Balas Dendam, Gadis 16 Tahun di Pakistan Diarak Bugil
A
A
A
ISLAMABAD - Penduduk desa di daerah terpencil di barat laut Pakistan syok setelah sekelompok orang bersenjata memaksa seorang gadis berusia 16 berjalan setengah telanjang mengelilingi desa. Aksi itu dilakukan para pelaku untuk menebut kehormatan keluarga mereka.
Warga setempat mengatakan bahwa wanita itu menjadi sasaran karena perselingkuhan kakaknya dengan seorang wanita dari keluarga pelaku penyerangan. Kejadian perselingkuhan itu sendiri sudah lama berlalu.
Insiden tersebut terjadi pekan lalu di dekat kota terpencil Chaudhwan, sekitar 80km barat kota Dera Ismail Khan provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Kejadian ini baru terungkap pada Kamis lalu setelah terendus oleh media.
Dilansir dari BBC, Sabtu (4/11/2017), pihak kepolisian setempat telah menahan delapan pria dan tengah mencari pelaku kesembilan.
Saksi mata mengatakan bahwa gadis itu diserang di siang bolong saat dia pergi mengambil air dari kolam.
"Saya dan sepupu saya kembali setelah mengisi kendi kami saat orang-orang ini menyusul kami," katanya kepada wartawan setempat.
"Mereka mendorong saya berkeliling, dan saya terjatuh, lalu mereka memotong pakaian saya dengan gunting. Salah satu sepupu saya mencoba menutupi saya dengan dupatta-nya (syal panjang), tapi mereka menyambarnya," sambungnya.
Dia mencoba melarikan diri dan berlari ke rumah terdekat, tapi mereka mengikutinya.
"Saya merunduk di samping tempat tidur dan mencoba berpegang pada itu tapi mereka menyeret saya keluar. Seorang tetangga mencoba untuk melakukan intervensi, namun mereka mengancamnya dengan senjata mereka," tuturnya.
Penduduk setempat dan polisi mengatakan bahwa cobaan berat untuk gadis itu terus berlanjut selama hampir satu jam, setelah orang-orang membiarkannya pergi.
"Rumah paman saya dekat, jadi saya berlari ke sana dan masuk ke dalam mengambil beberapa pakaian," ujarnya.
Kepada media lokal, gadis itu menggarisbawahi bahwa serangan tersebut dilakukan di hadapan ibu dan sepupunya. Ibunya, seorang janda, mengatakan bahwa dia berlari keluar untuk mencari putrinya saat dia mendengar apa yang telah terjadi.
"Di jalan, saya melihat beberapa orang bersenjata berdiri di dekat dinding, dan saya bertanya kepada mereka apa yang telah mereka lakukan terhadap anak perempuan saya. Alih-alih menjawab, mereka bertanya kepada saya di mana anak saya berada. Mereka mengejek saya," terang sang ibu.
Saat berada di ujung jalan, dia mengatakan bahwa dia menemukan lengan baju yang dilepaskan dari kemeja putrinya.
Seorang sumber lokal yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa keluarga penyerang secara diam-diam menaruh dendam terhadap keluarga gadis tersebut atas sebuah insiden yang terjadi tiga tahun lalu.
"Saudara laki-laki sang gadis saat itu dituduh menyerahkan sebuah telepon genggam ke salah satu anak perempuan seorang penduduk desa setempat yang digunakan pasangan mereka untuk menjadi penghubung hubungan rahasia mereka," ungkapnya.
Kabar tersebut menimbulkan sakit hati pada keluarga gadis ini, dan masyarakat meminta dewan tetua untuk menyelesaikan masalah tersebut sebelum menyebabkan pertumpahan darah.
Dewan tersebut memerintahkan pemuda tersebut untuk membayar denda 300.000 rupee yang dia lakukan dan masalahnya selesai.
"Tapi sekarang tampaknya keluarga gadis itu belum bisa melupakan penghinaan tersebut dan bahkan ingin mendapatkan balas dendam," kata sumber BBC tersebut.
Seperti yang sering terjadi dalam apa yang disebut perselisihan "kehormatan" di Asia Selatan, hukuman atas penghinaan tersebut ditanggung oleh seorang gadis yang tidak bersalah.
Warga setempat mengatakan bahwa wanita itu menjadi sasaran karena perselingkuhan kakaknya dengan seorang wanita dari keluarga pelaku penyerangan. Kejadian perselingkuhan itu sendiri sudah lama berlalu.
Insiden tersebut terjadi pekan lalu di dekat kota terpencil Chaudhwan, sekitar 80km barat kota Dera Ismail Khan provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Kejadian ini baru terungkap pada Kamis lalu setelah terendus oleh media.
Dilansir dari BBC, Sabtu (4/11/2017), pihak kepolisian setempat telah menahan delapan pria dan tengah mencari pelaku kesembilan.
Saksi mata mengatakan bahwa gadis itu diserang di siang bolong saat dia pergi mengambil air dari kolam.
"Saya dan sepupu saya kembali setelah mengisi kendi kami saat orang-orang ini menyusul kami," katanya kepada wartawan setempat.
"Mereka mendorong saya berkeliling, dan saya terjatuh, lalu mereka memotong pakaian saya dengan gunting. Salah satu sepupu saya mencoba menutupi saya dengan dupatta-nya (syal panjang), tapi mereka menyambarnya," sambungnya.
Dia mencoba melarikan diri dan berlari ke rumah terdekat, tapi mereka mengikutinya.
"Saya merunduk di samping tempat tidur dan mencoba berpegang pada itu tapi mereka menyeret saya keluar. Seorang tetangga mencoba untuk melakukan intervensi, namun mereka mengancamnya dengan senjata mereka," tuturnya.
Penduduk setempat dan polisi mengatakan bahwa cobaan berat untuk gadis itu terus berlanjut selama hampir satu jam, setelah orang-orang membiarkannya pergi.
"Rumah paman saya dekat, jadi saya berlari ke sana dan masuk ke dalam mengambil beberapa pakaian," ujarnya.
Kepada media lokal, gadis itu menggarisbawahi bahwa serangan tersebut dilakukan di hadapan ibu dan sepupunya. Ibunya, seorang janda, mengatakan bahwa dia berlari keluar untuk mencari putrinya saat dia mendengar apa yang telah terjadi.
"Di jalan, saya melihat beberapa orang bersenjata berdiri di dekat dinding, dan saya bertanya kepada mereka apa yang telah mereka lakukan terhadap anak perempuan saya. Alih-alih menjawab, mereka bertanya kepada saya di mana anak saya berada. Mereka mengejek saya," terang sang ibu.
Saat berada di ujung jalan, dia mengatakan bahwa dia menemukan lengan baju yang dilepaskan dari kemeja putrinya.
Seorang sumber lokal yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa keluarga penyerang secara diam-diam menaruh dendam terhadap keluarga gadis tersebut atas sebuah insiden yang terjadi tiga tahun lalu.
"Saudara laki-laki sang gadis saat itu dituduh menyerahkan sebuah telepon genggam ke salah satu anak perempuan seorang penduduk desa setempat yang digunakan pasangan mereka untuk menjadi penghubung hubungan rahasia mereka," ungkapnya.
Kabar tersebut menimbulkan sakit hati pada keluarga gadis ini, dan masyarakat meminta dewan tetua untuk menyelesaikan masalah tersebut sebelum menyebabkan pertumpahan darah.
Dewan tersebut memerintahkan pemuda tersebut untuk membayar denda 300.000 rupee yang dia lakukan dan masalahnya selesai.
"Tapi sekarang tampaknya keluarga gadis itu belum bisa melupakan penghinaan tersebut dan bahkan ingin mendapatkan balas dendam," kata sumber BBC tersebut.
Seperti yang sering terjadi dalam apa yang disebut perselisihan "kehormatan" di Asia Selatan, hukuman atas penghinaan tersebut ditanggung oleh seorang gadis yang tidak bersalah.
(ian)