China Pasang Rudal di Laut China Selatan, Indonesia Khawatir
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia menyatakan kekhawatirannya atas laporan bahwa China telah memasang rudal jelajah anti-kapal dan sistem rudal surface-to-air di tiga titik di Laut China Selatan.
"Kita prihatin jika berita itu terkonfirmasi benar. Dikhawatirkan akan mengganggu Confidence Building Measure yang dibangun oleh ASEAN," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi di kantornya, Jumat (4/5/2018).
"ASEAN ini sudah 50 tahun mengupayakan perdamaian di Laut China Selatan. Kita sudah banyak memberikan kontribusi untuk stabilitas perairan itu," ujar Retno.
Baca Juga: China Diam-diam Pasang Sistem Rudal di Laut China Selatan
Menlu Retno mendesak semua pihak untuk menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang dapat memperkeruh situasi di kawasan tersebut.
"Oleh karena itu, kita mendesak semua pihak untuk menahan diri, tidak melakukan provokasi dan menghormati hukum internasional," lanjut diplomat top Indonesia ini.
Pengerahan rudal oleh pasukan Beijing itu dilaporkan CNBC dengan mengutip beberapa sumber yang memiliki koneksi dengan intelijen Amerika Serikat (AS).
Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan intelijen AS telah melihat beberapa tanda bahwa Beijing telah memindahkan beberapa sistem senjata ke Kepulauan Spratly dalam sebulan terakhir atau lebih.
Pejabat itu mengatakan bahwa menurut penilaian intelijen AS, rudal-rudal China dipindahkan ke Fiery Cross Reef, Subi Reef dan Mischief Reef di Kepulauan Spratly dalam 30 hari terakhir.
Baca Juga: China Pasang Rudal di Laut China Selatan, AS Beri Peringatan
AS memperingatkan bahwa akan ada konsekuensi yang akan dihadapi China atas aksi militerisasi di Laut China Selatan, termasuk konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.
"Kami sangat menyadari militerisasi China di Laut China Selatan. Kami telah menyampaikan kekhawatiran secara langsung dengan orang-orang China tentang ini dan akan ada konsekuensi jangka pendek dan konsekuensi jangka panjang," kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders.
"Kita prihatin jika berita itu terkonfirmasi benar. Dikhawatirkan akan mengganggu Confidence Building Measure yang dibangun oleh ASEAN," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi di kantornya, Jumat (4/5/2018).
"ASEAN ini sudah 50 tahun mengupayakan perdamaian di Laut China Selatan. Kita sudah banyak memberikan kontribusi untuk stabilitas perairan itu," ujar Retno.
Baca Juga: China Diam-diam Pasang Sistem Rudal di Laut China Selatan
Menlu Retno mendesak semua pihak untuk menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang dapat memperkeruh situasi di kawasan tersebut.
"Oleh karena itu, kita mendesak semua pihak untuk menahan diri, tidak melakukan provokasi dan menghormati hukum internasional," lanjut diplomat top Indonesia ini.
Pengerahan rudal oleh pasukan Beijing itu dilaporkan CNBC dengan mengutip beberapa sumber yang memiliki koneksi dengan intelijen Amerika Serikat (AS).
Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan intelijen AS telah melihat beberapa tanda bahwa Beijing telah memindahkan beberapa sistem senjata ke Kepulauan Spratly dalam sebulan terakhir atau lebih.
Pejabat itu mengatakan bahwa menurut penilaian intelijen AS, rudal-rudal China dipindahkan ke Fiery Cross Reef, Subi Reef dan Mischief Reef di Kepulauan Spratly dalam 30 hari terakhir.
Baca Juga: China Pasang Rudal di Laut China Selatan, AS Beri Peringatan
AS memperingatkan bahwa akan ada konsekuensi yang akan dihadapi China atas aksi militerisasi di Laut China Selatan, termasuk konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.
"Kami sangat menyadari militerisasi China di Laut China Selatan. Kami telah menyampaikan kekhawatiran secara langsung dengan orang-orang China tentang ini dan akan ada konsekuensi jangka pendek dan konsekuensi jangka panjang," kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders.
(mas)