Myanmar Akui 471 Desa Rohingya Jadi Target Tentara

Kamis, 14 September 2017 - 11:37 WIB
Myanmar Akui 471 Desa Rohingya Jadi Target Tentara
Myanmar Akui 471 Desa Rohingya Jadi Target Tentara
A A A
YANGON - Pemerintah Myanmar mengakui sebanyak 471 desa yang dihuni minoritas Muslim Rohingya menjadi target “operasi pembersihan” oleh tentara sejak akhir Agustus lalu. Dari jumlah itu, sebanyak 40 persen atau 176 desa kini benar-benar kosong.

Pengakuan ini disampaikan juru bicara pemerintah Myanmar Zaw Htay. Selain 176 desa sudah kosong, 34 desa lainnya sebagian telah ditinggalkan warga Rohingya.

Tindakan keras militer diluncurkan sebagai respons atas serangan serangan militan Rohingya terhadap pos-pos polisi yang menewaskan 12 petugas pada 25 Agustus lalu. Operasi militer itu memaksa sekitar 370.000 warga Rohingya eksodus ke Bangladesh.

Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi menuai kecaman masyarakat internasional karena tidak berbuat banyak untuk mencegah kekerasan yang dilakukan militer. Selain itu, Suu Kyi yang menjadi ikon pejuang demokrasi dan peraih Hadiah Nobel Perdamaian 1991 dinilai sudah semestinya turun tangan mencegah kekerasan.

Peraih Nobel tersebut sedianya akan menghadiri Sidang Umum PBB minggu depan. Namun Zaw Htay mengatakan bahwa Suu Kyi tidak akan menghadirinya.

”Alasan pertama adalah karena serangan teroris Rakhine,” kata Zaw Htay. ”Alasan kedua adalah ada orang yang menghasut kerusuhan di beberapa daerah, yang ketiga adalah bahwa kita mendengar akan ada serangan teroris dan kita mencoba untuk mengatasi masalah ini,” lanjut dia, seperti dilansir The Guardian, Kamis (14/9/2017).

Wakil presiden kedua, Henry Van Tio, akan mewakili Myanmar dalam Sidang Umum PBB.

Aung San Suu Kyi, yang telah dikritik karena menyalahkan ”teroris” atas apa yang dia sebut sebagai gunung es kesalahan informasi terkait kekerasan di Rakhine, akan memberikan pidato di televisi, di Myanmar, minggu depan yang akan mencakup topik yang sama dengan yang semestinya dia sampaikan di PBB.

Tahun lalu, dalam pidato pertamanya di Majelis Umum PBB sebagai pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi mendapat pujian karena berjanji untuk menegakkan hak-hak minoritas.

Sementara itu, lima pemenang Hadiah Nobel Perdamaian ikut bergabung dengan masyarakat internasional untuk mengecam Suu Kyi yang diam atas pembantaian dan penindasan etnis Rohingya di Rakhine. Kelima tokoh itu adalah Mairead Maguire, Jody Williams, Shirin Ebadi, Leymah Gbowee dan Tawakkol Karman.

Mereka menandatangani sebuah surat yang berisi pertanyaan kepada Suu Kyi. ”Berapa banyak Rohingya yang harus mati; berapa banyak perempuan Rohingya akan diperkosa; berapa banyak komunitas yang akan diratakan sebelum Anda menaikkan suara Anda untuk membela mereka yang tidak memiliki suara?,” bunyi pertanyaan mereka untuk Suu Kyi.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4915 seconds (0.1#10.140)