Krisis Rohingya, Jendral Myanmar: Tidak Ada Kompromi!

Senin, 18 September 2017 - 00:21 WIB
Krisis Rohingya, Jendral...
Krisis Rohingya, Jendral Myanmar: Tidak Ada Kompromi!
A A A
YANGON - Jenderal tertinggi Myanmar menyalahkan orang-orang Rohingya atas krisis yang menyebabkan eksodus ratusan ribu orang ke Bangladesh. PBB menyebut lebih dari 400 ribu etnis Rohingya telah meninggalkan Myanmar dan menyebrang ke Banglangdesh.

Baca Juga: Eksodus Etnis Rohingya ke Bangladesh Tembus 400 Ribu Lebih

Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan bahwa Rohingya tidak pernah menjadi kelompok etnis. Ia pun menuduh ekstrimis mencoba membangun sebuah benteng di negara bagian Rakhine utara.

Pasukan Myanmar dituduh menargetkan warga sipil dalam serangan di sana, memaksa etnis Rohingya untuk melarikan diri. Myanmar menyangkal hal ini, dan mengatakan bahwa pihaknya menanggapi serangan militan yang mematikan.

Dalam sebuah postingan di Facebook pada hari Minggu (17/9/2017), Jenderal Min Aung Hlaing mendesak masyarakat dan media di Myanmar untuk mempersatukan isu Rohingya. Dia mengatakan operasi militer dimulai setelah 93 bentrokan dengan orang bengis ekstremis - merujuk pada militan Rohingya - yang dimulai pada 25 Agustus.

Kekerasan tersebut, lanjutnya, merupakan upaya terorganisir untuk membangun benteng pertahanan di negara bagian Rakhine.

"Mereka menuntut pengakuan sebagai Rohingya, yang tidak pernah menjadi kelompok etnis di Myanmar. Masalah bahasa Bengali adalah penyebab nasional dan kita perlu bersatu dalam menegakkan kebenaran," katanya dalam postingannya seperti dilansir dari BBC.

Pembelaan terhadap aksi militer Myanmar ini dilakukan di tengah kutukan atas aksi kekerasan itu dari seluruh dunia.

Militan Rohingya menyerang pos polisi di Rakhine utara pada tanggal 25 Agustus, menewaskan 12 petugas keamanan.

Tapi Rohingya yang telah meninggalkan Myanmar sejak saat itu mengatakan bahwa militer menanggapinya dengan sebuah kampanye yang brutal, membakar desa-desa dan menyerang warga sipil untuk mengusir mereka.

Bangladesh baru-baru ini mengumumkan telah membatasi pergerakan lebih dari 400 ribu Rohingya yang telah melarikan diri dari Myanmar. Bangladesh juga mengumumkan rencana untuk membangun tempat penampungan lebih besar untuk 400 ribu etnis Rohingya di dekat kota Cox's Bazar.

Baca Juga: Bangladesh Akan Bangun 14 Ribu Tempat Penampungan untuk Rohingya

Rohingya, minoritas tanpa kewarganegaraan, telah lama mengalami penganiayaan di Myanmar, yang mengatakan bahwa mereka adalah imigran ilegal.

Beberapa yang melarikan diri dari negara bagian Rakhine mengatakan tentang pembunuhan, pemerkosaan dan bahkan pembantaian, sementara di dalam Rakhine, seorang awak BBC menyaksikan rumah-rumah hangus terbakar.
(ian)
Berita Terkait
Sebut Tentaranya Diancam,...
Sebut Tentaranya Diancam, Myanmar Bantah Pengakuan Kekejaman Rohingya
Pengakuan Tentara Myanmar...
Pengakuan Tentara Myanmar Soal Pembantaian Rohingya: Bunuh Mereka Semua
Pendekatan Rasional...
Pendekatan Rasional terhadap Krisis Rohingya
Agama Warga Negara Bagian...
Agama Warga Negara Bagian Rakhine Myanmar dan Persentasenya
1.600 Rohingya Dipindah...
1.600 Rohingya Dipindah ke Pulau Terpencil, Ada yang Mengaku Dipaksa
India Deportasi Lebih...
India Deportasi Lebih dari 150 Pengungsi Rohingya ke Myanmar
Berita Terkini
Ini Penampakan Makam...
Ini Penampakan Makam Paus Fransiskus yang Sederhana
30 menit yang lalu
Rusia Tangkap Agen Intelijen...
Rusia Tangkap Agen Intelijen Ukraina yang Meledakkan Bom Mobil Jenderal Kepercayaan Putin
1 jam yang lalu
Siapa Hussein al-Sheikh?...
Siapa Hussein al-Sheikh? Calon Kuat Pemimpin Palestina yang Dituding sebagai Tangan Kanan Zionis
2 jam yang lalu
Antisipasi Invasi Musuh...
Antisipasi Invasi Musuh Bebuyutan, Negara Tetangga Rusia Ingin Membentuk Tentara Terkuat
3 jam yang lalu
Mengapa Paus Fransiskus...
Mengapa Paus Fransiskus Tidak Dimakamkan di Vatikan?
4 jam yang lalu
Mobil Tabrak Kerumunan...
Mobil Tabrak Kerumunan Warga di Festival Hari Lapu Lapu di Vancouver
5 jam yang lalu
Infografis
Batas Aman Makan Kue...
Batas Aman Makan Kue Lebaran Biar Berat Badan Tidak Naik
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved