Bantah Rudal Tomahawk AS Serang Suriah, Ini Pernyataan Pentagon
A
A
A
WASHINGTON - Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) membantah bahwa delapan rudal yang menyerang pangkalan militer Suriah di dekat Homs merupakan rudal Tomahawk. Melalui pernyataan resmi, militer Washington itu juga membantah sebagai pelaku serangan.
"Pada saat ini, Departemen Pertahanan tidak melakukan serangan udara di Suriah," bunyi pernyataan Pentagon kepada Reuters, Senin (9/4/2018).
"Namun, kami terus memantau situasi dan mendukung upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk menahan mereka yang menggunakan senjata kimia, di Suriah dan sebaliknya, yang bertanggung jawab," lanjut pernyataan itu.
Baca Juga: BREAKING: Pangkalan Militer Suriah Dirudal, Diduga oleh AS
Kantor berita negara Suriah, SANA, beberapa orang tewas dan terluka oleh serangan rudal di pangkalan udara T-4 di dekat Homs."Serangan itu mungkin telah dilakukan oleh Amerika Serikat," tulis media tersebut mengutip sumber militer Damaskus.
Media Lebanon, Al-Mayadeen, melaporkan rudal-rudal itu muncul dari Laut Mediterania, melalui wilayah udara Lebanon. Sedangkan Al Masdar News melaporkan bahwa jet tempur misterius telah memasuki wilayah udara Suriah dari Lebanon. Media ini berspekulasi bahwa jet tempur itu berasal dri Israel.
Sebagai tanggapan, sistem rudal pertahanan udara Suriah di Pangkalan Mezzeh diaktifkan.
Baca Juga: AS: Tak Benar Rudal Tomahawk Gempur Militer Suriah
Serangan terhadap militer rezim Presiden Bashar al-Assad terjadi setelah Presiden Donald Trump mengancam akan menggempur rezim Bashar al-Assad atas tuduhan membantai warga sipil di Douma dengan senjata kimia.
Trump mengatakan Assad akan "membayar mahal" karena memubunuh banyak warga sipil dengan serangan senjata kimia. Pemimpin Amerika ini juga menyalahkan Iran dan Presiden Rusia Vladimir Putin karena mendukung Assad yang dia sebut "binatang".
"Banyak yang mati, termasuk wanita dan anak-anak, dalam serangan kimia yang tidak ada artinya di Suriah. Area kekejaman berada di titik pengepungan dan dikelilingi oleh tentara Suriah, membuatnya benar-benar tidak dapat diakses dunia luar," tulis Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
"Presiden Putin, Rusia dan Iran bertanggung jawab karena mendukung binatang Assad. Besar harga yang harus dibayar," lanjut Trump.
Pemerintah Assad membantah pasukannya meluncurkan serangan kimia. Rusia, sebagai sekutu terkuat Assad, menyebutnya sebagai laporan palsu.
Ancaman serangan militer Trump mengingatkan kejadian tahun lalu, di mana pasukan AS atas perintah Trump untuk pertama kalinya menggempur basis Angkatan Udara Suriah dengan beberapa rudal jelajah Tomahawk. Serangan itu diklaim sebagai balasan karena Assad dituding membunuh para warga sipil dengan bom gas sarin.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia memperingatkan AS jika nekat meluncurkan serangan militer terhadap rezim Suriah hanya dengan "alasan yang dibuat-buat". "Konsekuensi yang mengerikan jika ada campur tangan militer," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
"Pada saat ini, Departemen Pertahanan tidak melakukan serangan udara di Suriah," bunyi pernyataan Pentagon kepada Reuters, Senin (9/4/2018).
"Namun, kami terus memantau situasi dan mendukung upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk menahan mereka yang menggunakan senjata kimia, di Suriah dan sebaliknya, yang bertanggung jawab," lanjut pernyataan itu.
Baca Juga: BREAKING: Pangkalan Militer Suriah Dirudal, Diduga oleh AS
Kantor berita negara Suriah, SANA, beberapa orang tewas dan terluka oleh serangan rudal di pangkalan udara T-4 di dekat Homs."Serangan itu mungkin telah dilakukan oleh Amerika Serikat," tulis media tersebut mengutip sumber militer Damaskus.
Media Lebanon, Al-Mayadeen, melaporkan rudal-rudal itu muncul dari Laut Mediterania, melalui wilayah udara Lebanon. Sedangkan Al Masdar News melaporkan bahwa jet tempur misterius telah memasuki wilayah udara Suriah dari Lebanon. Media ini berspekulasi bahwa jet tempur itu berasal dri Israel.
Sebagai tanggapan, sistem rudal pertahanan udara Suriah di Pangkalan Mezzeh diaktifkan.
Baca Juga: AS: Tak Benar Rudal Tomahawk Gempur Militer Suriah
Serangan terhadap militer rezim Presiden Bashar al-Assad terjadi setelah Presiden Donald Trump mengancam akan menggempur rezim Bashar al-Assad atas tuduhan membantai warga sipil di Douma dengan senjata kimia.
Trump mengatakan Assad akan "membayar mahal" karena memubunuh banyak warga sipil dengan serangan senjata kimia. Pemimpin Amerika ini juga menyalahkan Iran dan Presiden Rusia Vladimir Putin karena mendukung Assad yang dia sebut "binatang".
"Banyak yang mati, termasuk wanita dan anak-anak, dalam serangan kimia yang tidak ada artinya di Suriah. Area kekejaman berada di titik pengepungan dan dikelilingi oleh tentara Suriah, membuatnya benar-benar tidak dapat diakses dunia luar," tulis Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
"Presiden Putin, Rusia dan Iran bertanggung jawab karena mendukung binatang Assad. Besar harga yang harus dibayar," lanjut Trump.
Pemerintah Assad membantah pasukannya meluncurkan serangan kimia. Rusia, sebagai sekutu terkuat Assad, menyebutnya sebagai laporan palsu.
Ancaman serangan militer Trump mengingatkan kejadian tahun lalu, di mana pasukan AS atas perintah Trump untuk pertama kalinya menggempur basis Angkatan Udara Suriah dengan beberapa rudal jelajah Tomahawk. Serangan itu diklaim sebagai balasan karena Assad dituding membunuh para warga sipil dengan bom gas sarin.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia memperingatkan AS jika nekat meluncurkan serangan militer terhadap rezim Suriah hanya dengan "alasan yang dibuat-buat". "Konsekuensi yang mengerikan jika ada campur tangan militer," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
(mas)