Menlu Saudi: Laporan Putra Mahkota MBS Takkan Jadi Raja Keterlaluan!

Kamis, 22 November 2018 - 12:24 WIB
Menlu Saudi: Laporan...
Menlu Saudi: Laporan Putra Mahkota MBS Takkan Jadi Raja Keterlaluan!
A A A
RIYADH - Menteri Luar Negeri (menlu) Arab Saudi Adel al-Jubeir mengecam keras laporan yang menyebut para bangsawan kerajaan akan mencegah Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) menjadi raja. Menlu Jubeir mengatakan, kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi adalah insiden yang tidak menguntungkan kerajaan.

Menurutnya, setiap diskusi yang mengatakan bahwa Putra Mahkota bertanggung jawab dan tidak mungkin mengambil takhta sudah keterlaluan.

Dalam serangkaian wawancara pada hari Rabu, Adel al-Jubeir menegaskan kembali bahwa seruan agar Pangeran Mohammed bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi sudah menerobos "garis merah".

"Kami tidak akan mentoleransi diskusi apa pun yang meremehkan raja kami atau putra mahkota kami," kata Jubeir kepada BBC, yang dikutip Kamis (22/11/2018).

Kepada stasiun CNBC Amerika Serikat (AS), Jubeir dengan gigih membela Pangeran Mohammed meskipun penilaian CIA yang bocor ke media menyatakan ada "kemungkinan besar" bahwa MBS memerintahkan pembunuhan itu.

"Kami telah membuatnya sangat jelas bahwa pemerintah Arab Saudi tidak terlibat dalam hal ini dan putra mahkota tidak terlibat dalam hal ini sama sekali," katanya.

Lebih lanjut diplomat top Saudi itu menyinggung laporan kantor berita Reuters pada awal pekan ini yang mengutip sumber-sumber di Saudi yang mengatakan para bangsawan akan mencegah Pangeran Mohammed naik takhta ketika ayahnya, Raja Salman, 82, meninggal suatu hari nanti.

"Ini adalah komentar keterlaluan yang telah dibuat dan sama sekali tidak dapat diterima. Kerajaan Arab Saudi berkomitmen untuk kepemimpinannya," katanya.

"Putra Mahkota memiliki kepercayaan dari setiap warga negara Saudi, termasuk Raja Salman. Putra Mahkota adalah arsitek dan kekuatan pendorong di belakang program reformasi di Arab Saudi dan Visi 2030," kata Jubeir kepada CBS.

Khashoggi, jurnalis Arab Saudi yang belakangan mengkiritik pemerintah Riyadh dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober.

Pemerintah Saudi melalui jaksa penuntut umum mengatakan pembunuhan terhadap jurnalis itu merupakan "operasi nakal" yang melibatkan sekitar 21 orang. Lima tersangka utama akan dituntut hukuman mati.

"Kami telah membuat itu sangat jelas. Kami memiliki penyelidikan yang sedang berlangsung dan kami akan menghukum orang-orang yang bertanggung jawab untuk ini," tegas Menlu Jubeir.

Presiden AS Donald Trump mengatakan Amerika Serikat tidak akan mengambil tindakan hukuman terhadap kerajaan atau Putra Mahkota atas pembunuhan Khashoggi.

Trump mengatakan AS akan tetap menjadi "mitra setia" Arab Saudi. Trump tidak akan membatalkan kontrak penjualan senjata kepada Saudi yang bernilai puluhan miliaran dolar.

"Jika kita dengan bodoh membatalkan kontrak ini, Rusia dan China akan menjadi penerima manfaat yang sangat besar," kata Trump.

Menteri Pertahanan AS James Mattis menegaskan kembali pendirian Trump untuk berdiri bersama Kerajaan Saudi. "Dalam urusan Khashoggi, presiden tidak sering mendapatkan kebebasan untuk bekerja dengan mitra yang tidak tercela dalam semua hal," kata Mattis.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4276 seconds (0.1#10.140)