Menlu Iran Bantah Teheran Persenjatai Kelompok Houthi
A
A
A
DOHA - Teheran membantah telah mempersenjatai pemberontak Yaman, Houthi, yang memerangi pasukan pro-pemerintah di negara itu. Hal itu ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif.
"Kami tidak pernah memberikan senjata kepada Houthi. Mereka memiliki senjata yang cukup, mereka tidak membutuhkan senjata dari Iran," kata Zarif pada konferensi kebijakan Forum Doha di Qatar
Dikatakan oleh Zarif bahwa selama ini yang ada hanya dugaan bahwa Iran telah mengirim senjata ke Yaman, sedangkan faktanya adalah ada negara lain yang telah mengirimkan senjata.
"Saya tidak perlu menunjukkan bukti apa pun tentang jet yang terbang di Yaman yang membom Yaman. Itu adalah jet buatan Amerika dan itu adalah pesawat tempur Saudi, saya kira, yang mengemudikan jet-jet itu," ujar Zarif.
"Jika ada tuduhan tentang senjata Iran, ada fakta-fakta tentang senjata AS, fakta-fakta tentang Saudi membom Yaman dengan menakutkan," tambahnya seperti dikutip dari AFP, Minggu (16/12/2018).
Zarif juga mengatakan AS dan sekutunya, Arab Saudi, bertanggung jawab atas "mimpi buruk kemanusiaan" di Yaman yang dilanda perang. Dia juga menuduh Riyadh mencari "ketegangan" dengan Iran.
PBB dalam sebuah laporan menuturkan, dua unit peluncur untuk peluru kendali anti-tank yang ditemukan oleh koalisi Arab di Yaman, tampaknya telah diproduksi di Iran selama 2016 dan 2017.
Baca: PBB Sebut Peluncur Rudal Iran Ditemukan di Yaman
Koalisi Arab melakukan intervensi pada tahun 2015, mendukung pemerintah sah Abedrabbo Mansour Hadi memerangi milisi Houthi yang bersekutu Iran. Kaum Houthi telah dikenakan embargo senjata terpisah sejak 2015. Iran telah berulang kali membantah memasok senjata ke Houthis.
AS telah dengan keras dan tidak berhasil mendorong PBB untuk meminta pertanggungjawaban Iran atas tuduhan bahwa mereka ikut campur dalam perang di Suriah dan Yaman dan di tempat lain di Timur Tengah.
Perang di Yaman dimulai pada tahun 2014 antara pemerintah Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang mendapat dukungan dari koalisi Saudi yang didukung AS, dan pemberontak Houthi yang didukung Iran. Sejak itu konflik menjadi krisis kemanusiaan, dengan puluhan ribu korban dan kelaparan parah yang mengancam nyawa jutaan warga sipil termasuk anak-anak.
"Kami tidak pernah memberikan senjata kepada Houthi. Mereka memiliki senjata yang cukup, mereka tidak membutuhkan senjata dari Iran," kata Zarif pada konferensi kebijakan Forum Doha di Qatar
Dikatakan oleh Zarif bahwa selama ini yang ada hanya dugaan bahwa Iran telah mengirim senjata ke Yaman, sedangkan faktanya adalah ada negara lain yang telah mengirimkan senjata.
"Saya tidak perlu menunjukkan bukti apa pun tentang jet yang terbang di Yaman yang membom Yaman. Itu adalah jet buatan Amerika dan itu adalah pesawat tempur Saudi, saya kira, yang mengemudikan jet-jet itu," ujar Zarif.
"Jika ada tuduhan tentang senjata Iran, ada fakta-fakta tentang senjata AS, fakta-fakta tentang Saudi membom Yaman dengan menakutkan," tambahnya seperti dikutip dari AFP, Minggu (16/12/2018).
Zarif juga mengatakan AS dan sekutunya, Arab Saudi, bertanggung jawab atas "mimpi buruk kemanusiaan" di Yaman yang dilanda perang. Dia juga menuduh Riyadh mencari "ketegangan" dengan Iran.
PBB dalam sebuah laporan menuturkan, dua unit peluncur untuk peluru kendali anti-tank yang ditemukan oleh koalisi Arab di Yaman, tampaknya telah diproduksi di Iran selama 2016 dan 2017.
Baca: PBB Sebut Peluncur Rudal Iran Ditemukan di Yaman
Koalisi Arab melakukan intervensi pada tahun 2015, mendukung pemerintah sah Abedrabbo Mansour Hadi memerangi milisi Houthi yang bersekutu Iran. Kaum Houthi telah dikenakan embargo senjata terpisah sejak 2015. Iran telah berulang kali membantah memasok senjata ke Houthis.
AS telah dengan keras dan tidak berhasil mendorong PBB untuk meminta pertanggungjawaban Iran atas tuduhan bahwa mereka ikut campur dalam perang di Suriah dan Yaman dan di tempat lain di Timur Tengah.
Perang di Yaman dimulai pada tahun 2014 antara pemerintah Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang mendapat dukungan dari koalisi Saudi yang didukung AS, dan pemberontak Houthi yang didukung Iran. Sejak itu konflik menjadi krisis kemanusiaan, dengan puluhan ribu korban dan kelaparan parah yang mengancam nyawa jutaan warga sipil termasuk anak-anak.
(ian)