Menlu Iran: Kekuasaan dari Rakyat, Bukan dari Senjata AS
A
A
A
NEW YORK - Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan , legitimasi dan kekuasaan sebuah negara berasal dari rakyat, bukan senjata buatan Amerika Serikat (AS) yang indah. Komentar Zarif ini sebagai sindiran untuk negara-negara sekutu Washington di Timur Tengah konsumen senjata Pentagon.
“Tidak seperti beberapa sekutu AS di kawasan ini, pemerintah Iran bukanlah sebuah kediktatoran yang mempertahankan kekuatannya melalui pasokan senjata Amerika yang indah,” katanya. Namun, lanjut Zarif, mendapat legitimasinya dari kehendak rakyat.
”Mungkin Presiden (Donald) Trump suka menganggap Iran sebagai sebuah kediktatoran, tapi menarik bahwa semua sekutu-sekutunya (di wilayah Timur Tengah ini) bahkan belum melihat kotak suara di negara mereka. Jadilah seperti itu,” sindir Zarif mengacu pada proses pemilu di negara-negara sekutu AS di Arab.
Komentar diplomat top Teheran ini muncul dalam sebuah wawancara dengan Asia Society, sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di New York, yang dilansir Russia Today, Kamis (28/9/2017). Dia menjawab sebuah pertanyaan tentang proses politik di Iran.
”Yang penting adalah bahwa kami mendapatkan legitimasi dan kekuasaan dari orang-orang kami, tidak seperti teman kami di wilayah ini,” lanjut Zarif kepada pewawancara, Charlie Rose. ”Kami tidak mendapatkan legitimasi kami dari peralatan militer yang indah dari Amerika Serikat.”
”Masyarakat kita tidak berbeda, kita memiliki proses yang sama,” sambung Zarif. ”Saya tidak punya bola kristal. Saya tahu para pemain, Anda tahu para pemain di AS. Tapi jika saya bertanya kepada Anda siapa yang akan memenangkan pemilihan presiden berikutnya di AS, dapatkah Anda memberi tahu saya?.”
Salah satu sekutu AS yang menikmati pasokan senjata Pentagon adalah Arab Saudi, rival utama Iran. Meski kedua negara berseberangan dalam kebijakan luar negeri, Zarif menekankan bahwa Teheran berharap dapat bekerja sama dengan Riyadh untuk meningkatkan keamanan di Timur Tengah.
”Kami tidak memiliki ilusi bahwa kita bisa mengecualikan Arab Saudi dari wilayah ini. Kami percaya bahwa Arab Saudi adalah pemain yang sangat penting di wilayah ini, yang perannya perlu dihormati,” ujar Zarif.
”Tapi kami berharap Arab Saudi juga menyadari bahwa kami adalah bagian penting dari kawasan ini dan mereka tidak akan pernah bisa mengecualikan Iran. Karena kita tidak akan pernah mencoba untuk menyingkirkan Arab Saudi sehingga Arab Saudi harus meninggalkan ilusi ini,” imbuh Zarif.
“Tidak seperti beberapa sekutu AS di kawasan ini, pemerintah Iran bukanlah sebuah kediktatoran yang mempertahankan kekuatannya melalui pasokan senjata Amerika yang indah,” katanya. Namun, lanjut Zarif, mendapat legitimasinya dari kehendak rakyat.
”Mungkin Presiden (Donald) Trump suka menganggap Iran sebagai sebuah kediktatoran, tapi menarik bahwa semua sekutu-sekutunya (di wilayah Timur Tengah ini) bahkan belum melihat kotak suara di negara mereka. Jadilah seperti itu,” sindir Zarif mengacu pada proses pemilu di negara-negara sekutu AS di Arab.
Komentar diplomat top Teheran ini muncul dalam sebuah wawancara dengan Asia Society, sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di New York, yang dilansir Russia Today, Kamis (28/9/2017). Dia menjawab sebuah pertanyaan tentang proses politik di Iran.
”Yang penting adalah bahwa kami mendapatkan legitimasi dan kekuasaan dari orang-orang kami, tidak seperti teman kami di wilayah ini,” lanjut Zarif kepada pewawancara, Charlie Rose. ”Kami tidak mendapatkan legitimasi kami dari peralatan militer yang indah dari Amerika Serikat.”
”Masyarakat kita tidak berbeda, kita memiliki proses yang sama,” sambung Zarif. ”Saya tidak punya bola kristal. Saya tahu para pemain, Anda tahu para pemain di AS. Tapi jika saya bertanya kepada Anda siapa yang akan memenangkan pemilihan presiden berikutnya di AS, dapatkah Anda memberi tahu saya?.”
Salah satu sekutu AS yang menikmati pasokan senjata Pentagon adalah Arab Saudi, rival utama Iran. Meski kedua negara berseberangan dalam kebijakan luar negeri, Zarif menekankan bahwa Teheran berharap dapat bekerja sama dengan Riyadh untuk meningkatkan keamanan di Timur Tengah.
”Kami tidak memiliki ilusi bahwa kita bisa mengecualikan Arab Saudi dari wilayah ini. Kami percaya bahwa Arab Saudi adalah pemain yang sangat penting di wilayah ini, yang perannya perlu dihormati,” ujar Zarif.
”Tapi kami berharap Arab Saudi juga menyadari bahwa kami adalah bagian penting dari kawasan ini dan mereka tidak akan pernah bisa mengecualikan Iran. Karena kita tidak akan pernah mencoba untuk menyingkirkan Arab Saudi sehingga Arab Saudi harus meninggalkan ilusi ini,” imbuh Zarif.
(mas)