Iran Ancam Tingkatkan Aktivitas Nuklirnya

Kamis, 06 September 2018 - 11:43 WIB
Iran Ancam Tingkatkan...
Iran Ancam Tingkatkan Aktivitas Nuklirnya
A A A
TEHERAN - Iran akan kembali menjalankan program nuklirnya dan memperkaya uranium pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya jika Rusia, China, dan kekuatan Eropa mengikuti langkah Amerika Serikat (AS) dan berhenti menghormati perjanjian nuklir 2015. Peringatan itu dikeluarkan Badan Nuklir Iran.

"Kami tidak akan kembali ke tingkat sebelumnya jika rekan kami meninggalkan (kesepakatan nuklir), tetapi malah akan mencapai tingkat yang lebih maju," kata jurubicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi.

"Kami berada pada status yang jauh lebih maju daripada ketika kami menandatangani kesepakatan. Negara ini bergerak maju dalam kegiatan nuklir pada kecepatan yang menguntungkan," imbuhnya seperti dikutip dari Radio Free Europe, Kamis (6/9/2018).

Para pemimpin Iran telah berulang kali mengatakan mereka akan melanjutkan pengayaan uranium tingkat tinggi jika kesepakatan nuklir - yang membatasi kegiatan nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi - berantakan. Pengayaan tingkat tinggi diperlukan untuk menghasilkan uranium yang dapat digunakan dalam senjata nuklir.

Menyusul penarikan diri AS pada bulan Mei, pihak-pihak perjanjian lainnya - Inggris, Perancis, Jerman, Cina, Rusia, dan Uni Eropa - bersumpah untuk terus menghormatinya. Mereka berebut mencari cara untuk menjawab tuntutan Iran bahwa negara itu terus mengalami manfaat ekonomi dari perjanjian yang dijanjikan.

Namun Teheran telah menyatakan meningkatnya skeptisisme bahwa negara-negara tersebut akan dapat melawan efek negatif dari sanksi ekonomi AS yang baru, termasuk penurunan tajam mata uang Iran, yang sudah memukul ekonomi Iran.

Pekan lalu, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Iran harus siap untuk "menyisihkan" perjanjian jika tidak lagi dalam kepentingan nasional negara itu.

Pernyataan itu datang bahkan ketika Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan bahwa Iran terus mematuhi perjanjian itu, meskipun AS mulai mulai memberlakukan kembali sanksi bulan lalu.

Kesepakatan nuklir memungkinkan Iran untuk melanjutkan beberapa kegiatan pengayaan uranium tingkat rendah untuk tujuan sipil. Pernyataan terbaru agensi Iran yang sudah melampaui tingkat yang dicapai sebelum perjanjian 2015 kemungkinan akan memicu skeptisme tentang keefektifan perjanjian nuklir di Washington.

Presiden AS Donald Trump mengatakan dia memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan itu karena dianggap tidak cukup untuk mencegah Iran pada akhirnya mengembangkan kapasitas untuk memproduksi senjata nuklir.

Meskipun ketegangan meningkat antara Washington dan Teheran, Trump mengatakan dia masih terbuka untuk bernegosiasi dengan Iran mengenai kesepakatan nuklir baru. Tawaran ini telah dia buat beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir hanya untuk ditolak oleh Teheran.

Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dia akan bersedia bertemu dengan mitranya dari Iran Hassan Rohani di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York akhir bulan ini.

"Itu mungkin, segalanya mungkin," kata Trump. "Kita akan melihat apa yang terjadi dengan Iran. Apakah mereka ingin bicara atau tidak, itu terserah mereka, bukan terserah saya."

"Iran adalah tempat yang jauh berbeda dari ketika saya mengambil alih kepresidenan," klaim Trump menggambarkan negara itu saat ini dalam kekacauan.

"Ketika saya menjabat, itu hanya masalah berapa lama sampai mereka mengambil alih seluruh Timur Tengah. Sekarang mereka hanya mengkhawatirkan kelangsungan hidup mereka sendiri sebagai sebuah negara," katanya.

Trump akan memimpin pertemuan para pemimpin Dewan Keamanan PBB pada 26 September, dengan tujuan meningkatkan tekanan terhadap Teheran terkait dugaan pelanggaran resolusi dewan PBB.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6871 seconds (0.1#10.140)