China Marah Iran Ancam Tutup Selat Hormuz
A
A
A
BEIJING - Iran harus melakukan lebih banyak upaya untuk memastikan stabilitas di Timur Tengah dan bergaul dengan tetangganya. Pernyataan itu dilontarkan diplomat senior China menanggapi peringatan Garda Revolusi Iran yang ingin memblokir pengiriman minyak melalui Selat Hormuz.
Arab Saudi, Irak, dan Kuwait adalah salah satu pemasok minyak paling penting bagi China, sementara Qatar memasok gas alam cair, sehingga setiap penutupan selat akan menimbulkan konsekuensi serius bagi ekonominya.
Namun Beijing harus melangkah hati-hati dengan negara-negara Arab karena China juga memiliki hubungan erat dengan Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani dan beberapa komandan militer senior mengancam akan mengganggu pengiriman minyak dari negara-negara Teluk jika Washington mencoba mencekik ekspor minyak Teheran.
Membawa sepertiga minyak di dunia setiap hari, Selat Hormuz menghubungkan produsen minyak mentah Timur Tengah dengan pasar utama di Asia Pasifik, Eropa, Amerika Utara, dan sekitarnya.
Ditanya tentang ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran, Asisten Menteri Luar Negeri China Chen Xiaodong mengatakan bahwa China dan negara-negara Arab memiliki komunikasi yang erat tentang perdamaian Timur Tengah, termasuk masalah Iran.
"China secara konsisten percaya bahwa negara yang bersangkutan harus berbuat lebih banyak untuk memberi manfaat bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan itu, dan bersama-sama melindungi perdamaian dan stabilitas di sana," kata Chen dalam jumpa pers, menjelang pertemuan puncak utama antara China dan negara-negara Arab di Beijing pekan depan.
"Terutama karena itu adalah sebuah negara di Teluk, ia harus mendedikasikan dirinya untuk menjadi tetangga yang baik dan hidup berdampingan dengan damai," tambahnya.
"China akan terus memainkan peran positif dan konstruktif kami," imbuhnya seperti dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (7/7/2018).
Para menteri dari 21 negara Arab akan menghadiri KTT, serta penguasa Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber al-Sabah. Presiden China Xi Jinping akan memberikan pidato pembukaan pada hari Selasa.
Setelah sebelumnya menjadi pemain kecil dalam beberapa tahun terakhir, China telah meningkatkan keterlibatannya di Timur Tengah sejak Jinping berkuasa enam tahun lalu, termasuk mengirim fregat untuk mengevakuasi warga negara asing dari Yaman pada 2015.
Arab Saudi, Irak, dan Kuwait adalah salah satu pemasok minyak paling penting bagi China, sementara Qatar memasok gas alam cair, sehingga setiap penutupan selat akan menimbulkan konsekuensi serius bagi ekonominya.
Namun Beijing harus melangkah hati-hati dengan negara-negara Arab karena China juga memiliki hubungan erat dengan Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani dan beberapa komandan militer senior mengancam akan mengganggu pengiriman minyak dari negara-negara Teluk jika Washington mencoba mencekik ekspor minyak Teheran.
Membawa sepertiga minyak di dunia setiap hari, Selat Hormuz menghubungkan produsen minyak mentah Timur Tengah dengan pasar utama di Asia Pasifik, Eropa, Amerika Utara, dan sekitarnya.
Ditanya tentang ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran, Asisten Menteri Luar Negeri China Chen Xiaodong mengatakan bahwa China dan negara-negara Arab memiliki komunikasi yang erat tentang perdamaian Timur Tengah, termasuk masalah Iran.
"China secara konsisten percaya bahwa negara yang bersangkutan harus berbuat lebih banyak untuk memberi manfaat bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan itu, dan bersama-sama melindungi perdamaian dan stabilitas di sana," kata Chen dalam jumpa pers, menjelang pertemuan puncak utama antara China dan negara-negara Arab di Beijing pekan depan.
"Terutama karena itu adalah sebuah negara di Teluk, ia harus mendedikasikan dirinya untuk menjadi tetangga yang baik dan hidup berdampingan dengan damai," tambahnya.
"China akan terus memainkan peran positif dan konstruktif kami," imbuhnya seperti dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (7/7/2018).
Para menteri dari 21 negara Arab akan menghadiri KTT, serta penguasa Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber al-Sabah. Presiden China Xi Jinping akan memberikan pidato pembukaan pada hari Selasa.
Setelah sebelumnya menjadi pemain kecil dalam beberapa tahun terakhir, China telah meningkatkan keterlibatannya di Timur Tengah sejak Jinping berkuasa enam tahun lalu, termasuk mengirim fregat untuk mengevakuasi warga negara asing dari Yaman pada 2015.
(ian)