Akui Yerusalem Ibu Kota Israel, Trump Hancurkan Proses Perdamaian

Minggu, 03 Desember 2017 - 09:45 WIB
Akui Yerusalem Ibu Kota Israel, Trump Hancurkan Proses Perdamaian
Akui Yerusalem Ibu Kota Israel, Trump Hancurkan Proses Perdamaian
A A A
YERUSALEM - Otoritas Palestina memperingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak mengakui Yeruselam sebagai Ibu Kota Israel. Penasihat Presiden Palestina, Mahmoud Habash, mengatakan dunia akan membayarnya jika Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Menurut Habash, pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel akan menjadi penghancuran proses perdamaian secara total seperti dikutip dari Al Araby, Minggu (3/12/2017).

Pejabat di Washington mengatakan Trump mempertimbangkan untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Ini dilakukan sebagai cara untuk mengimbangi kemungkinan keputusannya untuk menunda janjinya memindahkan kedutaan AS di sana.

Israel menganggap Yerusalem sebagai ibu Kotanya, sebuah klaim yang ditolak oleh hampir seluruh dunia dengan mengatakan bahwa statusnya harus ditentukan dalam perundingan damai dengan Palestina. Pemerintah di Ramallah mengklaim bagian timur kota Yerusalem sebagai Ibu Kota masa depan mereka.

Penasihat senior Trrump dan menantunya Jared Kushner telah mengadakan pembicaraan dengan Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di sebuah negara bagian Palestina yang didukung AS, laporan media menyatakan pekan ini.

Trump telah berjanji untuk menjadikannya prioritas kebijakan luar negeri untuk mengadakan kesepakatan damai antara Israel dan Palestina, dan telah menugaskan menantunya itu untuk menjalankan tugas tersebut.

Bloomberg mengatakan Kushner dan Mohammed bin Salman telah melakukan negosiasi untuk mendirikan sebuah negara Palestina yang didanai oleh Saudi, walaupun pembicaraan rahasia tersebut membuat marah kepala Departemen Luar Negeri Rex Tillerson.

Menantu Trump dan pangeran mahkota Saudi telah menjalin hubungan dekat, meskipun Tillerson dikatakan sangat marah karena dipendam "dalam kegelapan" mengenai masalah Palestina, kata laporan tersebut.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5720 seconds (0.1#10.140)