Lavrov: Zat yang Meracuni Skripal Bukan Buatan Rusia
A
A
A
MOSKOW - Zat saraf yang digunakan untuk meracuni mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, bisa jadi adalah zat saraf yang disebut BZ. Racun ini tidak pernah diproduksi oleh Uni Soviet atau Rusia.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Pernyataan itu didasarkan pada temuan para ahli dari laboratorium yang bermarkas di kota Spiez, Swiss, yang telah menganalisis sampel zat yang digunakan dalam serangan itu.
Mengutip laporan dari lab tertanggal 27 Maret, Lavrov mengatakan bukti menunjukkan bahwa zat saraf yang digunakan bisa berada di gudang senjata Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Lavrov membacakan bagian-bagian dari laporan yang dikatakannya menunjukkan bahwa zat itu memiliki jejak zat BZ.
"Formulasi ini ada dalam inventarisasi Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara NATO lainnya," kata Lavrov, pada sidang Dewan Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/4/2018).
Lavrov mengatakan laporan dari laboratorium Swiss menyebutkan tidak ada zat saraf dengan nama, seperti Novichok, tetapi malah memberikan rumus kimia panjang yang menunjuk pada zat yang telah dikembangkan oleh banyak negara.
“Kami, sebagaimana Anda ketahui, memiliki kemampuan untuk menerima informasi rahasia. Dan karena informasi ini menyangkut pertanyaan hidup dan mati, kami tidak akan merahasiakan informasi ini,” tegas Lavrov.
Lavrov mengatakan laboratorium Swiss juga mengidentifikasi konsentrasi zat A-234 yang tinggi, yang dikenal sebagai Novichok. Lavrov mengatakan konsentrasi semacam itu akan dengan cepat menghasilkan kematian bagi Skripal.
“Dengan mempertimbangkan volatilitasnya yang tinggi (A-234), masalah identifikasi zat racun ini dalam keadaan awalnya dan dalam konsentrasi tinggi oleh spesialis di pusat (penelitian) Spiez tampaknya sangat mencurigakan,” kata Lavrov.
Pengawas senjata kimia global, OPCW, pada Kamis lalu menyimpulkan bahwa racun yang menyerang mata-mata Rusia dan putrinya Yulia bulan lalu adalah jenis yang sangat murni dari zat saraf Novichok. Kesimpulan ini mendukung temuan Inggris sendiri.
Baca: OPCW Konfirmasi Pembelot Rusia Diracun dengan Novichok
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan sangat mungkin bahwa Moskow berada di belakang serangan itu. Namun Rusia telah berulang kali membantah terlibat dalam serangan itu.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Pernyataan itu didasarkan pada temuan para ahli dari laboratorium yang bermarkas di kota Spiez, Swiss, yang telah menganalisis sampel zat yang digunakan dalam serangan itu.
Mengutip laporan dari lab tertanggal 27 Maret, Lavrov mengatakan bukti menunjukkan bahwa zat saraf yang digunakan bisa berada di gudang senjata Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Lavrov membacakan bagian-bagian dari laporan yang dikatakannya menunjukkan bahwa zat itu memiliki jejak zat BZ.
"Formulasi ini ada dalam inventarisasi Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara NATO lainnya," kata Lavrov, pada sidang Dewan Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/4/2018).
Lavrov mengatakan laporan dari laboratorium Swiss menyebutkan tidak ada zat saraf dengan nama, seperti Novichok, tetapi malah memberikan rumus kimia panjang yang menunjuk pada zat yang telah dikembangkan oleh banyak negara.
“Kami, sebagaimana Anda ketahui, memiliki kemampuan untuk menerima informasi rahasia. Dan karena informasi ini menyangkut pertanyaan hidup dan mati, kami tidak akan merahasiakan informasi ini,” tegas Lavrov.
Lavrov mengatakan laboratorium Swiss juga mengidentifikasi konsentrasi zat A-234 yang tinggi, yang dikenal sebagai Novichok. Lavrov mengatakan konsentrasi semacam itu akan dengan cepat menghasilkan kematian bagi Skripal.
“Dengan mempertimbangkan volatilitasnya yang tinggi (A-234), masalah identifikasi zat racun ini dalam keadaan awalnya dan dalam konsentrasi tinggi oleh spesialis di pusat (penelitian) Spiez tampaknya sangat mencurigakan,” kata Lavrov.
Pengawas senjata kimia global, OPCW, pada Kamis lalu menyimpulkan bahwa racun yang menyerang mata-mata Rusia dan putrinya Yulia bulan lalu adalah jenis yang sangat murni dari zat saraf Novichok. Kesimpulan ini mendukung temuan Inggris sendiri.
Baca: OPCW Konfirmasi Pembelot Rusia Diracun dengan Novichok
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan sangat mungkin bahwa Moskow berada di belakang serangan itu. Namun Rusia telah berulang kali membantah terlibat dalam serangan itu.
(ian)