Ibu Bin Laden: Osama Anak Baik, tapi Orang Mencuci Otaknya
A
A
A
JEDDAH - Ibu Osama Bin Laden, Alia Ghanem, buka suara soal sosok putranya yang dikenal sebagai teroris paling mematikan di dunia yang dibunuh pasukan khusus Amerika Serikat (AS) tahun 2011. Alia juga bicara soal serangan 11 September 2001 atau 9/11 terhadap AS yang dia sebut disengaja oleh putranya.
Alia melakukan wawancara dengan The Guardian di Jeddah untuk memberikan gambaran baru tentang sosok putranya yang tak semestinya disalahkan secara mutlak. Dia mengatakan, Osama Bin Laden yang mendirikan al-Qaeda mengambil jalan yang salah karena orang-orang memengaruhinya. "Dia, entah bagaimana tersesat," ujarnya.
Osama dia lahirkan pertama kali dari suami pertamanya. Namun, dibesarkan oleh suami keduanya, Ghanem.
Dia mengklaim bahwa putranya terjebak di antara budaya kultus dan mengalami cuci otak pada usia muda. "Dia bertemu dengan beberapa orang yang cukup banyak mencuci otaknya di usia awal 20-an tahun. Anda bisa menyebutnya kultus," katanya, yang dilansir Jumat (3/8/2018).
Osama bin Laden belajar ekonomi di King Abdulaziz University di Jeddah."Orang-orang di universitas mengubahnya," kata Alia.
"Dia menjadi orang yang berbeda setelah dia bertemu orang-orang seperti Abdullah Azzam, seorang anggota Ikhwanul Muslimin," lanjut Alia.
"Saya akan selalu mengatakan kepadanya untuk menjauh dari mereka (orang-orang dari universitasnya), dan dia tidak akan pernah mengakui kepada saya apa yang dia lakukan, karena dia sangat mencintai saya."
Alia memuji kepintaran putranya. Menurut Alia, akademis Osama cakap.
Ketika Osama pergi ke Afghanistan tak lama setelah kuliah, keluarganya bangga dengan aksinya yang melawan pendudukan Soviet. Dia kemudian akan pergi ke Sudan, yang menandai awal dari rasa malu dan masalah bagi keluarga Bin Laden.
Osama kembali ke Afghanistan dan keluarganya bertemu dengannya untuk terakhir kalinya pada tahun 1999 di markasnya di luar Kandahar. “Dia sangat senang menerima kami. Dia menunjukkan kita setiap hari di sana. Dia menyembelih seekor hewan dan kami mengadakan pesta, dan dia mengundang semua orang," kata Alia
Alia tidak pernah malu dengan putranya yang dinyatakan sebagai teroris. Dia selalu percaya bahwa organisasi yang dia dambakan itulah yang mengubahnya. "Hidup saya sangat sulit karena dia sangat jauh dari saya," katanya.
Keluarga bin Laden masih tetap di bawah radar badan-badan intelijen dari seluruh dunia. Menjadi salah satu keluarga terkaya di Arab Saudi, mereka ingin melepaskan masa lalunya, tetapi orang-orang takut pada putra Osama bin Laden, Hamza, yang kini dinyatakan sebagai teroris bisa membawa kembali masa lalu yang tidak mengenakkan.
Saudi dan 9/11
Alia Ghanem yakin putranya telah sengaja memutuskan bahwa serangan 9/11 yang menargetkan AS pada tahun 2001 akan mengubah seluruh dunia. Menurutnya, dia sengaja agar Barat melawan negara asalnya, Arab Saudi, yang rezimnya tak dia sukai lantaran jadi sekutu AS.
Dia mengakui bahwa Osama bin Laden mencemari citra Arab Saudi di mata Barat. Pengakuan ini sama dengan komentar para pejabat dan intelektual Saudi tentang apa yang diinginkan bekas pemimpin al-Qaeda itu.
Pernyataan ibu Osama bin Laden juga menegaskan bahwa, dengan merekrut 15 warga Saudi dalam serangan 9/11, Osama memiliki tujuan yang jelas yang disebutkan dalam dokumen CIA dan investigasi Kongres, yakni menciptakan perpecahan antara Timur Tengah dan Barat, khususnya antara Arab Saudi dan AS.
Selama wawancara, Ghanem juga berbicara tentang masa kecilnya di kota pesisir Suriah, Latakia. Dia dibesarkan di sebuah keluarga orang Alawit.
Alia Ghanem kemudian pindah ke Arab Saudi pada pertengahan 1950-an, dan Osama lahir di Riyadh pada 1957. Dia menceraikan ayahnya tiga tahun kemudian, dan menikahi al-Attas, yang kemudian menjadi administrator di kerajaan bin Laden yang masih baru, pada awal 1960-an. Ayah Osama memiliki 54 anak dengan setidaknya 11 istri.
Alia melakukan wawancara dengan The Guardian di Jeddah untuk memberikan gambaran baru tentang sosok putranya yang tak semestinya disalahkan secara mutlak. Dia mengatakan, Osama Bin Laden yang mendirikan al-Qaeda mengambil jalan yang salah karena orang-orang memengaruhinya. "Dia, entah bagaimana tersesat," ujarnya.
Osama dia lahirkan pertama kali dari suami pertamanya. Namun, dibesarkan oleh suami keduanya, Ghanem.
Dia mengklaim bahwa putranya terjebak di antara budaya kultus dan mengalami cuci otak pada usia muda. "Dia bertemu dengan beberapa orang yang cukup banyak mencuci otaknya di usia awal 20-an tahun. Anda bisa menyebutnya kultus," katanya, yang dilansir Jumat (3/8/2018).
Osama bin Laden belajar ekonomi di King Abdulaziz University di Jeddah."Orang-orang di universitas mengubahnya," kata Alia.
"Dia menjadi orang yang berbeda setelah dia bertemu orang-orang seperti Abdullah Azzam, seorang anggota Ikhwanul Muslimin," lanjut Alia.
"Saya akan selalu mengatakan kepadanya untuk menjauh dari mereka (orang-orang dari universitasnya), dan dia tidak akan pernah mengakui kepada saya apa yang dia lakukan, karena dia sangat mencintai saya."
Alia memuji kepintaran putranya. Menurut Alia, akademis Osama cakap.
Ketika Osama pergi ke Afghanistan tak lama setelah kuliah, keluarganya bangga dengan aksinya yang melawan pendudukan Soviet. Dia kemudian akan pergi ke Sudan, yang menandai awal dari rasa malu dan masalah bagi keluarga Bin Laden.
Osama kembali ke Afghanistan dan keluarganya bertemu dengannya untuk terakhir kalinya pada tahun 1999 di markasnya di luar Kandahar. “Dia sangat senang menerima kami. Dia menunjukkan kita setiap hari di sana. Dia menyembelih seekor hewan dan kami mengadakan pesta, dan dia mengundang semua orang," kata Alia
Alia tidak pernah malu dengan putranya yang dinyatakan sebagai teroris. Dia selalu percaya bahwa organisasi yang dia dambakan itulah yang mengubahnya. "Hidup saya sangat sulit karena dia sangat jauh dari saya," katanya.
Keluarga bin Laden masih tetap di bawah radar badan-badan intelijen dari seluruh dunia. Menjadi salah satu keluarga terkaya di Arab Saudi, mereka ingin melepaskan masa lalunya, tetapi orang-orang takut pada putra Osama bin Laden, Hamza, yang kini dinyatakan sebagai teroris bisa membawa kembali masa lalu yang tidak mengenakkan.
Saudi dan 9/11
Alia Ghanem yakin putranya telah sengaja memutuskan bahwa serangan 9/11 yang menargetkan AS pada tahun 2001 akan mengubah seluruh dunia. Menurutnya, dia sengaja agar Barat melawan negara asalnya, Arab Saudi, yang rezimnya tak dia sukai lantaran jadi sekutu AS.
Dia mengakui bahwa Osama bin Laden mencemari citra Arab Saudi di mata Barat. Pengakuan ini sama dengan komentar para pejabat dan intelektual Saudi tentang apa yang diinginkan bekas pemimpin al-Qaeda itu.
Pernyataan ibu Osama bin Laden juga menegaskan bahwa, dengan merekrut 15 warga Saudi dalam serangan 9/11, Osama memiliki tujuan yang jelas yang disebutkan dalam dokumen CIA dan investigasi Kongres, yakni menciptakan perpecahan antara Timur Tengah dan Barat, khususnya antara Arab Saudi dan AS.
Selama wawancara, Ghanem juga berbicara tentang masa kecilnya di kota pesisir Suriah, Latakia. Dia dibesarkan di sebuah keluarga orang Alawit.
Alia Ghanem kemudian pindah ke Arab Saudi pada pertengahan 1950-an, dan Osama lahir di Riyadh pada 1957. Dia menceraikan ayahnya tiga tahun kemudian, dan menikahi al-Attas, yang kemudian menjadi administrator di kerajaan bin Laden yang masih baru, pada awal 1960-an. Ayah Osama memiliki 54 anak dengan setidaknya 11 istri.
(mas)