Pakistan Kecewa AS Hentikan Bantuan Militer
A
A
A
ISLAMABAD - Seorang senator senior Pakistan menyatakan kekecewaanya mengenai keputusan Amerika Serikat (AS) menghentikan bantuan militer. Ia mengatakan hal itu akan merugikan hubungan bilateral kedua negara.
Pernyataan Departemen Luar Negeri mengecam Pakistan karena gagal mengambil "tindakan tegas" terhadap gerilyawan Taliban yang menargetkan personil AS di negara tetangga Afghanistan. Pejabat AS telah lama mengeluh bahwa Pakistan mentolerir atau bahkan mendorong ekstremis, tuduhan ditolak oleh Islamabad.
Baca Juga: AS Hentikan Bantuan Keamanan untuk Pakistan
Ketua Komite Urusan Luar Negeri Majelis Tinggi Parlemen Pakistan, Nuzhat Sadiq mengatakan, Islamabad dapat mengatasi teror tanpa AS seperti tahun 1990-an. Namun, mereka lebih suka jika hubungan bermasalah itu bergerak ke depan.
"Apa yang sedang dilakukan AS sekarang tidak baik untuk kebijakan melawan terorisme dan untuk perdamaian abadi di wilayah ini," katanya
Ia pun menambahkan bahwa Pakistan selalu memainkan peran penting dalam perang melawan teror seperti dilansir dari Time, Jumat (5/1/2017).
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui dampak keputusan AS terhadap inisiatif kontra terorisme di wilayah tersebut. Tapi kata perang melawan teror, yang memasuki tahun ke-17, telah menghabiskan dana Pakistan lebih dari USD120 miliar.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa kerja sama Pakistan telah membantu memutuskan al-Qaida dan mendorong kelompok militan lainnya keluar dari daerah-daerah tanpa hukum di sepanjang perbatasan.
Pernyataan lain pada hari Jumat menolak keputusan AS untuk menambahkan Pakistan ke daftar perhatian khusus untuk pelanggaran kebebasan beragama, sesuai dengan undang-undang 2016. Langkah itu tidak membawa konsekuensi serius. Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa penunjukan tersebut tidak didasarkan pada "kriteria objektif".
Pakistan baru-baru ini mulai membangun puluhan pos keamanan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan serta sebuah pagar untuk membatasi pergerakan lintas batas. Afghanistan, yang tidak mengenal perbatasan internasional antara kedua negara, telah menolak langkah tersebut.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri tersebut menyalahkan Afghanistan atas sebagian besar kerusuhan tersebut, dengan mengatakan bahwa pihaknya harus mempercepat upaya untuk memulangkan lebih dari 1 juta pengungsi Afghanistan di Pakistan dan mengekang produsen opium yang melarikan diri yang mendanai Taliban dan kelompok bersenjata lainnya.
Mohammed Amir Rana, direktur Institut Studi Perdamaian Pakistan yang independen, mengatakan bahwa baik Pakistan maupun Amerika Serikat perlu meninjau kembali hubungan mereka secara realistis dan meningkatkan harapan satu sama lain.
"Pakistan tidak bisa memasukkan semua telurnya di keranjang China," tambahnya, mengacu pada miliaran dolar investasi China di Pakistan pada jaringan transportasi dan listrik.
Rana mengatakan bahwa AS membutuhkan Pakistan jika ingin menemukan akhir yang damai selama puluhan tahun kekacauan, dan jika ia ingin menavigasi keadaan yang berubah di negara tetangga Iran, yang telah melihat demonstrasi anti-pemerintah dalam beberapa hari ini.
Misi AS di Afghanistan sangat bergantung pada koridor pasokan yang dijalankan melalui Pakistan.
Puluhan orang Pakistan ikut serta dalam demonstrasi menentang Amerika Serikat di sejumlah kota. Di beberapa tempat, para pemrotes membakar potret Presiden Donald Trump, namun tidak ada laporan kekerasan.
Pernyataan Departemen Luar Negeri mengecam Pakistan karena gagal mengambil "tindakan tegas" terhadap gerilyawan Taliban yang menargetkan personil AS di negara tetangga Afghanistan. Pejabat AS telah lama mengeluh bahwa Pakistan mentolerir atau bahkan mendorong ekstremis, tuduhan ditolak oleh Islamabad.
Baca Juga: AS Hentikan Bantuan Keamanan untuk Pakistan
Ketua Komite Urusan Luar Negeri Majelis Tinggi Parlemen Pakistan, Nuzhat Sadiq mengatakan, Islamabad dapat mengatasi teror tanpa AS seperti tahun 1990-an. Namun, mereka lebih suka jika hubungan bermasalah itu bergerak ke depan.
"Apa yang sedang dilakukan AS sekarang tidak baik untuk kebijakan melawan terorisme dan untuk perdamaian abadi di wilayah ini," katanya
Ia pun menambahkan bahwa Pakistan selalu memainkan peran penting dalam perang melawan teror seperti dilansir dari Time, Jumat (5/1/2017).
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui dampak keputusan AS terhadap inisiatif kontra terorisme di wilayah tersebut. Tapi kata perang melawan teror, yang memasuki tahun ke-17, telah menghabiskan dana Pakistan lebih dari USD120 miliar.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa kerja sama Pakistan telah membantu memutuskan al-Qaida dan mendorong kelompok militan lainnya keluar dari daerah-daerah tanpa hukum di sepanjang perbatasan.
Pernyataan lain pada hari Jumat menolak keputusan AS untuk menambahkan Pakistan ke daftar perhatian khusus untuk pelanggaran kebebasan beragama, sesuai dengan undang-undang 2016. Langkah itu tidak membawa konsekuensi serius. Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa penunjukan tersebut tidak didasarkan pada "kriteria objektif".
Pakistan baru-baru ini mulai membangun puluhan pos keamanan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan serta sebuah pagar untuk membatasi pergerakan lintas batas. Afghanistan, yang tidak mengenal perbatasan internasional antara kedua negara, telah menolak langkah tersebut.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri tersebut menyalahkan Afghanistan atas sebagian besar kerusuhan tersebut, dengan mengatakan bahwa pihaknya harus mempercepat upaya untuk memulangkan lebih dari 1 juta pengungsi Afghanistan di Pakistan dan mengekang produsen opium yang melarikan diri yang mendanai Taliban dan kelompok bersenjata lainnya.
Mohammed Amir Rana, direktur Institut Studi Perdamaian Pakistan yang independen, mengatakan bahwa baik Pakistan maupun Amerika Serikat perlu meninjau kembali hubungan mereka secara realistis dan meningkatkan harapan satu sama lain.
"Pakistan tidak bisa memasukkan semua telurnya di keranjang China," tambahnya, mengacu pada miliaran dolar investasi China di Pakistan pada jaringan transportasi dan listrik.
Rana mengatakan bahwa AS membutuhkan Pakistan jika ingin menemukan akhir yang damai selama puluhan tahun kekacauan, dan jika ia ingin menavigasi keadaan yang berubah di negara tetangga Iran, yang telah melihat demonstrasi anti-pemerintah dalam beberapa hari ini.
Misi AS di Afghanistan sangat bergantung pada koridor pasokan yang dijalankan melalui Pakistan.
Puluhan orang Pakistan ikut serta dalam demonstrasi menentang Amerika Serikat di sejumlah kota. Di beberapa tempat, para pemrotes membakar potret Presiden Donald Trump, namun tidak ada laporan kekerasan.
(ian)