Masuk Douma, Inspektur Pelarangan Senjata Kimia Ambil Sampel
A
A
A
DEN HAAG - Tim inspektur dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) mulai memasuki situs di Kota Douma, Suriah, pada hari Sabtu. Tim itu mengambil sampel untuk memastikan ada tidaknya serangan senjata kimia seperti yang dilaporkan terjadi pada 7 April 2018.
OPCW, dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa mereka akan mengevaluasi dan mempertimbangkan apakah tim perlu melakukan kunjungan kedua ke Douma.
Sampel yang diambil akan diangkut ke Belanda dan seterusnya diteliti OPCW di laboratorium yang ditunjuk untuk analisis.
Berdasarkan analisis hasil sampel serta informasi dan materi lain yang dikumpulkan oleh tim, misi pencari fakta dari OPCW akan menyusun laporan dan menyerahkannya ke negara anggota organisasi tersebut.
Organisasi ini telah menyelidiki penggunaan senjata kimia dalam perang saudara Suriah sejak 2014. Para inspektur telah mencoba memasuki Douma sejak beberapa hari yang lalu, namun ditunda karena masalah keamanan.
Dugaan serangan senjata kimia di Douma pada 7 April 2018 dilaporkan menewaskan puluhan orang. Amerika Serikat dan negara-negara Barat menuduh pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai pelaku serangan. Namun, Damaskus dan sekutunya, Moskow, membantah bahwa rezim Assad sebagai pelaku serangan.
Tuduhan terhadap rezim Assad itu dijadikan dalih oleh AS, Inggris dan Prancis untuk meluncurkan serangan ratusan rudal pada 14 April 2018. Ada tiga situs yang diserang yang dianggap sebagai fasilitas penelitian dan penyimpanan senjata kimia.
Pemerintah Rusia menyayangkan penundaan masuknya tim inspektur OPCW ke Douma, Ghouta Timur, selama 11 hari dari jadwal semestinya.
"Penundaan dalam kasus seperti itu beresonansi, terlepas dari motifnya, tidak dapat diterima, karena tidak hanya pihak Suriah tetapi militer Rusia (yang ditempatkan di Suriah) menjamin keamanan tim OPCW," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, seperti dikutip Russia Today, Minggu (22/4/2018).
OPCW, dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa mereka akan mengevaluasi dan mempertimbangkan apakah tim perlu melakukan kunjungan kedua ke Douma.
Sampel yang diambil akan diangkut ke Belanda dan seterusnya diteliti OPCW di laboratorium yang ditunjuk untuk analisis.
Berdasarkan analisis hasil sampel serta informasi dan materi lain yang dikumpulkan oleh tim, misi pencari fakta dari OPCW akan menyusun laporan dan menyerahkannya ke negara anggota organisasi tersebut.
Organisasi ini telah menyelidiki penggunaan senjata kimia dalam perang saudara Suriah sejak 2014. Para inspektur telah mencoba memasuki Douma sejak beberapa hari yang lalu, namun ditunda karena masalah keamanan.
Dugaan serangan senjata kimia di Douma pada 7 April 2018 dilaporkan menewaskan puluhan orang. Amerika Serikat dan negara-negara Barat menuduh pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai pelaku serangan. Namun, Damaskus dan sekutunya, Moskow, membantah bahwa rezim Assad sebagai pelaku serangan.
Tuduhan terhadap rezim Assad itu dijadikan dalih oleh AS, Inggris dan Prancis untuk meluncurkan serangan ratusan rudal pada 14 April 2018. Ada tiga situs yang diserang yang dianggap sebagai fasilitas penelitian dan penyimpanan senjata kimia.
Pemerintah Rusia menyayangkan penundaan masuknya tim inspektur OPCW ke Douma, Ghouta Timur, selama 11 hari dari jadwal semestinya.
"Penundaan dalam kasus seperti itu beresonansi, terlepas dari motifnya, tidak dapat diterima, karena tidak hanya pihak Suriah tetapi militer Rusia (yang ditempatkan di Suriah) menjamin keamanan tim OPCW," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, seperti dikutip Russia Today, Minggu (22/4/2018).
(mas)