Putra Mahkota: Wahhabisme Disebar Saudi atas Permintaan Barat
A
A
A
WASHINGTON - Penyebaran Wahhabisme yang didanai oleh Arab Saudi merupakan permintaan negara-negara Barat untuk membantu melawan Uni Soviet selama Perang Dingin. Demikian disampaikan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman kepada Washington Post.
Pangeran Mohammed mengatakan, sekutu Barat mendesak negaranya untuk berinvestasi dalam wujud masjid dan madrasah di luar negeri selama Perang Dingin. Tujuannya, untuk mencegah perambahan pengaruh Uni Soviet—kini Rusia—di negara-negara Muslim.
Putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini menambahkan bahwa pemerintah Saudi telah kehilangan jejak atau kontrol dalam upaya itu."kita harus mendapatkan semuanya kembali," ujarnya.
Menurutnya, pendanaan untuk penyebaran Wahhabisme saat ini kebanyakan berasal dari "yayasan" yang berbasis dari Saudi, bukan dari pemerintah kerajaan.
Wawancara media Amerika Serikat (AS) dengan Pangeran Mohammed selama selama 75 menit itu berlangsung pada 22 Maret 2018, yakni pada hari terakhir dari lawatannya di AS. Topik diskusi lain termasuk klaim media-media AS bahwa Mohammed bin Salman memiliki penasihat senior Gedung Putih, Jared Kushner, "di sakunya" juga dibahas.
Mohammed bin Salman membantah laporan bahwa ketika dia dan Kushner—yang juga menantu Presiden Donald Trump—bertemu di Riyadh pada bulan Oktober, dia menerima lampu hijau dari Kushner untuk operasi anti-korupsi besar-besaran. Menurut Mohammed, penangkapan massal itu adalah masalah dalam negeri dan telah dikerjakan selama bertahun-tahun.
Baginya, akan "benar-benar gila" jika berdagang informasi rahasia dengan Kushner dengan mempertaruhkan kepentingan Saudi. Dia menegaskan bahwa hubungannya dengan Kushner berada dalam konteks pemerintahan yang normal. Hanya saja dia mengakui telah berteman dengan Kushner yang lebih dari sekedar mitra.
Pangeran Mohammed juga mengaku memiliki hubungan baik dengan Wakil Presiden Mike Pence dan pejabat lain di Gedung Putih.
Pangeran Mohammed mengatakan, sekutu Barat mendesak negaranya untuk berinvestasi dalam wujud masjid dan madrasah di luar negeri selama Perang Dingin. Tujuannya, untuk mencegah perambahan pengaruh Uni Soviet—kini Rusia—di negara-negara Muslim.
Putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini menambahkan bahwa pemerintah Saudi telah kehilangan jejak atau kontrol dalam upaya itu."kita harus mendapatkan semuanya kembali," ujarnya.
Menurutnya, pendanaan untuk penyebaran Wahhabisme saat ini kebanyakan berasal dari "yayasan" yang berbasis dari Saudi, bukan dari pemerintah kerajaan.
Wawancara media Amerika Serikat (AS) dengan Pangeran Mohammed selama selama 75 menit itu berlangsung pada 22 Maret 2018, yakni pada hari terakhir dari lawatannya di AS. Topik diskusi lain termasuk klaim media-media AS bahwa Mohammed bin Salman memiliki penasihat senior Gedung Putih, Jared Kushner, "di sakunya" juga dibahas.
Mohammed bin Salman membantah laporan bahwa ketika dia dan Kushner—yang juga menantu Presiden Donald Trump—bertemu di Riyadh pada bulan Oktober, dia menerima lampu hijau dari Kushner untuk operasi anti-korupsi besar-besaran. Menurut Mohammed, penangkapan massal itu adalah masalah dalam negeri dan telah dikerjakan selama bertahun-tahun.
Baginya, akan "benar-benar gila" jika berdagang informasi rahasia dengan Kushner dengan mempertaruhkan kepentingan Saudi. Dia menegaskan bahwa hubungannya dengan Kushner berada dalam konteks pemerintahan yang normal. Hanya saja dia mengakui telah berteman dengan Kushner yang lebih dari sekedar mitra.
Pangeran Mohammed juga mengaku memiliki hubungan baik dengan Wakil Presiden Mike Pence dan pejabat lain di Gedung Putih.
(mas)