Presiden Korsel Pantau Pertemuan Trump-Kim Jong-un
A
A
A
SEOUL - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) berharap pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un di Singapura berujung pada keberhasilan. Pasalnya, hal itu dapat menyebabkan perdamaian di semenanjung Korea setelah hampir 70 tahun.
Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan Presiden Moon Jae-in dan kabinetnya menyaksikan dimulainya peristiwa bersejarah itu sebelum pertemuan pagi mereka di Istana Presiden.
"Saya kira perhatian semua orang saat ini harus diarahkan ke Singapura," kata Moon.
"Saya juga menghabiskan malam tanpa tidur. Saya, bersama dengan semua orang, dengan tulus berharap bahwa itu akan menjadi pertemuan puncak yang sukses yang akan membuka era baru denuklirisasi menyeluruh, perdamaian dan hubungan baru antara Korea Selatan, Korea Utara dan Amerika Serikat," imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (12/6/2018).
Moon memperingatkan bahwa pertemuan ini hanyalah awal dari "proses panjang" untuk membangun kembali perdamaian di Semenanjung Korea.
"Hubungan bermusuhan yang mendalam dan masalah nuklir Korea Utara tidak dapat diselesaikan dalam satu tindakan tunggal dalam pertemuan antara para pemimpin," ujar Moon setelah pertemuan kabinet.
"Bahkan setelah kedua pemimpin membuka dialog, kita akan membutuhkan proses panjang yang mungkin memakan waktu satu tahun, dua tahun atau bahkan lebih lama untuk menyelesaikan masalah sepenuhnya,” imbuhnya.
Moon juga menyuarakan harapan untuk pertemuan tiga arah dengan Trump dan Jong-un dalam waktu dekat, untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea. Konflik yang pecah pada tahun 1950 itu dibekukan oleh gencatan senjata pada tahun 1953, tetapi tidak pernah secara resmi berakhir.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo direncanakan akan mengunjungi Seoul pada hari Rabu esok untuk menginformasikan kepada pemerintah Korsel tentang hasil pertemuan itu.
Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan Presiden Moon Jae-in dan kabinetnya menyaksikan dimulainya peristiwa bersejarah itu sebelum pertemuan pagi mereka di Istana Presiden.
"Saya kira perhatian semua orang saat ini harus diarahkan ke Singapura," kata Moon.
"Saya juga menghabiskan malam tanpa tidur. Saya, bersama dengan semua orang, dengan tulus berharap bahwa itu akan menjadi pertemuan puncak yang sukses yang akan membuka era baru denuklirisasi menyeluruh, perdamaian dan hubungan baru antara Korea Selatan, Korea Utara dan Amerika Serikat," imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (12/6/2018).
Moon memperingatkan bahwa pertemuan ini hanyalah awal dari "proses panjang" untuk membangun kembali perdamaian di Semenanjung Korea.
"Hubungan bermusuhan yang mendalam dan masalah nuklir Korea Utara tidak dapat diselesaikan dalam satu tindakan tunggal dalam pertemuan antara para pemimpin," ujar Moon setelah pertemuan kabinet.
"Bahkan setelah kedua pemimpin membuka dialog, kita akan membutuhkan proses panjang yang mungkin memakan waktu satu tahun, dua tahun atau bahkan lebih lama untuk menyelesaikan masalah sepenuhnya,” imbuhnya.
Moon juga menyuarakan harapan untuk pertemuan tiga arah dengan Trump dan Jong-un dalam waktu dekat, untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea. Konflik yang pecah pada tahun 1950 itu dibekukan oleh gencatan senjata pada tahun 1953, tetapi tidak pernah secara resmi berakhir.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo direncanakan akan mengunjungi Seoul pada hari Rabu esok untuk menginformasikan kepada pemerintah Korsel tentang hasil pertemuan itu.
(ian)