Iran: Perjanjian Nuklir Gagal, Harapan Non-proliferasi Berakhir
A
A
A
MOSKOW - Jika kesepakatan nuklir Iran gagal, maka perjanjian non-proliferasi (NPT) dan rezim non-proliferasi juga akan gagal. Hal itu dikatakan Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi.
"Saya sepenuhnya setuju bahwa sekarang JCPOA adalah pilar utama rezim non-proliferasi. Dan jika gagal, sebenarnya akan menjadi kegagalan NPT, kegagalan rezim non-proliferasi," kata Araghchi seperti disitat dari Sputniknews, Sabtu (21/10/2017).
Diplomat tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa Teheran siap untuk menghadapi perkembangan seputar kesepakatan nuklir menyusul pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Diplomat tersebut menambahkan bahwa komitmen Iran untuk tidak menggunakan senjata nuklir bersifat permanen dalam kesepakatan tersebut.
"Saya ingin menegaskan bahwa komitmen Iran untuk tidak menggunakan senjata nuklir adalah permanen dalam kesepakatan tersebut," kata Araghchi dalam Konferensi Nonproliferasi di Moskow.
Araghchi juga mengatakan bahwa setelah berakhirnya pembatasan yang dipertimbangkan oleh kesepakatan tersebut, Iran tidak akan memulai pengembangan senjata nuklir, namun akan menjadi "anggota normal" Perjanjian mengenai Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT).
Pekan lalu, Presiden Trump memutuskan melanjutkan kesepakatan nuklir antara Iran dengan enam kekuatan duni (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China) dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Namun, dia menyerahkan kepada kongres untuk merumuskan ulang kesepakatan nukir tersebut.
Keputusan Trump ini pun menuai reaksi. Tiga negara Eropa yang juga sekutu AS, Jerman, Prancis, dan Inggris, menyatakan akan tetap berkomitmen dengan perjanjian tersebut. Mereka menyayangkan keputusan yang diambil oleh Trump.
"Saya sepenuhnya setuju bahwa sekarang JCPOA adalah pilar utama rezim non-proliferasi. Dan jika gagal, sebenarnya akan menjadi kegagalan NPT, kegagalan rezim non-proliferasi," kata Araghchi seperti disitat dari Sputniknews, Sabtu (21/10/2017).
Diplomat tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa Teheran siap untuk menghadapi perkembangan seputar kesepakatan nuklir menyusul pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Diplomat tersebut menambahkan bahwa komitmen Iran untuk tidak menggunakan senjata nuklir bersifat permanen dalam kesepakatan tersebut.
"Saya ingin menegaskan bahwa komitmen Iran untuk tidak menggunakan senjata nuklir adalah permanen dalam kesepakatan tersebut," kata Araghchi dalam Konferensi Nonproliferasi di Moskow.
Araghchi juga mengatakan bahwa setelah berakhirnya pembatasan yang dipertimbangkan oleh kesepakatan tersebut, Iran tidak akan memulai pengembangan senjata nuklir, namun akan menjadi "anggota normal" Perjanjian mengenai Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT).
Pekan lalu, Presiden Trump memutuskan melanjutkan kesepakatan nuklir antara Iran dengan enam kekuatan duni (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China) dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Namun, dia menyerahkan kepada kongres untuk merumuskan ulang kesepakatan nukir tersebut.
Keputusan Trump ini pun menuai reaksi. Tiga negara Eropa yang juga sekutu AS, Jerman, Prancis, dan Inggris, menyatakan akan tetap berkomitmen dengan perjanjian tersebut. Mereka menyayangkan keputusan yang diambil oleh Trump.
(ian)