AS Kirim Pesawat Pembom ke LCS di Tengah Ketegangan dengan China
A
A
A
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) menerbangkan pesawat pengebom B-52 di sekitar Laut China Selatan (LCS) pekan ini. Tindakan ini adalah sebuah langkah yang kemungkinan akan menyebabkan kemarahan Beijing di tengah ketegangan yang meningkat antara kedua negara.
Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Dave Eastburn, mengatakan bahwa pengebom B-52 berpartisipasi dalam operasi gabungan yang dijadwalkan secara rutin di sekitar Laut Cina Selatan.
"Acara rutin ini dirancang untuk meningkatkan kesiapan dan interoperabilitas kami dengan mitra dan sekutu kami di wilayah ini," kata Eastburn.
"Militer Amerika Serikat akan terus berlayar dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan pada waktu dan tempat yang kami pilih," tambah Eastburn seperti dikutip dari Reuters, Kamis (27/9/2018).
Penerbangan semacam itu biasa dilakukan, tetapi biasanya membuat Beijing marah. Pada bulan Juni, kementerian luar negeri China mengatakan tidak ada kapal militer atau pesawat yang dapat menakut-nakuti Beijing dari tekadnya untuk melindungi wilayahnya setelah dua pembom Angkatan Udara AS B-52 terbang di dekat pulau yang disengketakan di LCS.
AS dan China sering berdebat tentang militerisasi LCS, di mana China, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina semuanya memiliki klaim yang sama.
Baru-baru ini China menolak permintaan untuk kapal perang AS mengunjungi Hong Kong di tengah meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington tentang perdagangan dan keputusan AS untuk menjatuhkan sanksi terhadap militer negara Asia itu.
China memanggil duta besar AS di Beijing dan menunda pembicaraan militer bersama sebagai protes terhadap keputusan AS menjatuhkan sanksi kepada sebuah badan militer China dan direkturnya untuk pembelian jet tempur Rusia dan sistem rudal permukaan-ke-udara.
AS dan China terlibat dalam perang dagang, dipicu oleh tuduhan Trump bahwa China telah lama berupaya mencuri kekayaan intelektual AS, membatasi akses ke pasarnya sendiri dan secara tidak adil memberikan subsidi kepada perusahaan milik negara.
Presiden AS Donald Trump juga menuduh China berusaha ikut campur dalam pemilihan kongres AS pada 6 November. Trump mengatakan bahwa Beijing tidak ingin Partai Republiknya berjalan dengan baik karena sikapnya yang garang terhadap perdagangan.
Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Dave Eastburn, mengatakan bahwa pengebom B-52 berpartisipasi dalam operasi gabungan yang dijadwalkan secara rutin di sekitar Laut Cina Selatan.
"Acara rutin ini dirancang untuk meningkatkan kesiapan dan interoperabilitas kami dengan mitra dan sekutu kami di wilayah ini," kata Eastburn.
"Militer Amerika Serikat akan terus berlayar dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan pada waktu dan tempat yang kami pilih," tambah Eastburn seperti dikutip dari Reuters, Kamis (27/9/2018).
Penerbangan semacam itu biasa dilakukan, tetapi biasanya membuat Beijing marah. Pada bulan Juni, kementerian luar negeri China mengatakan tidak ada kapal militer atau pesawat yang dapat menakut-nakuti Beijing dari tekadnya untuk melindungi wilayahnya setelah dua pembom Angkatan Udara AS B-52 terbang di dekat pulau yang disengketakan di LCS.
AS dan China sering berdebat tentang militerisasi LCS, di mana China, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina semuanya memiliki klaim yang sama.
Baru-baru ini China menolak permintaan untuk kapal perang AS mengunjungi Hong Kong di tengah meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington tentang perdagangan dan keputusan AS untuk menjatuhkan sanksi terhadap militer negara Asia itu.
China memanggil duta besar AS di Beijing dan menunda pembicaraan militer bersama sebagai protes terhadap keputusan AS menjatuhkan sanksi kepada sebuah badan militer China dan direkturnya untuk pembelian jet tempur Rusia dan sistem rudal permukaan-ke-udara.
AS dan China terlibat dalam perang dagang, dipicu oleh tuduhan Trump bahwa China telah lama berupaya mencuri kekayaan intelektual AS, membatasi akses ke pasarnya sendiri dan secara tidak adil memberikan subsidi kepada perusahaan milik negara.
Presiden AS Donald Trump juga menuduh China berusaha ikut campur dalam pemilihan kongres AS pada 6 November. Trump mengatakan bahwa Beijing tidak ingin Partai Republiknya berjalan dengan baik karena sikapnya yang garang terhadap perdagangan.
(ian)