Profesor Anti-Israel Jadi Pemenang Hadiah Nobel Kimia

Kamis, 04 Oktober 2018 - 02:18 WIB
Profesor Anti-Israel Jadi Pemenang Hadiah Nobel Kimia
Profesor Anti-Israel Jadi Pemenang Hadiah Nobel Kimia
A A A
WASHINGTON - George Smith, profesor di Amerika Serikat (AS) anggota Jewish Voice for Peace yang terkenal sebagai penentang berdirinya negara Israel, menjadi salah satu pemenang Hadiah Nobel Kimia 2018. Jewish Voice for Peace merupakan kelompok Yahudi pro-Palestina.

Smith jadi pemenang Hadiah Nobel Kimia bersama bersama dua peneliti yang telah bekerja sama dengan para ilmuwan Israel. Ketiganya dianugerahi penghargaan karena "memanfaatkan kekuatan evolusi" untuk menghasilkan enzim dan antibodi yang telah menghasilkan obat baru dan biofuel.

Setengah dari hadiah 9 juta-kronor (USD1,01 juta) diberikan kepada Frances Arnold dari Institut Teknologi California. Sedangkan separuh lainnya diberikan kepada George Smith dari University of Missouri dan Gregory Winter dari laboratorium biologi molekuler MRC di Cambridge, Inggris.

Smith, seorang pensiunan profesor biologi, menyebut dirinya "pasca-Zionis". Dia menyebabkan kemarahan pada tahun 2015 ketika universitas awalnya membiarkan dia mengajar mata kuliah yang disebut "Perspektif tentang Zionisme" yang kemudian dibatalkan.

Dia telah menulis banyak kolom yang berisi perlawanannya terhadap negara Yahudi. Dia bahkan anggota dari beberapa organisasi anti-Yahudi Israel, meskipun dia mengaku bukan orang Yahudi.

"Saya tidak religius atau Yahudi sejak lahir. Tetapi istri saya adalah orang Yahudi dan putra-putra kami adalah bar-mitzvahed, dan saya sangat terlibat dengan budaya dan politik Yahudi," tulis dia dalam biografi di situs anti-Israel, Mondoweiss, di mana dia telah menulis beberapa kolom dalam enam tahun terakhir.

Dalam karya terbarunya, ia mencerca lagu Israel yang terkenal; “God of God” yang ditulis oleh Naomi Shemer.

Pada 2012, dia menulis sebuah opini di Columbia Daily Tribune yang menuduh Israel melakukan penindasan sistematis dan perampasan hak orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Smith juga menyerukan AS untuk mengakhiri penjualan senjata ke Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Pada tahun 2017, dia menulis tentang Deklarasi Balfour 1917, yang membuka jalan bagi pembentukan Negara Israel. Dia menggambarkan deklarasi itu sebagai "pasal kotor dalam ketidakadilan oleh pemukim-kolonialis".

Arnold, dari Institut Teknologi California, berbeda dengan Smith. Pada bulan Juni, dia mengunjungi Israel untuk konferensi kimia di Yerusalem.

Sedangkan Gregory Winter dari Laboratorium Biologi Molekuler MRC di Cambridge, Inggris, berada di Dewan Sains Inggris-Israel, yang mengumpulkan para ahli dari kedua negara.

Royal Swedish Academy of Sciences, yang mengumumkan para pemenang Hadiah Nobel Ilmu Pengetahun pada hari Rabu, mengatakan Arnold melakukan evolusi enzim yang pertama, yang penggunaannya termasuk "manufaktur bahan kimia yang lebih ramah lingkungan seperti farmasi dan produksi bahan bakar terbarukan".

Smith mengembangkan metode untuk mengembangkan protein baru dan Winter menggunakan metode ini untuk mengembangkan antibodi. Protein baru ini memerangi penyakit dalam darah.

Ketika dihubungi The Associated Press pada Rabu (3/10/2018), Smith memuji orang lain atas pekerjaan yang menyebabkan terobosannya.

“Sangat sedikit terobosan penelitian yang baru. Hampir semua dari mereka membangun apa yang terjadi sebelumnya. Itu kebetulan saja. Itu tentu saja dengan pekerjaan saya," katanya.

“Punya saya adalah sebuah ide dalam sederetan penelitian yang dibangun sangat alami di garis penelitian yang berlangsung sebelumnya."

Smith mengatakan bahwa dia mengetahui menjadi pemenang hadiah itu setelah menerima panggilan telepon sebelum fajar dari Stockholm. “Ini adalah lelucon standar bahwa seseorang dengan aksen Swedia menelepon; 'bilang Anda menang!' Tapi ada banyak hal statis di telepon, saya tahu itu bukan teman saya," katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4129 seconds (0.1#10.140)