Malala Serukan Perlindungan untuk Rohingya
A
A
A
LONDON - Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai mengatakan, masyarakat global perlu diintervensi untuk melindungi minoritas Muslim Myanmar. Ia pun meminta tanggapan dunia internasional terhadap kekerasan yang terjadi di Myanmar.
"Kita tidak bisa diam sekarang. Jumlah orang yang telah mengungsi adalah ratusan ribu. Saya pikir kita bahkan tidak bisa membayangkan untuk sesaat seperti apa kewarganegaraan Anda, hak Anda untuk tinggal di negara, benar-benar ditolak," kata Malala seperti dilansir dari BBC, Jumat (8/9/2017).
"Ini harus menjadi isu hak asasi manusia. Pemerintah harus bereaksi terhadapnya. Orang-orang mengungsi, mereka menghadapi kekerasan. Anak-anak dirampas pendidikan, mereka tidak dapat menerima hak-hak dasar - dan hidup dalam situasi terorisme, bila ada begitu banyak kekerasan di sekitar Anda, sangat sulit dilakukan," sambungnya.
Dia pun mendesak pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, untuk berbicara kepada Rohingya.
"Kita perlu bangun dan meresponsnya - dan saya berharap Aung San Suu Kyi juga meresponsnya," pungkasnya.
Ini adalah kedua kalinya Malala meminta Suu Kyi untuk angkat bicara terkait Rohingya. Sebelumnya Malala mengatakan dunia sedang menunggu untuk Aung San Suu Kyi bertindak.
Baca Juga: Tragedi Rohingya Memalukan, Malala: Dunia Menanti Suu Kyi Bertindak
Pada hari Kamis, Aung San Suu Kyi mengucapkan pidato pertamanya tentang krisis di Rakhine sejak tindakan keras pemerintah dimulai bulan lalu.
"Sedikit tidak masuk akal untuk mengharapkan kami menyelesaikan masalah ini dalam 18 bulan. Situasi di Rakhine sudah seperti itu sejak beberapa dekade. Ini kembali ke zaman pra-kolonial," katanya.
Baca Juga: Suu Kyi Nilai Pemerintahannya Tak Bisa Disalahkan Atas Krisis Rohingnya
"Kita tidak bisa diam sekarang. Jumlah orang yang telah mengungsi adalah ratusan ribu. Saya pikir kita bahkan tidak bisa membayangkan untuk sesaat seperti apa kewarganegaraan Anda, hak Anda untuk tinggal di negara, benar-benar ditolak," kata Malala seperti dilansir dari BBC, Jumat (8/9/2017).
"Ini harus menjadi isu hak asasi manusia. Pemerintah harus bereaksi terhadapnya. Orang-orang mengungsi, mereka menghadapi kekerasan. Anak-anak dirampas pendidikan, mereka tidak dapat menerima hak-hak dasar - dan hidup dalam situasi terorisme, bila ada begitu banyak kekerasan di sekitar Anda, sangat sulit dilakukan," sambungnya.
Dia pun mendesak pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, untuk berbicara kepada Rohingya.
"Kita perlu bangun dan meresponsnya - dan saya berharap Aung San Suu Kyi juga meresponsnya," pungkasnya.
Ini adalah kedua kalinya Malala meminta Suu Kyi untuk angkat bicara terkait Rohingya. Sebelumnya Malala mengatakan dunia sedang menunggu untuk Aung San Suu Kyi bertindak.
Baca Juga: Tragedi Rohingya Memalukan, Malala: Dunia Menanti Suu Kyi Bertindak
Pada hari Kamis, Aung San Suu Kyi mengucapkan pidato pertamanya tentang krisis di Rakhine sejak tindakan keras pemerintah dimulai bulan lalu.
"Sedikit tidak masuk akal untuk mengharapkan kami menyelesaikan masalah ini dalam 18 bulan. Situasi di Rakhine sudah seperti itu sejak beberapa dekade. Ini kembali ke zaman pra-kolonial," katanya.
Baca Juga: Suu Kyi Nilai Pemerintahannya Tak Bisa Disalahkan Atas Krisis Rohingnya
(ian)