasok AS.
"Rekomendasi adalah penolakan terhadap kebijakan Trump untuk menarik diri dari Suriah," kata orang yang meminta untuk tidak diidentifikasi lebih lanjut.
Turki mengatakan senjata yang dipasok ke YPG di masa lalu berakhir di tangan separatis Kurdi, dan menggambarkan senjata apa pun yang diberikan kepada pemberontak sebagai ancaman terhadap keamanan Turki.
Pembicaraan telepon antara Trump dan Erdogan menyebabkan keputusan untuk menarik semua pasukan AS dari Suriah.
Dalam Pembicaraan dua minggu lalu, Trump telah diharapkan untuk memberikan peringatan standar kepada presiden Turki atas rencananya untuk meluncurkan serangan lintas batas yang menargetkan pasukan Kurdi yang didukung AS di timur laut Suriah, kata para pejabat AS.
Alih-alih, dalam proses pembicaraan, Trump membentuk kembali kebijakan AS di Timur Tengah, meninggalkan seperempat wilayah Suriah dan menyerahkan tugas kepada Turki untuk menyelesaikan Negara Islam di Suriah.
Terkait nasib dari senjata-senjata ini, Pentagon mengatakan akan "tidak pantas" dan terlalu dini untuk berkomentar tentang apa yang akan terjadi dengan senjata.
"Perencanaan sedang berlangsung, dan fokus pada melakukan penarikan pasukan secara sengaja dan terkendali sambil mengambil semua langkah yang mungkin untuk memastikan keselamatan pasukan kita," kata Komandan Sean Robertson, juru bicara Pentagon.
Sementara Gedung Putih memilih untuk tidak berkomentar mengenai hal ini.
(ian)