Uni Eropa Kucurkan Dana Bantuan untuk Iran, AS Kesal
A
A
A
WASHINGTON - Utusan Amerika Serikat (AS) untuk Iran mengkritik keputusan Uni Eropa (UE) memberikan bantuan Rp301 miliar untuk Teheran. Menurutnya, bantuan itu mengirimkan "pesan yang salah pada waktu yang salah". Ia pun meminta Brussels untuk membantu Washington mengakhiri ancaman Iran terhadap stabilitas global.
"Bantuan asing dari pembayar pajak Eropa melanggengkan kemampuan rezim untuk mengabaikan kebutuhan rakyatnya dan menghambat perubahan kebijakan yang berarti," kata Brian Hook, perwakilan khusus AS untuk Iran, dalam sebuah pernyataan.
"Rakyat Iran menghadapi tekanan ekonomi yang sangat nyata yang disebabkan oleh korupsi, salah urus, dan investasi mendalam pemerintah mereka dalam terorisme dan konflik luar negeri," tambahnya.
"Amerika Serikat dan Uni Eropa harus bekerja sama untuk mencari solusi abadi yang benar-benar mendukung rakyat Iran dan mengakhiri ancaman rezim terhadap stabilitas regional dan global," tukasnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (25/8/2018).
Keputusan Uni Eropa pada hari Kamis untuk memberikan Rp301 miliar dalam bentuk bantuan ke Iran ditujukan untuk mengimbangi dampak sanksi AS. Negara-negara Eropa mencoba untuk menyelamatkan perjanjian nuklir 2015 yang membatasi ambisi nuklir Teheran.
Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir pada bulan Mei dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi terhadap Teheran, bahkan ketika pihak-pihak lain dalam perjanjian tersebut mencoba mencari cara untuk menyelamatkan perjanjian tersebut.
Pendanaan UE adalah bagian dari paket yang lebih luas dari Rp848 miliar yang dialokasikan dalam anggaran UE untuk Iran, yang mengancam akan berhenti mematuhi perjanjian nuklir.
Amerika Serikat sendiri menekan negara lain untuk mematuhi sanksi-sanksinya.
"Lebih banyak uang di tangan para Ayatollah berarti lebih banyak uang untuk melakukan pembunuhan di negara-negara Eropa itu," kata Hook dalam pernyataannya.
Selama kunjungan ke Israel awal pekan ini, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan bahwa kembalinya sanksi AS memiliki efek yang kuat pada ekonomi Iran dan pendapat populer.
Sanksi AS yang dijatuhkan bulan ini menargetkan industri mobil Iran, perdagangan emas dan logam mulia lainnya, serta pembelian dolar AS untuk pembiayaan internasional dan investasi serta hubungan perdagangan. Sanksi yang lebih jauh akan menyusul pada bulan November di sektor perbankan Iran dan ekspor minyak.
"Bantuan asing dari pembayar pajak Eropa melanggengkan kemampuan rezim untuk mengabaikan kebutuhan rakyatnya dan menghambat perubahan kebijakan yang berarti," kata Brian Hook, perwakilan khusus AS untuk Iran, dalam sebuah pernyataan.
"Rakyat Iran menghadapi tekanan ekonomi yang sangat nyata yang disebabkan oleh korupsi, salah urus, dan investasi mendalam pemerintah mereka dalam terorisme dan konflik luar negeri," tambahnya.
"Amerika Serikat dan Uni Eropa harus bekerja sama untuk mencari solusi abadi yang benar-benar mendukung rakyat Iran dan mengakhiri ancaman rezim terhadap stabilitas regional dan global," tukasnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (25/8/2018).
Keputusan Uni Eropa pada hari Kamis untuk memberikan Rp301 miliar dalam bentuk bantuan ke Iran ditujukan untuk mengimbangi dampak sanksi AS. Negara-negara Eropa mencoba untuk menyelamatkan perjanjian nuklir 2015 yang membatasi ambisi nuklir Teheran.
Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir pada bulan Mei dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi terhadap Teheran, bahkan ketika pihak-pihak lain dalam perjanjian tersebut mencoba mencari cara untuk menyelamatkan perjanjian tersebut.
Pendanaan UE adalah bagian dari paket yang lebih luas dari Rp848 miliar yang dialokasikan dalam anggaran UE untuk Iran, yang mengancam akan berhenti mematuhi perjanjian nuklir.
Amerika Serikat sendiri menekan negara lain untuk mematuhi sanksi-sanksinya.
"Lebih banyak uang di tangan para Ayatollah berarti lebih banyak uang untuk melakukan pembunuhan di negara-negara Eropa itu," kata Hook dalam pernyataannya.
Selama kunjungan ke Israel awal pekan ini, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan bahwa kembalinya sanksi AS memiliki efek yang kuat pada ekonomi Iran dan pendapat populer.
Sanksi AS yang dijatuhkan bulan ini menargetkan industri mobil Iran, perdagangan emas dan logam mulia lainnya, serta pembelian dolar AS untuk pembiayaan internasional dan investasi serta hubungan perdagangan. Sanksi yang lebih jauh akan menyusul pada bulan November di sektor perbankan Iran dan ekspor minyak.
(ian)