13 Negara Tertarik Beli S-400 Rusia daripada Sistem Rudal AS
A
A
A
WASHINGTON - Setidaknya 13 negara telah menyatakan minatnya untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia daripada senjata pertahanan buatan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS). Data ini berasal dari intelijen Amerika Serikat yang diungkap CNBC , hari Kamis.
Salah satu sumber yang mengetahui data intelijen tersebut mengatakan Arab Saudi, Qatar, Aljazair, Maroko, Mesir, Vietnam, dan Irak berada di antara negara-negara yang telah membahas rencana pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Moskow.
Data 13 negara itu tak dirilis secara detail. Namun, selain ketujuh negara yang telah disebutkan tersebut, tiga negara lain sudah membeli senjata pertahanan termutakhir Moskow itu. Ketiga negara itu adalah China—sudah dikirim—,Turki dan India yang keduanya masih dalam tahap pengiriman.
Washington tak tinggal diam untuk mengganggu penjualan senjata pertahanan Moskow. Negeri Paman Sam ini sudah melakukan tekanan diplomatik dan memberlakukan sanksi di bawah Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) terhadap negara-negara yang membeli persenjataan Rusia.
China telah terkena sanksi AS karena membeli S-400 dan jet tempur Su-35. Meski dihantui ancaman sanksi Washington, belasan negara itu tetap berambisi untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400.
Pesain senjata pertahanan Moskow itu adalah sistem pertahanan rudal Patriot dan sistem pertahanan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Keduanya produksi Raytheon dan Lockheed Martin.
Pentagon dan Gedung Putih belum bersedia memberikan komentar atas laporan tersebut.
Ditanya mengapa belasan negara berusaha membeli S-400 daripada sistem Patriot atau THAAD Amerika, sumber yang tahu laporan intelijen menjelaskan bahwa militer asing tidak mau mengikuti proses rumit dalam membeli senjata dari AS.
"Banyak dari negara-negara ini tidak ingin menunggu hambatan peraturan AS," katanya.
"S-400 memiliki lebih sedikit pembatasan ekspor dan Kremlin bersedia untuk mempercepat penjualan dengan melewati rintangan peraturan. Ini seperti membelinya dari rak," ujar sumber itu.
Selain itu, meski tidak jelas berapa banyak negara akan membayar untuk kedua sistem rudal Amerika tersebut, senjata Rusia umumnya dianggap lebih murah dan tanpa dukungan perawatan yang banyak.
Sumber kedua yang berbicara dengan CNBC mengatakan bahwa Moskow biasanya dapat memberikan sistem pertahanan itu dalam waktu dua tahun setelah penandatanganan kontrak. Jadwal yang cepat seperti itu tidak mungkin dipenuhi oleh AS.
Sistem S-400—penerus sistem rudal S-200 dan S-300—memulai debutnya di panggung dunia pada tahun 2007. Dibandingkan dengan sistem pertahanan AS, S-400 Rusia mampu melibatkan lebih banyak target, pada rentang yang lebih panjang dan melawan berbagai ancaman secara bersamaan.
Dalam hal kemampuan, lanjut sumber itu, belum ada senjata yang sempurna yang menandingi S-400 Moskow.
"Tidak ada sistem AS lain yang dapat menandingi kemampuan S-400 untuk melindungi sebagian besar wilayah udara dalam jarak yang begitu jauh," kata sumber itu, yang tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka kepada media.
S-400 dapat menargetkan target di ketinggian yang sangat tinggi seperti pesawat pembom siluman, pesawat jet tempur, rudal jelajah, amunisi presisi, dan beberapa rudal balistik taktis.
Sumber itu mengatakan, sistem buatan Rusia ini juga mampu bertahan melawan serangan pesawat tak berawak, seperti yang digunakan oleh pemberontak Houthi untuk menghancurkan sebuah baterai sistem rudal Patriot yang digunakan militer Uni Emirat Arab (UEA) pada bulan Februari.
"Ini adalah aspek geopolitik dari penawaran S-400 yang paling menarik," kata Thomas Karako, direktur Proyek Pertahanan Rudal di Center for Strategic and International Studies.
Karako menekankan bahwa meskipun diminati banyak negara, S-400 belum terlihat perannya dalam pertempuran nyata. Sedangkan sistem pertahanan rudal Patriot Amerika sudah dipraktikkan oleh Arab Saudi dan koalisi Arab-nya dalam melawan serangan rudal Houthi Yaman.
"Rusia tampaknya menggunakan penjualan pertahanan udara dalam kerangka politik dan ekonomi yang jauh lebih besar," kata Karako. "Dalam beberapa kasus, pembelian S-400 terlihat sedikit seperti apa yang orang-orang Romawi kuno sebut sebagai upeti."
Salah satu sumber yang mengetahui data intelijen tersebut mengatakan Arab Saudi, Qatar, Aljazair, Maroko, Mesir, Vietnam, dan Irak berada di antara negara-negara yang telah membahas rencana pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Moskow.
Data 13 negara itu tak dirilis secara detail. Namun, selain ketujuh negara yang telah disebutkan tersebut, tiga negara lain sudah membeli senjata pertahanan termutakhir Moskow itu. Ketiga negara itu adalah China—sudah dikirim—,Turki dan India yang keduanya masih dalam tahap pengiriman.
Washington tak tinggal diam untuk mengganggu penjualan senjata pertahanan Moskow. Negeri Paman Sam ini sudah melakukan tekanan diplomatik dan memberlakukan sanksi di bawah Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) terhadap negara-negara yang membeli persenjataan Rusia.
China telah terkena sanksi AS karena membeli S-400 dan jet tempur Su-35. Meski dihantui ancaman sanksi Washington, belasan negara itu tetap berambisi untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400.
Pesain senjata pertahanan Moskow itu adalah sistem pertahanan rudal Patriot dan sistem pertahanan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Keduanya produksi Raytheon dan Lockheed Martin.
Pentagon dan Gedung Putih belum bersedia memberikan komentar atas laporan tersebut.
Ditanya mengapa belasan negara berusaha membeli S-400 daripada sistem Patriot atau THAAD Amerika, sumber yang tahu laporan intelijen menjelaskan bahwa militer asing tidak mau mengikuti proses rumit dalam membeli senjata dari AS.
"Banyak dari negara-negara ini tidak ingin menunggu hambatan peraturan AS," katanya.
"S-400 memiliki lebih sedikit pembatasan ekspor dan Kremlin bersedia untuk mempercepat penjualan dengan melewati rintangan peraturan. Ini seperti membelinya dari rak," ujar sumber itu.
Selain itu, meski tidak jelas berapa banyak negara akan membayar untuk kedua sistem rudal Amerika tersebut, senjata Rusia umumnya dianggap lebih murah dan tanpa dukungan perawatan yang banyak.
Sumber kedua yang berbicara dengan CNBC mengatakan bahwa Moskow biasanya dapat memberikan sistem pertahanan itu dalam waktu dua tahun setelah penandatanganan kontrak. Jadwal yang cepat seperti itu tidak mungkin dipenuhi oleh AS.
Sistem S-400—penerus sistem rudal S-200 dan S-300—memulai debutnya di panggung dunia pada tahun 2007. Dibandingkan dengan sistem pertahanan AS, S-400 Rusia mampu melibatkan lebih banyak target, pada rentang yang lebih panjang dan melawan berbagai ancaman secara bersamaan.
Dalam hal kemampuan, lanjut sumber itu, belum ada senjata yang sempurna yang menandingi S-400 Moskow.
"Tidak ada sistem AS lain yang dapat menandingi kemampuan S-400 untuk melindungi sebagian besar wilayah udara dalam jarak yang begitu jauh," kata sumber itu, yang tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka kepada media.
S-400 dapat menargetkan target di ketinggian yang sangat tinggi seperti pesawat pembom siluman, pesawat jet tempur, rudal jelajah, amunisi presisi, dan beberapa rudal balistik taktis.
Sumber itu mengatakan, sistem buatan Rusia ini juga mampu bertahan melawan serangan pesawat tak berawak, seperti yang digunakan oleh pemberontak Houthi untuk menghancurkan sebuah baterai sistem rudal Patriot yang digunakan militer Uni Emirat Arab (UEA) pada bulan Februari.
"Ini adalah aspek geopolitik dari penawaran S-400 yang paling menarik," kata Thomas Karako, direktur Proyek Pertahanan Rudal di Center for Strategic and International Studies.
Karako menekankan bahwa meskipun diminati banyak negara, S-400 belum terlihat perannya dalam pertempuran nyata. Sedangkan sistem pertahanan rudal Patriot Amerika sudah dipraktikkan oleh Arab Saudi dan koalisi Arab-nya dalam melawan serangan rudal Houthi Yaman.
"Rusia tampaknya menggunakan penjualan pertahanan udara dalam kerangka politik dan ekonomi yang jauh lebih besar," kata Karako. "Dalam beberapa kasus, pembelian S-400 terlihat sedikit seperti apa yang orang-orang Romawi kuno sebut sebagai upeti."
(mas)