Turki Pertanyakan Kredibilitas NATO
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki Tayyip Erdogan mempertanyakan kredibilitas NATO. Dia menuturkan, NATO telah menarik sistem pertahanan rudalnya dari Turki tanpa mempedulikan ancaman yang ditimbulkan oleh negara lain.
Erdogan lalu mempertanyakan sikap NATO yang memprotes keras Turki karena membeli sistem pertahanan udara buatan Rusia S-400. Menurutnya, apa yang dilakukan NATO benar-benar mengundang banyak pernyataan.
"Kredilitas NATO telah dipertanyakan oleh semua negara anggotanya, saat mereka menarik sistem pertahanan rudal dari Turki, di saat ancaman dari Suriah meningkat," ungkap Erdogan dalam sebuah pernyataan.
"Dan sekarang, ketika kita mencoba untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, reaksi dari beberapa negara aliansi (NATO) membuktikan keburukan ini," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (19/11).
Hubungan Turki dan NATO sendiri memburuk dalam beberapa pekan terakhir. Puncaknya, saat Erdogan dimasukkan dalam daftar musuh di sebuah poster dalam latihan gabungan yang dilakukan NATO.
NATO sendiri sejatinya telah meminta maaf mengenai hal ini. Namun, Erdogan menolak permintaan maaf dari NATO itu, dengan menyebut perilaku yang tidak sopan tak bisa dimaafkan dengan mudah.
Erdogan lalu mempertanyakan sikap NATO yang memprotes keras Turki karena membeli sistem pertahanan udara buatan Rusia S-400. Menurutnya, apa yang dilakukan NATO benar-benar mengundang banyak pernyataan.
"Kredilitas NATO telah dipertanyakan oleh semua negara anggotanya, saat mereka menarik sistem pertahanan rudal dari Turki, di saat ancaman dari Suriah meningkat," ungkap Erdogan dalam sebuah pernyataan.
"Dan sekarang, ketika kita mencoba untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, reaksi dari beberapa negara aliansi (NATO) membuktikan keburukan ini," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (19/11).
Hubungan Turki dan NATO sendiri memburuk dalam beberapa pekan terakhir. Puncaknya, saat Erdogan dimasukkan dalam daftar musuh di sebuah poster dalam latihan gabungan yang dilakukan NATO.
NATO sendiri sejatinya telah meminta maaf mengenai hal ini. Namun, Erdogan menolak permintaan maaf dari NATO itu, dengan menyebut perilaku yang tidak sopan tak bisa dimaafkan dengan mudah.
(esn)