Kepala Intelijen Saudi Cs dan Bos Mossad Lakukan Pertemuan Rahasia
A
A
A
PARIS - Kepala intelijen Arab Saudi, Mesir dan Yordania dilaporkan melakukan pertemuan rahasia dengan Direktur Mossad Yossi Cohen. Pertemuan itu untuk membahas rencana perdamaian Israel-Palestina yang digagas Amerika Serikat (AS).
Pertemuan itu diprakarsai Pensihat Senior Gedung Putih yang juga menantu Presiden Donald Trump; Jared Kushner, dan Utusan AS untuk Timur Tengah Jason Greenblatt.
Laporan pertemuan para kepala intelijen itu diungkap situs Intelligence Online yang berbasis di Prancis.
Menurut laporan itu, Kepala Badan Keamanan dan Intelijen Palestina, Majid Faraj, juga hadir dalam pertemuan. Namun, versi kantor berita Palestina, Maan, Sabtu (30/6/2018), Otoritas Palestina (PA) menolak mengirim kepala intelijen ke pertemuan rahasia tersebut.
Laporan Intelligence Online yang dirilis hari Kamis itu tidak menyebutkan tanggal dan lokasi pertemuan para bos intelijen. Sedangkan stasiun radio Arutz Sheva Israel mengatakan pertemuan diadakan sepuluh hari yang lalu.
Bulan lalu, Haaretz melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertemu dengan Majid Faraj di tengah boikot Palestina terhadap pemerintahan Trump setelah presiden AS itu mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Pertemuan yang tak dikonfirmasi kedua pihak itu disebut-sebut terjadi saat Presiden Palestina Mahmoud Abbas dirawat di rumah sakit. Menurut Haaretz, Washington berusaha menjamin stabilitas di pihak Palestina setelah Abbas meninggalkan panggung politik atau lengser.
Mesir, Yordania dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi di bawah Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, Riyadh telah melunakkan sikapnya. Para pejabat tinggi Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengakui bahwa meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Saudi, Israel memiliki "kontak" dengan Riyadh yang telah dirahasiakan secara umum.
Sebelumnya, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Yordania dilaporkan telah memberi lampu hijau untuk rencana AS untuk proses perdamaian Israel-Palestina terlepas dari penolakan Palestina terhadap Washington sebagai mediator.
Pekan lalu, Kushner mengatakan kepada surat kabar Palestina, Al Quds, bahwa dia siap untuk bekerja sama dengan Abbas untuk menyusun rencana perdamaian.
"Jika Presiden Abbas siap untuk kembali ke meja perundingan, maka kami siap untuk berpartisipasi dalam diskusi, tetapi jika itu tidak terjadi, maka kami akan membuat rencana publik," kata Kushner."Rencana akan siap segera."
"Abbas takut kami akan merilis rencana perdamaian kami dan rakyat Palestina akan benar-benar menyukainya," ujar menantu Trump ini.
Menanggapi kunjungan Kushner dan Greenblatt ke Timur Tengah, Abbas menyatakan bahwa delegasi Amerika harus menyadari bahwa tidak ada gunanya mencari alternatif dan ilusi yang dimaksudkan untuk membagi tanah air Palestina.
Ketegangan antara Israel dan Palestina semakin meningkat sejak Desember 2017 setelah pemerintahan Trump mengakui kota suci Yerusalem yang disengketakan sebagai Ibu Kota Israel. Pemerintah Trump juga telah merelokasi kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Pertemuan itu diprakarsai Pensihat Senior Gedung Putih yang juga menantu Presiden Donald Trump; Jared Kushner, dan Utusan AS untuk Timur Tengah Jason Greenblatt.
Laporan pertemuan para kepala intelijen itu diungkap situs Intelligence Online yang berbasis di Prancis.
Menurut laporan itu, Kepala Badan Keamanan dan Intelijen Palestina, Majid Faraj, juga hadir dalam pertemuan. Namun, versi kantor berita Palestina, Maan, Sabtu (30/6/2018), Otoritas Palestina (PA) menolak mengirim kepala intelijen ke pertemuan rahasia tersebut.
Laporan Intelligence Online yang dirilis hari Kamis itu tidak menyebutkan tanggal dan lokasi pertemuan para bos intelijen. Sedangkan stasiun radio Arutz Sheva Israel mengatakan pertemuan diadakan sepuluh hari yang lalu.
Bulan lalu, Haaretz melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertemu dengan Majid Faraj di tengah boikot Palestina terhadap pemerintahan Trump setelah presiden AS itu mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Pertemuan yang tak dikonfirmasi kedua pihak itu disebut-sebut terjadi saat Presiden Palestina Mahmoud Abbas dirawat di rumah sakit. Menurut Haaretz, Washington berusaha menjamin stabilitas di pihak Palestina setelah Abbas meninggalkan panggung politik atau lengser.
Mesir, Yordania dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi di bawah Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, Riyadh telah melunakkan sikapnya. Para pejabat tinggi Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengakui bahwa meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Saudi, Israel memiliki "kontak" dengan Riyadh yang telah dirahasiakan secara umum.
Sebelumnya, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Yordania dilaporkan telah memberi lampu hijau untuk rencana AS untuk proses perdamaian Israel-Palestina terlepas dari penolakan Palestina terhadap Washington sebagai mediator.
Pekan lalu, Kushner mengatakan kepada surat kabar Palestina, Al Quds, bahwa dia siap untuk bekerja sama dengan Abbas untuk menyusun rencana perdamaian.
"Jika Presiden Abbas siap untuk kembali ke meja perundingan, maka kami siap untuk berpartisipasi dalam diskusi, tetapi jika itu tidak terjadi, maka kami akan membuat rencana publik," kata Kushner."Rencana akan siap segera."
"Abbas takut kami akan merilis rencana perdamaian kami dan rakyat Palestina akan benar-benar menyukainya," ujar menantu Trump ini.
Menanggapi kunjungan Kushner dan Greenblatt ke Timur Tengah, Abbas menyatakan bahwa delegasi Amerika harus menyadari bahwa tidak ada gunanya mencari alternatif dan ilusi yang dimaksudkan untuk membagi tanah air Palestina.
Ketegangan antara Israel dan Palestina semakin meningkat sejak Desember 2017 setelah pemerintahan Trump mengakui kota suci Yerusalem yang disengketakan sebagai Ibu Kota Israel. Pemerintah Trump juga telah merelokasi kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
(mas)