Legislator Korsel: Korut Bangun Kapal Selam Rudal Balistik Baru
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) tengah membangun sebuah kapal selam baru yang mampu membawa tiga rudal balistik. Hal itu diungkapkan oleh seorang anggota parlemen Korea Selatan (Korsel).
"Tidak ada yang berubah di Korea Utara," kata Kim Hack-yong, perwakilan dari Partai Oposisi Korsel, mengutip sumber dari kementerian pertahanan.
Yong mengatakan Pyongyang terus mengoperasikan fasilitas nuklir dan misilnya serta membangun kapal selam baru. Anggota parlemen itu menjelaskan bahwa para pejabat militer percaya bahwa kapal selam itu sedang dibangun di galangan kapal Sinpo di pantai timur Korut.
“Bertentangan dengan suspensi latiham militer bersama Korea-AS, Korea Utara sedang melakukan latihan militer dalam skala yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya," tutur Yong, menambahkan bahwa Korsel harus terus memperkuat kesiapan militernya ketika negosiasi berlanjut seperti dikutip dari Newsweek, Sabtu (7/7/2018).
Komentar legislator Korsel itu muncul ketika Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengunjungi Korut untuk melanjutkan diskusi denuklirisasi. Tuduhan Yong terhadap Pyongyang juga sejalan dengan laporan sebelumnya dari badan keamanan dan citra satelit yang menunjukkan Korut bergerak maju dengan program nuklirnya, meskipun telah berjanji saat pertemuan puncak Kim Jong-un dan Donald Trump di Singapura 12 Juni lalu.
Setelah Trump bertemu Jong-un di Singapura bulan lalu, yang menandai pertama kalinya seorang Presiden AS bertemu dengan kepala pemerintah Korut, presiden AS memuji KTT itu sebagai keberhasilan, menunjukkan ancaman nuklir telah dieliminasi. Sejak itu, Trump mendapat kritik karena memberikan konsesi kepada Pyongyang tanpa mendapatkan balasan yang cukup.
Terutama setelah AS setuju untuk menangguhkan semua latihan militer bersama dengan Korsel, yang Trump sebut sangat provokatif dan mahal. Para pemimpin Korsel secara terbuka mendukung keputusan itu sebagai langkah menuju perdamaian, tetapi banyak di AS telah mengkritik langkah tersebut sebagai konsesi yang tidak perlu.
Senator John McCain menyebut keputusan itu sebagai kesalahan.
"Konsesi yang tidak perlu dan tidak dikonfigurasikan tidak ada dalam kepentingan kita," kata McCain dalam sebuah pernyataan.
"Kita tidak boleh memaksakan pada diri kita sendiri beban penyediaan apa yang disebut konsesi itikad baik sebagai harga untuk dialog lanjutan," imbuhnya.
Penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, mengatakan bahwa AS memiliki rencana untuk membongkar sebagian besar senjata pemusnah massal Korut dalam waktu satu tahun. Pompeo akan menghadirkan kerangka ini selama pertemuannya di Pyongyang pada hari Jumat dan Sabtu.
Namun, para ahli nuklir telah menyatakan bahwa rencana semacam itu sangat tidak realistis, dan kemungkinan mustahil untuk dicapai.
"Tidak ada yang berubah di Korea Utara," kata Kim Hack-yong, perwakilan dari Partai Oposisi Korsel, mengutip sumber dari kementerian pertahanan.
Yong mengatakan Pyongyang terus mengoperasikan fasilitas nuklir dan misilnya serta membangun kapal selam baru. Anggota parlemen itu menjelaskan bahwa para pejabat militer percaya bahwa kapal selam itu sedang dibangun di galangan kapal Sinpo di pantai timur Korut.
“Bertentangan dengan suspensi latiham militer bersama Korea-AS, Korea Utara sedang melakukan latihan militer dalam skala yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya," tutur Yong, menambahkan bahwa Korsel harus terus memperkuat kesiapan militernya ketika negosiasi berlanjut seperti dikutip dari Newsweek, Sabtu (7/7/2018).
Komentar legislator Korsel itu muncul ketika Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengunjungi Korut untuk melanjutkan diskusi denuklirisasi. Tuduhan Yong terhadap Pyongyang juga sejalan dengan laporan sebelumnya dari badan keamanan dan citra satelit yang menunjukkan Korut bergerak maju dengan program nuklirnya, meskipun telah berjanji saat pertemuan puncak Kim Jong-un dan Donald Trump di Singapura 12 Juni lalu.
Setelah Trump bertemu Jong-un di Singapura bulan lalu, yang menandai pertama kalinya seorang Presiden AS bertemu dengan kepala pemerintah Korut, presiden AS memuji KTT itu sebagai keberhasilan, menunjukkan ancaman nuklir telah dieliminasi. Sejak itu, Trump mendapat kritik karena memberikan konsesi kepada Pyongyang tanpa mendapatkan balasan yang cukup.
Terutama setelah AS setuju untuk menangguhkan semua latihan militer bersama dengan Korsel, yang Trump sebut sangat provokatif dan mahal. Para pemimpin Korsel secara terbuka mendukung keputusan itu sebagai langkah menuju perdamaian, tetapi banyak di AS telah mengkritik langkah tersebut sebagai konsesi yang tidak perlu.
Senator John McCain menyebut keputusan itu sebagai kesalahan.
"Konsesi yang tidak perlu dan tidak dikonfigurasikan tidak ada dalam kepentingan kita," kata McCain dalam sebuah pernyataan.
"Kita tidak boleh memaksakan pada diri kita sendiri beban penyediaan apa yang disebut konsesi itikad baik sebagai harga untuk dialog lanjutan," imbuhnya.
Penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, mengatakan bahwa AS memiliki rencana untuk membongkar sebagian besar senjata pemusnah massal Korut dalam waktu satu tahun. Pompeo akan menghadirkan kerangka ini selama pertemuannya di Pyongyang pada hari Jumat dan Sabtu.
Namun, para ahli nuklir telah menyatakan bahwa rencana semacam itu sangat tidak realistis, dan kemungkinan mustahil untuk dicapai.
(ian)