Turki Pilih S-400 Rusia karena Beli Sistem Rudal Patriot AS Rumit

Minggu, 02 Desember 2018 - 05:46 WIB
Turki Pilih S-400 Rusia...
Turki Pilih S-400 Rusia karena Beli Sistem Rudal Patriot AS Rumit
A A A
ANKARA - Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengungkap alasan mengapa Ankara pada akhirnya memilih membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Menurutnya, Ankara sejatinya sudah mencoba membeli sistem pertahanan Patriot Amerika Serikat (AS), namun gagal karena prosedurnya terlalu rumit.

Menlu Cavusoglu berpendapat keputusan mengakuisisi sistem pertahanan canggih Moskow adalah kesepakatan terbaik ketika Ankara membutuhkan senjata semacam itu.

"S-400 adalah kesepakatan yang sudah selesai. Kami telah menyelesaikan kesepakatan ini dan kami akan membeli S-400 dari Rusia tanpa pertanyaan," katanya pada hari Sabtu.

"Ini adalah apa yang juga kami katakan kepada orang-orang Rusia. Dalam 10 tahun terakhir kami mencoba membeli (sistem pertahanan udara)] dari teman-teman Amerika kami, maksud saya Patriot tetapi tidak berhasil," paparnya.

"Kami memiliki kebutuhan mendesak, itulah mengapa kami membeli S-400. Rusia memberi kami kesepakatan terbaik dan (sekarang) adalah kesepakatan yang dilakukan dan di masa depan mari kita lihat, siapa yang akan membuat proposal terbaik," ujar Cavusoglu kepada wartawan, yang dilansir Sputnik, Minggu (2/12/2018).

Desember lalu, Ankara menandatangani kesepakatan pembelian sistem pertahanan S-400 dari Rusia dengan sebagian besar dibeli dengan pinjaman dana dari Moskow.

Senjata pertahanan itu dibuat Rostec, perusahaan milik negara Rusia. CEO Rostec Sergey Chemezov mengatakan kontrak pengiriman empat set batalion S-400 senilai USD 2,5 miliar sudah disepakati, dengan 55 persen ditutupi dengan pinjaman Rusia.

Diplomat Turki itu juga menyinggung bentrok militer antara Rusia dan Ukraina di Selat Kerch, Laut Hitam. Dia mengatakan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin sudah mengadakan pembicaraan produktif tentang insiden Selat Kerch.

"Kami benar-benar prihatin (atas insiden Selat Kerch) dan Presiden Erdogan menghubungi Putin dan (Presiden Ukraina Petro) Poroshenko untuk de-eskalasi. Presiden Putin hari ini sebenarnya memberi tahu Erdogan apa yang terjadi," ujarnya.

"Putin juga mendukung de-eskalasi. Itu bagus. Jadi saya berharap insiden seperti itu tidak akan terulang lagi. Kami tidak membutuhkan ketegangan lain di lingkungan kami. Ini adalah pembicaraan yang sangat konstruktif mengenai masalah ini antara Presiden Erdogan dan Putin," kata Cavusoglu.

Insiden di Selat Kerch terjadi Minggu lalu. Dinas Keamanan Federal (FSB) FSB mengatakan bahwa kapal perang Berdyansk dan Nikopol dan kapal tunda Yany Kapu milik Ukraina secara ilegal melintasi perbatasan maritim Rusia saat berlayar menuju Selat Kerch, pintu masuk ke Laut Azov. Ketiga kapal itu ditembaki kapal perang Moskow sebelum akhirnya ditangkap bersama para awaknya.

Namun, Ukraina membantah klaim FSB Rusia. Ukraina kini meminta bantuan NATO, terutama Amerika Serikat dan Inggris untuk mengirim kapal perang.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1195 seconds (0.1#10.140)