Tiga Keluarga Rohingya Selamat dari Perbudakan di Kota Taj Mahal

Selasa, 19 Desember 2017 - 06:31 WIB
Tiga Keluarga Rohingya...
Tiga Keluarga Rohingya Selamat dari Perbudakan di Kota Taj Mahal
A A A
MUMBAI - Tiga keluarga Rohingya dari Myanmar yang terdiri atas 13 orang diselamatkan di kota Agra, India utara pada akhir pekan lalu. Mereka telah diperbudak selama setahun sebagai pemulung.

“Tiga keluarga itu datang ke India setelah seorang agen di kamp pengungsi di Bangladesh menjanjikan pekerjaan tapi mereka justru bekerja berjam-jam tanpa digaji,” ungkap para aktivis yang kemudian melaporkannya pada otoritas India.

Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kamp pengungsi di Bangladesh menjadi lahan subur untuk perdagangan manusia. Dengan meningkatnya jumlah pengungsi dari Myanmar maka lebih banyak orang berisiko terjerumus dalam jeratan perdagangan manusia.

“Para majikan membayar uang pada agen-agen itu tapi agen-agen itu tidak membayar pada para pekerja atau tidak sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan,” ungkap Nirmal Gorana dari Komite Kampanye Nasional untuk Pemberantasan Kerja Paksa yang terlibat dalam penyelamatan itu.

Nirmal menambahkan, “Mereka datang ke India karena berpikir akan menemukan pekerjaan dan keamanan tapi mereka tinggal di pondok seadanya, sewa yang harus dipotong dari gaji yang tak pernah diterima.”

Para pejabat menyatakan, polisi belum mengajukan dakwaan pada majikan pekerja itu tapi para pengungsi Rohingya itu jelas diperbudak. “Pria mengumpulkan botol plastik dari tempat sampah. Mereka dalam kondisi miskin saat kami menyelamatkan mereka,” kata Raju Kumar, pejabat kehakiman di Agra, dikutip kantor berita Reuters.

Sekitar 870.000 Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, termasuk 660.000 orang yang tiba setelah 25 Agustus.

Meski demikian, kedatangan para Rohingya ke India terjadi beberapa tahun sebelum gelombang pengungsi ke Bangladesh tersebut. Sekitar 40.000 Muslim Rohingya tinggal di India setelah melarikan diri dari Myanmar dekade lalu.

Para pejabat menjelaskan, Agra yang menjadi lokasi Taj Mahal memiliki populasi yang padat dan sulit membedakan antara pengungsi dan warga lokal.

Para aktivitas menyerukan survei terhadap keluarga Rohingya di India untuk mengetahui jika ada lebih banyak orang yang mengalami nasib serupa. Mereka mendesak agar hukum India untuk melawan kerja paksa diterapkan dalam berbagai kasus yang muncul.

Sementara, Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Zeid Ra'ad al-Hussein menyatakan dia tidak akan terkejut jika pengadilan suatu hari nanti menetapkan bahwa aksi genosida telah dilakukan terhadap minoritas Muslim Rohingya di Myanmar. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0682 seconds (0.1#10.140)