Demonstran Irak Serbu Perusahaan Rusia dan Sandera Karyawan
A
A
A
BAGHDAD - Aksi demonstrasi yang berubah menjadi kerusuhan Irak di Basra telah menyebar ke ladang minyak terdekat, di mana raksasa minyak asal Rusia Lukoil menjadi pemangku kepentingan utama. Para pengunjuk rasa menyerbu dan menyandera dua karyawan sebelum kemudian membebaskan mereka tanpa cedera.
Sumber di dalam perusahaan energi Rusia dan sumber polisi setempat mengatakan massa memaksa masuk ke fasilitas pengolahan air yang terkait dengan ladang minyak West Qurna-2 yang dikelola oleh Lukoil. Para demonstran kemudian menyandera dua karyawan. Namun, kurang dari satu jam kemudian para demonstran meninggalkan fasilitas itu secara damai dan membebaskan kedua karyawan.
"Tidak ada karyawan Lukoil yang terluka dalam insiden itu," kata seorang sumber seperti dikutip Russia Today dari kantor berita Rusia RIA Novosti, Sabtu (8/9/2018).
Aksi demonstrasi ini terjadi ketika pemerintah Irak dilaporkan memberlakukan keadaan darurat di provinsi Basra sehubungan dengan kerusuhan.
Terletak 65 kilometer barat laut dari kota selatan Basra, ladang minyak West Qurna-2 adalah salah satu ladang minyak terbesar di Irak dan dunia. Lukoil mendapatkan kontrak untuk mengelola ladang minyak itu pada tahun 2009. Hanya dua hari yang lalu, perusahaan menandatangani rencana pengembangan baru untuk West Qurna-2.
Gangguan berkelanjutan dari fasilitas kerja selama tiga hari cukup untuk sepenuhnya menutup ladang minyak.
Protes-protes keras di Basra meletus awal pekan ini dan sejak itu telah menyebabkan sedikitnya 11 orang tewas. Para perusuh mengekspresikan ketidakpuasan mereka atas kekurangan air, listrik dan pekerjaan. Mereka telah menyerbu gedung-gedung pemerintah, serta markas besar partai-partai politik yang memiliki hubungan dengan Iran.
Konsulat Iran di Basra sendiri diserbu dan dibakar oleh demonstran pada hari Jumat kemarin. Menanggapi kerusuhan itu, para pejabat keamanan Irak memberlakukan jam malam di seluruh kota.
Sementara itu, para pemimpin protes dilaporkan mengumumkan penghentian demonstrasi di wilayah itu, menurut Al Arabiya.
Sumber di dalam perusahaan energi Rusia dan sumber polisi setempat mengatakan massa memaksa masuk ke fasilitas pengolahan air yang terkait dengan ladang minyak West Qurna-2 yang dikelola oleh Lukoil. Para demonstran kemudian menyandera dua karyawan. Namun, kurang dari satu jam kemudian para demonstran meninggalkan fasilitas itu secara damai dan membebaskan kedua karyawan.
"Tidak ada karyawan Lukoil yang terluka dalam insiden itu," kata seorang sumber seperti dikutip Russia Today dari kantor berita Rusia RIA Novosti, Sabtu (8/9/2018).
Aksi demonstrasi ini terjadi ketika pemerintah Irak dilaporkan memberlakukan keadaan darurat di provinsi Basra sehubungan dengan kerusuhan.
Terletak 65 kilometer barat laut dari kota selatan Basra, ladang minyak West Qurna-2 adalah salah satu ladang minyak terbesar di Irak dan dunia. Lukoil mendapatkan kontrak untuk mengelola ladang minyak itu pada tahun 2009. Hanya dua hari yang lalu, perusahaan menandatangani rencana pengembangan baru untuk West Qurna-2.
Gangguan berkelanjutan dari fasilitas kerja selama tiga hari cukup untuk sepenuhnya menutup ladang minyak.
Protes-protes keras di Basra meletus awal pekan ini dan sejak itu telah menyebabkan sedikitnya 11 orang tewas. Para perusuh mengekspresikan ketidakpuasan mereka atas kekurangan air, listrik dan pekerjaan. Mereka telah menyerbu gedung-gedung pemerintah, serta markas besar partai-partai politik yang memiliki hubungan dengan Iran.
Konsulat Iran di Basra sendiri diserbu dan dibakar oleh demonstran pada hari Jumat kemarin. Menanggapi kerusuhan itu, para pejabat keamanan Irak memberlakukan jam malam di seluruh kota.
Sementara itu, para pemimpin protes dilaporkan mengumumkan penghentian demonstrasi di wilayah itu, menurut Al Arabiya.
(ian)