Negara Mayoritas Muslim Ini Ingin Normalkan Hubungan dengan Israel
A
A
A
TEL AVIV - Presiden Republik Chad Idriss Deby melakukan kunjungan bersejarah ke Israel. Dia ingin negara mayoritas Muslim di Afrika tersebut menormalkan hubungan diplomatik setelah retak selama lebih dari 40 tahun.
"Kita perlu mencairkan es jika mungkin untuk mengatakannya. Masa depan itu penting, termasuk masa depan hubungan kita, masa depan bangsa kita, masa depan Israel dan Afrika," katanya dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, hari Minggu malam.
"Kami di sini dan kami ingin melanjutkan hubungan diplomatik. Negara Anda adalah mitra penting bagi kami," ujar Deby, yang dilansir Times of Israel, Senin (26/11/2018).
Sementara itu, Netanyahu juga menyebut Chad sebagai mitra yang sangat penting bagi Israel.
"Sebagai pemimpin negara Afrika, negara Afrika yang penting, mayoritas penduduknya adalah Muslim, Anda datang ke Israel untuk memperbarui persahabatan kita dan hubungan kita," ujarnya.
"Saya pikir itu adalah bukti dari apa yang akan terjadi dengan yang lain seperti negara-negara di Afrika juga, dan saya percaya bahwa Anda membuka jalan bagi banyak orang lain," lanjut pemimpin Israel tersebut.
Pernyataan kedua pemimpin itu disampaikan setelah keduanya dan Presiden Israel Reuven Rivlin melakukan pembicaraan.
Debby dan Netanyahu mengatakan bahwa terlepas dari keretakan hubungan diplomatik yang terjadi pada tahun 1972, Israel dan Chad tidak pernah sepenuhnya memutuskan kerja sama.
Deby juga mencatat bahwa perang melawan terorisme telah menjadi salah satu bidang terpenting kerja sama bilateral.
"Kita perlu mencairkan es jika mungkin untuk mengatakannya. Masa depan itu penting, termasuk masa depan hubungan kita, masa depan bangsa kita, masa depan Israel dan Afrika," katanya dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, hari Minggu malam.
"Kami di sini dan kami ingin melanjutkan hubungan diplomatik. Negara Anda adalah mitra penting bagi kami," ujar Deby, yang dilansir Times of Israel, Senin (26/11/2018).
Sementara itu, Netanyahu juga menyebut Chad sebagai mitra yang sangat penting bagi Israel.
"Sebagai pemimpin negara Afrika, negara Afrika yang penting, mayoritas penduduknya adalah Muslim, Anda datang ke Israel untuk memperbarui persahabatan kita dan hubungan kita," ujarnya.
"Saya pikir itu adalah bukti dari apa yang akan terjadi dengan yang lain seperti negara-negara di Afrika juga, dan saya percaya bahwa Anda membuka jalan bagi banyak orang lain," lanjut pemimpin Israel tersebut.
Pernyataan kedua pemimpin itu disampaikan setelah keduanya dan Presiden Israel Reuven Rivlin melakukan pembicaraan.
Debby dan Netanyahu mengatakan bahwa terlepas dari keretakan hubungan diplomatik yang terjadi pada tahun 1972, Israel dan Chad tidak pernah sepenuhnya memutuskan kerja sama.
Deby juga mencatat bahwa perang melawan terorisme telah menjadi salah satu bidang terpenting kerja sama bilateral.
(mas)