Capres Sayap Kanan Diprediksi Menang

Senin, 08 Oktober 2018 - 15:05 WIB
Capres Sayap Kanan Diprediksi Menang
Capres Sayap Kanan Diprediksi Menang
A A A
BRASILIA - Calon presiden (capres) sayap kanan Jair Bolsonaro diprediksi akan menang pada pemilu presiden yang dilaksanakan pada dua periode.
Selama kampanye, dia berjuang akan memerangi korupsi dan mengurangi tingkat pembunuhan yang meningkat. Sekitar 147 juta rakyat Brasil memberikan suaranya pada pemilu yang paling membelah Brasil dalam beberapa tahun ini.

Jika tidak ada kandidat yang memperoleh lebih dari 50% suara pada pemilu presiden diikuti 13 pasangan capres dan calon wakil presiden (cawapres), maka akan digelar pemilu presiden putaran kedua pada 28 Oktober mendatang.

Selain memiliki presiden, rakyat juga akan memilih seluruh gubernur provinsi Brasil, dua pertiga senator, dan seluruh anggota parlemen.

Melansir BBC, jajak pendapat terakhir menunjukkan 38% pemilih akan memberikan suaranya kepada Bolsonaro. Sedangkan Reuters melaporkan Bolsonaro diprediksi akan meraih 36% suara.

Kemudian jajak pendapat yang dilaksanakan Datafolha memprediksi 32% pemilih akan mendukung Bolsonaro pada pemilu putaran pertama. Datafolha menyebutkan Bolsonaro akan memperoleh 44% pada putaran kedua.

Bolsonaro juga menjual isu keamanan karena pemerintah akan menghukum tegas para penjahat. Dia juga akan melonggarkan hukum kepemilikan senjata. Hukuman mati juga akan diberlakukan kembali.

”Kita membutuhkan langkah tegas menghadapi kejahatan sehingga para penjahat paham bahwa mereka tidak akan mendapatkan pengampunan,” ujar Bolsonaro.

Dia sebelumnya lama tidak mengikuti kampanye karena pernah ditikam pada September lalu saat menyapa para pendukungnya. Lawan utama Bolsonaro adalah capres sayap kiri Partai Pekerja, Fernando Haddad.

Baik Haddad dan Bolsonaro diprediksi akan kembali bertarung pada pemilu presiden putaran kedua. Haddad diprediksi akan memperoleh 22% suara pada pemilu putaran pertama. ”Saya tidak percaya kekerasan, diktator militer atau kurangnya kebebasan,” kata Haddad mengkritik Bolsonaro.

Kritikan itu dianggap wajar karena Bolsonaro merupakan anggota kongres yang berulang kali memuji rezim militer pada 1964-1985. Namun, kini dia justru menjadi politikus prodemokrasi sehingga memicu banyak pertanyaan dari berbagai pihak tentang dirinya.

Bolsonaro pun dianggap sebagai politikus diktator, padahal dia belum pernah berkuasa. Haddad, mantan Wali Kota Sao Paulo, didukung mantan Presiden President Luiz Inacio Lula da Silva. Lula melepaskan jabatan pada 2011 dengan tingkat popularitas yang tinggi.

Dia dipenjara awal tahun ini karena menerima suap dari perusahaan konstruksi. Tapi, dia membantahnya karena upaya itu bertujuan menjegalnya untuk maju kembali pada pemilu. Lula mengirimkan suara dukungan kepada Haddad. ”Harapan untuk mengalahkan ketakutan.

Cinta bisa mengalahkan kebencian. Dan kebenaran akan mengalahkan kebohongan. Kebenaransaatiniadalahmenyerukan Haddad,” ucap Lula.

Pemilu dibuka pada pukul 08.00 pagi dan ditutup pada pukul 17.00 sore. Exit poll akan diumumkan pada 19.00 malam waktu setempat. Hasil pemilu akan diumumkan secepatnya karena Brasil menggunakan sistem pemungutan elektronik.

Sebanyak 147 juta pemilih akan memilih presiden, 513 anggota Kongres, dua pertiga anggota Senat yang berjumlah 81 orang, gubernur serta anggota parlemen regional di 27 provinsi.

Dua pertiga elektoral berkonsentrasi di wilayah Brasil bagian selatan dan tenggara, seperti Sao Paulo dan Rio Janeiro. Di sana, Bolsonaro memimpin perolehan suara. Sedangkan pemilih di wilayah Brasil Timur Laut umumnya memiliki kedekatan dengan Partai Pekerja.

Pemilu kali merupakan pesta demokrasi yang paling terpolarisasi sejak berakhirnya kekuasaan militer pada 1985. Bolsonaro didukung sekelompok pensiunan jenderal yang mengkritik pemerintahan Partai Pekerja sejak 2003-2016.

Dia juga kerap menyuarakan agar militer perlu mengintervensi jika korupsi terus berlanjut. Pada kampanye terakhirnya melalui live streaming Facebook pada Sabtu malam (6/10), Bolsonaro, 63, mengajak rakyat Brasil untuk membantunya membersihkan sistem politik.

Dia ingin membangun pemerintahan Brasil yang lebih baik untuk mengelola sumber kekayaan alam dan pertanian.

”Kita memiliki segalanya. Apa yang dibutuhkan adalah politikus yang berkomitmen untuk negara mereka dan bukan untuk kepentingan partai,” kata Bolsonaro dilansir Reuters. Dia tidak bisa maksimal pada kampanye pemilu karena ditusuk saat kampanye.

Dia melaksanakan dua kali operasi bedah. Tidak jelas juga bagaimana dia akan berkampanye jika pemilu putaran kedua akan digelar. Bolsonaro selalu menyamakan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Dia mengabaikan tuduhan palsu yang menyebutkan dia sebagai politikus rasis dan homofobia. Pemerintahan Bolsonaro akan mempercepat privatisasi perusahaan negara untuk mengurangi defisit anggaran Brasil dan memperlonggar kontrol lingkungan untuk tambah dan pertanian.

Dia juga akan menggagalkan legalisasi aborsi, narkoba, dan pernikahan sesama jenis. Haddad yang merepresentasikan dirinya sebagai politikus moderat dan bertanggung jawab secara fiskal.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7335 seconds (0.1#10.140)