Iran Ancam Percepat Pengayaan Uranium jika AS Berlakukan Sanksi
A
A
A
TEHERAN - Iran mengancam akan mempercepat dan meningkatkan pengayaan uranium jika Amerika Serikat (AS) kembali memberlakukan sanksi terhadap Teheran. Ancaman disampaikan Badan Energi Atom Iran.
Sesuai kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, China, Inggris, Prancis dan Jerman), Teheran bersedia mengekang program nuklirnya. Imbalannya, sanksi atau embargo terhadap Iran dicabut.
Kesepakatan nuklir itu terancam rusak, setelah Presiden Donald Trump mengancam akan memberlakukan sanksi terhadap Iran yang telah dicabut.
”Jika suspensi (sanksi) tidak dilanjutkan, ini merupakan pelanggaran terhadap (kesepakatan nuklir Iran) dan Republik Islam Iran tentu saja akan mengambil tindakan yang diperlukan,” juru bicara Badan Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan kepada stasiun televisi pemerintah, seperti dikutip Reuters, Kamis (11/1/2018).
Kamalvandi menolak untuk menguraikan tindakan-tindakan yang diperlukan tersebut. Namun, dalam wawancara yang sama, dia menegaskan bahwa Badan Energi Atom Iran berkapasitas untuk mempercepat dan meningkatkan pengayaan uranium yang selama ini dikekang sesuai kesepakatan nuklir 2015.
Presiden Trump telah menyebut kesepakatan nuklir tersebut sebagai kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan. Dia telah menekankan bahwa pihaknya dapat membatalkan keikutsertaan AS dalam kesepakatan nuklir itu kapan saja.
“Pemerintah Amerika harus berpikir dengan bijak, meskipun mereka telah menunjukkan sampai sekarang. Sayangnya bahwa mereka tidak berpikir atau bertindak dengan bijak,” kata Kamalvandi.
Takht Ravanchi, ajudan senior Presiden Iran Hassan Rouhani, sebelumnya menyebut kepribadian Trump yang tidak dapat diprediksi membuat sulit untuk menentukan apakah sanksi yang dicabut akan diberlakukan lagi terhadap Iran.
”Kami siap menghadapi skenario terburuk,” kata Ravanchi. ”Tidak hanya di bidang politik tapi malah di bidang ekonomi.”
Sesuai kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, China, Inggris, Prancis dan Jerman), Teheran bersedia mengekang program nuklirnya. Imbalannya, sanksi atau embargo terhadap Iran dicabut.
Kesepakatan nuklir itu terancam rusak, setelah Presiden Donald Trump mengancam akan memberlakukan sanksi terhadap Iran yang telah dicabut.
”Jika suspensi (sanksi) tidak dilanjutkan, ini merupakan pelanggaran terhadap (kesepakatan nuklir Iran) dan Republik Islam Iran tentu saja akan mengambil tindakan yang diperlukan,” juru bicara Badan Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan kepada stasiun televisi pemerintah, seperti dikutip Reuters, Kamis (11/1/2018).
Kamalvandi menolak untuk menguraikan tindakan-tindakan yang diperlukan tersebut. Namun, dalam wawancara yang sama, dia menegaskan bahwa Badan Energi Atom Iran berkapasitas untuk mempercepat dan meningkatkan pengayaan uranium yang selama ini dikekang sesuai kesepakatan nuklir 2015.
Presiden Trump telah menyebut kesepakatan nuklir tersebut sebagai kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan. Dia telah menekankan bahwa pihaknya dapat membatalkan keikutsertaan AS dalam kesepakatan nuklir itu kapan saja.
“Pemerintah Amerika harus berpikir dengan bijak, meskipun mereka telah menunjukkan sampai sekarang. Sayangnya bahwa mereka tidak berpikir atau bertindak dengan bijak,” kata Kamalvandi.
Takht Ravanchi, ajudan senior Presiden Iran Hassan Rouhani, sebelumnya menyebut kepribadian Trump yang tidak dapat diprediksi membuat sulit untuk menentukan apakah sanksi yang dicabut akan diberlakukan lagi terhadap Iran.
”Kami siap menghadapi skenario terburuk,” kata Ravanchi. ”Tidak hanya di bidang politik tapi malah di bidang ekonomi.”
(mas)