Lukisan Wou Ki terjual Hampir Rp1Triliun
A
A
A
HONG KONG - Lukisan legendaris karya tangan emas Zao Wou Ki memecahkan rekor penjualan di dunia seni rupa Asia. Karya abstrak berjudul Juin-Octobre 1985 ciptaannya sukses terjual seharga HKD510 juta (Rp971,7 miliar, kurs 1.905 per Hong Kong dolar) di rumah lelang Sot heby’s Hong Kong,Minggu (30/10) waktu setempat.
Di antara karya seni lainnya, lukisan Juin-Octobre 1985 menjadi karya seni terunik yang paling banyak menarik perhatian kolektor pada akhir pekan lalu. Lukisan lainnya yang juga diburu banyak kolektor ialah Portrait of AE karya seniman Jepang, Yoshitomo Nara. Lukisan itu terjual senilai HKD26,5 juta (Rp50,5 miliar).
“Dengan begitu banyaknya tarif baru karya seni yang melampaui target pada malam ini (30/10) hingga terciptanya rekor memukau Juin-Octobre 1985, saya kira ini membuktikan keinginan besar warga Asia untuk memiliki karya seni kontemporer dan modern,” ujar Kepala Sotheby’s Asia Patti Wong dalam siaran pers.
Penjualan Juin-Octobre 1985 menjadi penjualan termahal yang pernah tercatat di Asia. Reputasi Zao di China tidak pernah habis dimakan waktu. Sebagian orang menjulukinya sebagai raja lukis cat minyak dari Asia. Pria yang terlahir di Beijing itu dikenal sebagai pelukis abstrak yang memadukan teknik klasik dan modern.
Total pelelangan pada Minggu malam mencapai HKD1,56 miliar (Rp2,9 triliun), termasuk penjualan No. 040 karya Li Chun Shan senilai HKD5,6 juta, Painting Relief karya Richard Lin senilai HKD9,1 juta, Les Villageois karya Nguyen Gia Tri senilai HKD6,1 juta, dan Still No AMark karya Wang Xingwei senilai HKD9,9 juta.
Karya seni lainnya yang dilelang ialah Xuzhen Supermarket karya Xu Zhen dengan harga akhir HKD2 juta. Replika itu menjadi karya seni pertama pada jenisnya yang pernah di lelang di Asia. Xuzhen Super market merupakan ritel yang menjual barang kosong untuk mengkritik keras konsumerisme, kapitalisme, dan periklanan. Selain melelang karya seni Asia, Sotheby’s juga melelang karya seni Eropa dan Amerika.
Karya seni Barat berhasil terjual dengan nilai keseluruhan mencapai HKD200 juta. Lukisan Buste d’homme laure karya Pablo Picasso terjual senilai HKD7,8 juta. Dia menjadi seniman teratas di depan Joan Mitchel, Kaws, dan Anish Kapoor. Lukisan Juin-Octobre 1985 merupakan lukisan terbesar yang pernah dibuat Zao.
Ukuran panjangnya mencapai 10 meter, sedangkan tingginya 2,8 meter. Lukisan triptych atau tiga panel itu dipamerkan di Hong Kong selama 28-30 September. Karya-karya Zao lainnya banyak dikoleksi orang Eropa, Asia, dan Amerika.
“Karya Zao sering dipamerkan di acara retrospektif. Selain mendapat pujian di tingkat institusi, karya Zao memiliki reputasi bagus di pasar pelelangan dan sejajar dengan maestro Barat. Kami terhormat dapat mempersembahkan Juin-Octobre 1985 ,” kata Kepala Seni Modern Asia Sotheby’s Vinci Chang, dilansir artdaily.com.
Lukisan Juin-Octobre 1985 dimiliki dan dibawa arsitek IM Pei untuk menghiasi kompleks Raffles City di Singapura. Pei dan Zao terlahir dari keluarga bankir sukses selama era Republik China. Saat pertama kali bertemu pada 1952 di Galerie Pierre Loeb, Paris, keduanya langsung akrab dan menjadi sahabat lebih dari 60 tahun.
Pei kemudian meminta Zao menciptakan lukisan untuk menghiasi dinding proyeknya. Begitu pun pada 1980, saat Pei dipercaya merancang Raffles City. Menjelang finishing, dia kembali meminta Zao untuk menciptakan lukisan multi panel yang nantinya dipajang di lobi bersama lukisan Ellsworth Kelly dan Kenneth Nolan.
Zao pulang ke Prancis dan menjawab tantangan itu dengan menciptakan Juin-Octobre 1985 selama lima bulan. Lukisan itu langsung dipamerkan kepada publik pada Oktober 1985. Setahun kemudian, lukisan itu resmi dipindahkan ke Raffles City. Sampai 2005, Juin-Octobre 1985 tetap berada di sana, kecuali saat rekonstruksi.
Menilik sejarah, setelah berpisah bertahun-tahun, Zao dipertemukan kembali dengan Zhang Daqiang, seniman lukisan tinta, di Taipei pada 1981. Persahabatannya itu kemungkinan mendorongnya untuk menggunakan teknik dan gaya cipratan khas Zhang. Pola biru-ungu juga menunjukkan Zao terpengaruh Claude Monet.
Sebuah lukisan abad ke-19 karya seniman legendaris Indonesia Raden Saleh (1811-1880) juga pernah berhasil memecahkan rekor. Goresan cat minyaknya berjudul La Chasseau Taureau Sauvage atau Perburuan Banteng terjual senilai 8,9 juta euro di rumah lelang di Kota Vannes, Prancis, pada 27 Januari silam.
Penjualan itu menempatkan lukisan Perburuan Banteng sebagai lukisan termahal di Indonesia yang pernah terjual di rumah lelang. Seperti dilansir The Straits Times, juru lelang Jack-Philippe Ruellan mengtakan bahwa lukisan itu juga dibeli kolektor asal Indonesia. Sayangnya, siapakah kolektor itu tidak diungkapkan.
Di antara karya seni lainnya, lukisan Juin-Octobre 1985 menjadi karya seni terunik yang paling banyak menarik perhatian kolektor pada akhir pekan lalu. Lukisan lainnya yang juga diburu banyak kolektor ialah Portrait of AE karya seniman Jepang, Yoshitomo Nara. Lukisan itu terjual senilai HKD26,5 juta (Rp50,5 miliar).
“Dengan begitu banyaknya tarif baru karya seni yang melampaui target pada malam ini (30/10) hingga terciptanya rekor memukau Juin-Octobre 1985, saya kira ini membuktikan keinginan besar warga Asia untuk memiliki karya seni kontemporer dan modern,” ujar Kepala Sotheby’s Asia Patti Wong dalam siaran pers.
Penjualan Juin-Octobre 1985 menjadi penjualan termahal yang pernah tercatat di Asia. Reputasi Zao di China tidak pernah habis dimakan waktu. Sebagian orang menjulukinya sebagai raja lukis cat minyak dari Asia. Pria yang terlahir di Beijing itu dikenal sebagai pelukis abstrak yang memadukan teknik klasik dan modern.
Total pelelangan pada Minggu malam mencapai HKD1,56 miliar (Rp2,9 triliun), termasuk penjualan No. 040 karya Li Chun Shan senilai HKD5,6 juta, Painting Relief karya Richard Lin senilai HKD9,1 juta, Les Villageois karya Nguyen Gia Tri senilai HKD6,1 juta, dan Still No AMark karya Wang Xingwei senilai HKD9,9 juta.
Karya seni lainnya yang dilelang ialah Xuzhen Supermarket karya Xu Zhen dengan harga akhir HKD2 juta. Replika itu menjadi karya seni pertama pada jenisnya yang pernah di lelang di Asia. Xuzhen Super market merupakan ritel yang menjual barang kosong untuk mengkritik keras konsumerisme, kapitalisme, dan periklanan. Selain melelang karya seni Asia, Sotheby’s juga melelang karya seni Eropa dan Amerika.
Karya seni Barat berhasil terjual dengan nilai keseluruhan mencapai HKD200 juta. Lukisan Buste d’homme laure karya Pablo Picasso terjual senilai HKD7,8 juta. Dia menjadi seniman teratas di depan Joan Mitchel, Kaws, dan Anish Kapoor. Lukisan Juin-Octobre 1985 merupakan lukisan terbesar yang pernah dibuat Zao.
Ukuran panjangnya mencapai 10 meter, sedangkan tingginya 2,8 meter. Lukisan triptych atau tiga panel itu dipamerkan di Hong Kong selama 28-30 September. Karya-karya Zao lainnya banyak dikoleksi orang Eropa, Asia, dan Amerika.
“Karya Zao sering dipamerkan di acara retrospektif. Selain mendapat pujian di tingkat institusi, karya Zao memiliki reputasi bagus di pasar pelelangan dan sejajar dengan maestro Barat. Kami terhormat dapat mempersembahkan Juin-Octobre 1985 ,” kata Kepala Seni Modern Asia Sotheby’s Vinci Chang, dilansir artdaily.com.
Lukisan Juin-Octobre 1985 dimiliki dan dibawa arsitek IM Pei untuk menghiasi kompleks Raffles City di Singapura. Pei dan Zao terlahir dari keluarga bankir sukses selama era Republik China. Saat pertama kali bertemu pada 1952 di Galerie Pierre Loeb, Paris, keduanya langsung akrab dan menjadi sahabat lebih dari 60 tahun.
Pei kemudian meminta Zao menciptakan lukisan untuk menghiasi dinding proyeknya. Begitu pun pada 1980, saat Pei dipercaya merancang Raffles City. Menjelang finishing, dia kembali meminta Zao untuk menciptakan lukisan multi panel yang nantinya dipajang di lobi bersama lukisan Ellsworth Kelly dan Kenneth Nolan.
Zao pulang ke Prancis dan menjawab tantangan itu dengan menciptakan Juin-Octobre 1985 selama lima bulan. Lukisan itu langsung dipamerkan kepada publik pada Oktober 1985. Setahun kemudian, lukisan itu resmi dipindahkan ke Raffles City. Sampai 2005, Juin-Octobre 1985 tetap berada di sana, kecuali saat rekonstruksi.
Menilik sejarah, setelah berpisah bertahun-tahun, Zao dipertemukan kembali dengan Zhang Daqiang, seniman lukisan tinta, di Taipei pada 1981. Persahabatannya itu kemungkinan mendorongnya untuk menggunakan teknik dan gaya cipratan khas Zhang. Pola biru-ungu juga menunjukkan Zao terpengaruh Claude Monet.
Sebuah lukisan abad ke-19 karya seniman legendaris Indonesia Raden Saleh (1811-1880) juga pernah berhasil memecahkan rekor. Goresan cat minyaknya berjudul La Chasseau Taureau Sauvage atau Perburuan Banteng terjual senilai 8,9 juta euro di rumah lelang di Kota Vannes, Prancis, pada 27 Januari silam.
Penjualan itu menempatkan lukisan Perburuan Banteng sebagai lukisan termahal di Indonesia yang pernah terjual di rumah lelang. Seperti dilansir The Straits Times, juru lelang Jack-Philippe Ruellan mengtakan bahwa lukisan itu juga dibeli kolektor asal Indonesia. Sayangnya, siapakah kolektor itu tidak diungkapkan.
(don)