Oxford Cabut Gelar Kehormatan Aung San Suu Kyi

Rabu, 04 Oktober 2017 - 15:44 WIB
Oxford Cabut Gelar Kehormatan Aung San Suu Kyi
Oxford Cabut Gelar Kehormatan Aung San Suu Kyi
A A A
LONDON - Dewan Kota Oxford, Inggris, memutuskan untuk mencabut gelar kehormatan Freedom of Oxford yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi. Pencopotan gelar itu dilakukan di tengah tudingan jika Myanmar telah melakukan pembersihan etnis Rohingya.

Pemimpin Dewan Kota Oxford, Bob Price mengatakan, ia mendukung langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menyingkirkan kehormatannya.

Ia mengatakan bahwa orang-orang sangat terkejut dengan situasi di Myanmar. Price menambahkan Suu Kyi tidak membicarakan kekejaman yang luar biasa itu saat berada di Inggris seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (4/10/2017).

Aung San Suu Kyi dipuji secara luas dan diberi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 sebagai pemimpin oposisi. Ia diberi gelar kehormatan Freedom of Oxford pada tahun 1997, saat dia ditahan sebagai tahanan politik oleh militer Myanmar.

Sebelumnya Universitas Oxford juga telah mencopot potret Aung San Suu Kyi, karena institusi yang sebelumnya memuji dia telah menarik dukungan mereka.

Potret Suu Kyi, yang lulus dari St Hugh's pada tahun 1967, telah tergantung di dekat pintu masuk perguruan tinggi sejak tahun 1999.

Gambar tersebut dilukis oleh seniman Chen Yanning pada tahun 1997 dan merupakan milik suami Suu Kyi, Oxford don Michael Aris. Foto itu diberikan ke perguruan tinggi setelah kematiannya.

Tapi badan pemerintahan perguruan tinggi tersebut sekarang telah memutuskan untuk memindahkan potretnya dari tampilan publik dan menggantinya dengan lukisan Jepang, menurut catatan mahasiswa universitas The Swan.

Alasan pemindahan potret tidak jelas tapi datang hanya beberapa hari sebelum dimulainya tahun ajaran dan kedatangan siswa baru.

St Hugh's College berkata: "Perguruan Tinggi menerima hadiah sebuah lukisan baru awal bulan ini yang akan dipamerkan untuk jangka waktu tertentu.

"Lukisan Aung San Suu Kyi telah dipindahkan ke tempat penyimpanan."

Myanmar sendiri telah menolak tuduhan kekejaman sistematis, mengatakan kepada dewan keamanan PBB bahwa "tidak ada pembersihan etnis dan tidak ada genosida di Myanmar".
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4659 seconds (0.1#10.140)