Rusia: Dunia Menolak Lupa AS Invasi Irak atas Tuduhan Palsu

Minggu, 05 Februari 2023 - 15:41 WIB
loading...
Rusia: Dunia Menolak...
Colin Powell pidato di DK PBB pada 5 Februari 2003 dengan menunjukkan apa yang dia sampel antraks sebagai senjata pemusnah massal Irak. Bukti itu ternyata palsu, tapi AS terlanjur menginvasi Irak. Foto/REUTERS/Ray Stubblebine
A A A
MOSKOW - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan Amerika Serikat (AS) seharusnya tidak mengharapkan dunia untuk melupakan bahwa Washington menginvasi Irak tahun 2003 dan menggulingkan Presiden Saddam Hussein atas tuduhan palsu.

Ryabkov membuat pernyataan tersebut pada malam peringatan 20 tahun pidato yang terkenal dari Menteri Luar Negeri AS saat itu Colin Powell di Dewan Keamanan PBB, di mana dia menunjukkan dugaan bukti senjata pemusnah massal Irak, termasuk senjata biologis.

Untuk mendukung tuduhan palsunya itu, Powell memamerkan sebotol kecil bubuk putih, yang dianggap mewakili antraks, dan memberi tahu Dewan Keamanan PBB bahwa AS tidak punya pilihan lain selain berperang. Faktanya, tidak ada senjata pemusnah massal yang pernah ditemukan di Irak.



"Aksi Powell di PBB telah lama menjadi lambang kemunafikan dan keyakinan elite penguasa AS atas impunitasnya sendiri dan haknya yang tak tertandingi untuk secara angkuh mengajar seluruh dunia,” kata Ryabkov pada Sabtu, seperti dikutip dari RIA Novosti, Minggu (5/2/2023).

"Itu juga merupakan simbol dari kesediaan Washington untuk menggunakan kekuatan melawan lawan yang jelas lebih lemah untuk mempertahankan hegemoni globalnya sendiri," lanjut Ryabkov.

Namun, diplomat tersebut bersugesti bahwa—tidak seperti di tahun 2000-an dan selama kampanye pengeboman NATO di Yugoslavia tahun 1999—Washington tidak dapat leluasa bertindak sebagai “bandit internasional” dalam kondisi saat ini.

“Dalam lanskap geopolitik yang berubah dengan cepat, AS sekarang secara objektif tidak dapat menggunakan skenario penggunaan kekuatan setiap kali terasa seperti itu, tanpa menghadapi konsekuensi serius,” katanya, menunjuk pada penerbangan yang memalukan pasukan AS dari Afganistan pada tahun 2021.

Namun, lanjut Ryabkov, seperti yang ditunjukkan oleh "campur tangan" Washington dalam konflik Ukraina, kemunduran ini tidak menghentikan AS untuk menganut cara-cara lamanya.

“Orang Amerika harus menyesuaikan diri dengan rel baru dan menyingkirkan sindrom impunitas yang begitu jelas terwujud selama skandal botol [antraks]. Hal yang sama berlaku untuk memperhitungkan Rusia dan China, serta pemain internasional utama lainnya yang membentuk tatanan dunia multilateral yang lebih adil,” kata Ryabkov.

"AS seharusnya tidak menghargai harapan apa pun bahwa kenangan tentang apa yang terjadi 20 tahun lalu akan terkubur dalam pasir sejarah modern yang bergeser,” pungkasnya.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1637 seconds (0.1#10.140)