Erdogan pada Putin dan Trump: Turki Tak akan Mundur dari Suriah
A
A
A
ANKARA - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengaku sudah memberi tahu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Turki tidak akan mundur dari operasi militer di Suriah.
Dia bersumpah bahwa operasi militer terhadap pasukan Kurdi di Afrin akan diperluas ke wilayah lain, termasuk ke Manbij.
”Tadi malam saya berbicara dengan Presiden AS Trump tentang masalah ini. Saya mendiskusikan hal yang sama dengan Putin dua hari yang lalu. Saya memberi tahu mereka; 'Kami tidak akan mundur dari sini. Kami berada di pihak yang menderita dan yang tertindas’,” kata Erdogan dalam sebuah pidato pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Istanbul pada 23 Maret 2018, yang dilansir Hurriyet, Sabtu (24/8/2018).
Erdogan dan Trump berbicara di telepon pada 22 Maret 2018 yang membahas hubungan yang tegang antara Ankara dan Washington, terutama terkait kemitraan AS dengan pasukan Unit Perlindungan Rakyat (YPG) Kurdi dalam perang melawan kelompok ISIS di Suriah.
Turki menganggap YPG di Suriah sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK)—organisasi terlarang bagi Turki—dan oleh karena itu dinyatakan sebagai kelompok teroris.
Militer Turki, bersama dengan Tentara Pembebasan Suriah (FSA), meluncurkan “Operation Olive Branch” atau “Operasi Cabang Zaitun” melawan YPG di Afrin sejak 20 Januari lalu. Erdogan bersumpah bahwa operasi militer tidak akan berakhir di Afrin dan selanjutnya akan berlangsung di Idlib dan Manbij.
Manbij, kota di barat laut Suriah, sangat penting karena masih di bawah kendali YPG Kurdi bersama pasukan AS. Turki telah lama mendesak AS untuk membiarkan YPG mundur dari Manbij ke timur Efrat. Ankara bahkan mengancam akan menyerang posisi pasukan YGP meski jika pasukan AS bersama kelompok tersebut.
Namun, seorang pejabat senior AS mengatakan AS tidak berniat meninggalkan Manbij, meskipun ada ancaman serangan dari Turki.
”Pasukan kami berada di Manbij. Kami telah membuatnya sangat jelas dengan pemerintah Turki bahwa kami akan terus beroperasi di sana,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert pada konferensi pers tentang sikap AS terhadap Manbij.
Menurut Nauert, pembicaraan dengan Ankara belum selesai dan Washington ingin melanjutkan perbincangan, yang mengacu pada tiga “komite teknis” yang dibentuk oleh Turki dan AS untuk memecahkan masalah yang diperdebatkan antara kedua negara.
Dia bersumpah bahwa operasi militer terhadap pasukan Kurdi di Afrin akan diperluas ke wilayah lain, termasuk ke Manbij.
”Tadi malam saya berbicara dengan Presiden AS Trump tentang masalah ini. Saya mendiskusikan hal yang sama dengan Putin dua hari yang lalu. Saya memberi tahu mereka; 'Kami tidak akan mundur dari sini. Kami berada di pihak yang menderita dan yang tertindas’,” kata Erdogan dalam sebuah pidato pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Istanbul pada 23 Maret 2018, yang dilansir Hurriyet, Sabtu (24/8/2018).
Erdogan dan Trump berbicara di telepon pada 22 Maret 2018 yang membahas hubungan yang tegang antara Ankara dan Washington, terutama terkait kemitraan AS dengan pasukan Unit Perlindungan Rakyat (YPG) Kurdi dalam perang melawan kelompok ISIS di Suriah.
Turki menganggap YPG di Suriah sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK)—organisasi terlarang bagi Turki—dan oleh karena itu dinyatakan sebagai kelompok teroris.
Militer Turki, bersama dengan Tentara Pembebasan Suriah (FSA), meluncurkan “Operation Olive Branch” atau “Operasi Cabang Zaitun” melawan YPG di Afrin sejak 20 Januari lalu. Erdogan bersumpah bahwa operasi militer tidak akan berakhir di Afrin dan selanjutnya akan berlangsung di Idlib dan Manbij.
Manbij, kota di barat laut Suriah, sangat penting karena masih di bawah kendali YPG Kurdi bersama pasukan AS. Turki telah lama mendesak AS untuk membiarkan YPG mundur dari Manbij ke timur Efrat. Ankara bahkan mengancam akan menyerang posisi pasukan YGP meski jika pasukan AS bersama kelompok tersebut.
Namun, seorang pejabat senior AS mengatakan AS tidak berniat meninggalkan Manbij, meskipun ada ancaman serangan dari Turki.
”Pasukan kami berada di Manbij. Kami telah membuatnya sangat jelas dengan pemerintah Turki bahwa kami akan terus beroperasi di sana,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert pada konferensi pers tentang sikap AS terhadap Manbij.
Menurut Nauert, pembicaraan dengan Ankara belum selesai dan Washington ingin melanjutkan perbincangan, yang mengacu pada tiga “komite teknis” yang dibentuk oleh Turki dan AS untuk memecahkan masalah yang diperdebatkan antara kedua negara.
(mas)