Mesra dengan China, Keanggotaan Selandia Baru di Lima Mata Disorot
A
A
A
WASHINGTON - Keanggotaan Selandia Baru di aliansi intelijen Five Eyes atau Lima Mata dipertanyakan. Musababnya, negara itu dituding menjalin hubungan dengan Partai Komunis China (PKC).
Lima Mata adalah jaringan intelijen yang terdiri dari mata-mata Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris Raya, dan Amerika Serikat (AS). Aliansi ini pernah jadi pemberitaan utama setelah berbagi data hasil penyadapan global National Security Agency (NSA) yang dibeberkan sang whistleblower, Edward Joseph Snowden.
Seorang mantan analis CIA, Peter Mattis, menyarankan AS untuk meninjau ulang keanggotaan Selandia Baru di aliansi Five Eyes.
Mattis dalam kesaksiannya kepada Komisi Kajian Ekonomi dan Keamanan AS-China, mengatakan bahwa Partai Buruh pimpinan Jacinda Ardern telah menerima uang dari para donor yang memiliki hubungan dengan PKC.
Sedangkan mantan perdana menteri Bill English, kata dia, secara rutin memberi penjelasan kepada seorang anggota parlemen nasional bekerja di institusi yang melatih mata-mata China.
"Australia dan Selandia Baru menghadapi masalah besar dengan campur tangan Partai Komunis China," kata Mattis.
"Dalam kedua kasus, PKC telah menjadi sangat dekat atau di dalam inti politik, jika Anda mau, dari kedua negara. Perbedaan utama antara keduanya hanyalah reaksi mereka," ujarnya, yang dikutip The Guardian, Senin (28/5/2018).
"Di Selandia Baru, perdana menteri sebelumnya, Bill English, dan Jacinda Ardern telah menyangkal bahwa ada masalah sama sekali," katanya.
"Saya pikir bahwa pada tingkat tertentu, Lima Mata atau Empat Mata harus berdiskusi tentang apakah Selandia Baru dapat tetap atau tidak, mengingat masalah ini dengan inti politik," imbuh Mattis.
Nigel Haworth, presiden Partai Buruh Selandia Baru, mengatakan dia tidak tahu apa atau kepada siapa kesaksian Mattis merujuk. Sebab, semua sumbangan politik untuk Partai Buruh berada "di atas papan" dan memenuhi Undang-Undang Pemilu.
"Semua sumbangan partai lebih dari USD15.000, termasuk siapa mereka berasal, terdaftar di website Komisi Pemilihan bagi siapa saja untuk diperiksa," kata Haworth.
Pemimpin Partai Nasional (oposisi), Simon Bridges, mengatakan informasi dari mantan analis CIA itu sepenuhnya salah. Menurutnya, mantan perdana menteri dan mantan pemimpin Partai Nasional Bill English secara rutin berbagi informasi.
“Saya belum melihat saran apa pun dari (pengaruh China) ini. Selandia Baru memiliki hubungan internasional yang kuat dan proses yang kuat di tempat untuk memastikan proses politik kita benar-benar independen dari negara lain," kata Bridges dalam sebuah pernyataan.
Pakar China, Profesor Anne-Marie Brady dari University of Canterbury telah sering memperingatkan tentang pengaruh China yang sedang tumbuh di Selandia Baru. Sebuah pesan yang sama juga digemakan oleh Hillary Clinton saat berkunjung negara itu baru-baru ini dengan mengatakan bahwa Selandia Baru perlu mengambil ancaman "serius".
"Jika (negara) demokrasi, independen yang bangga seperti Selandia Baru tidak dapat menangani kegiatan campur tangan politik China, ini adalah tanda yang benar-benar buruk bagi seluruh dunia dari hal-hal yang terjadi," kata Brady.
"Negara-negara lain khawatir tentang Selandia Baru, dan kesenyapan yang jelas pada masalah dari pemerintah kita. Selandia Baru adalah burung kenari di tambang batu bara, jika kita tidak bisa menghadapinya, siapa yang bisa?."
Lima Mata adalah jaringan intelijen yang terdiri dari mata-mata Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris Raya, dan Amerika Serikat (AS). Aliansi ini pernah jadi pemberitaan utama setelah berbagi data hasil penyadapan global National Security Agency (NSA) yang dibeberkan sang whistleblower, Edward Joseph Snowden.
Seorang mantan analis CIA, Peter Mattis, menyarankan AS untuk meninjau ulang keanggotaan Selandia Baru di aliansi Five Eyes.
Mattis dalam kesaksiannya kepada Komisi Kajian Ekonomi dan Keamanan AS-China, mengatakan bahwa Partai Buruh pimpinan Jacinda Ardern telah menerima uang dari para donor yang memiliki hubungan dengan PKC.
Sedangkan mantan perdana menteri Bill English, kata dia, secara rutin memberi penjelasan kepada seorang anggota parlemen nasional bekerja di institusi yang melatih mata-mata China.
"Australia dan Selandia Baru menghadapi masalah besar dengan campur tangan Partai Komunis China," kata Mattis.
"Dalam kedua kasus, PKC telah menjadi sangat dekat atau di dalam inti politik, jika Anda mau, dari kedua negara. Perbedaan utama antara keduanya hanyalah reaksi mereka," ujarnya, yang dikutip The Guardian, Senin (28/5/2018).
"Di Selandia Baru, perdana menteri sebelumnya, Bill English, dan Jacinda Ardern telah menyangkal bahwa ada masalah sama sekali," katanya.
"Saya pikir bahwa pada tingkat tertentu, Lima Mata atau Empat Mata harus berdiskusi tentang apakah Selandia Baru dapat tetap atau tidak, mengingat masalah ini dengan inti politik," imbuh Mattis.
Nigel Haworth, presiden Partai Buruh Selandia Baru, mengatakan dia tidak tahu apa atau kepada siapa kesaksian Mattis merujuk. Sebab, semua sumbangan politik untuk Partai Buruh berada "di atas papan" dan memenuhi Undang-Undang Pemilu.
"Semua sumbangan partai lebih dari USD15.000, termasuk siapa mereka berasal, terdaftar di website Komisi Pemilihan bagi siapa saja untuk diperiksa," kata Haworth.
Pemimpin Partai Nasional (oposisi), Simon Bridges, mengatakan informasi dari mantan analis CIA itu sepenuhnya salah. Menurutnya, mantan perdana menteri dan mantan pemimpin Partai Nasional Bill English secara rutin berbagi informasi.
“Saya belum melihat saran apa pun dari (pengaruh China) ini. Selandia Baru memiliki hubungan internasional yang kuat dan proses yang kuat di tempat untuk memastikan proses politik kita benar-benar independen dari negara lain," kata Bridges dalam sebuah pernyataan.
Pakar China, Profesor Anne-Marie Brady dari University of Canterbury telah sering memperingatkan tentang pengaruh China yang sedang tumbuh di Selandia Baru. Sebuah pesan yang sama juga digemakan oleh Hillary Clinton saat berkunjung negara itu baru-baru ini dengan mengatakan bahwa Selandia Baru perlu mengambil ancaman "serius".
"Jika (negara) demokrasi, independen yang bangga seperti Selandia Baru tidak dapat menangani kegiatan campur tangan politik China, ini adalah tanda yang benar-benar buruk bagi seluruh dunia dari hal-hal yang terjadi," kata Brady.
"Negara-negara lain khawatir tentang Selandia Baru, dan kesenyapan yang jelas pada masalah dari pemerintah kita. Selandia Baru adalah burung kenari di tambang batu bara, jika kita tidak bisa menghadapinya, siapa yang bisa?."
(mas)