Aksi Protes Krisis Rohingya, dari Chechnya Hingga Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Umat Muslim dan sejumlah demonstran ramai-ramai menunjukkan solidaritasnya untuk minoritas Rohingya yang teraniaya di Myanmar. Aksi solidaritas berbentuk demonstrasi dengan turun ke jalan dan di depan kedutaan besar Myanmar itu terjadi di sejumlah negara.
Lebih dari satu juta orang menghadiri sebuah demonstrasi di Grozny, ibukota Chechnya yang mayoritas Muslim di Rusia pada hari Senin. Massa demonstran memegang sejumlah poster bertuliskan "Hentikan Genosida di Myanmar" dan "Hentikan Pembunuhan Muslim Myanmar."
Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, berorasi kepada kerumunan. Ia mengkritik kurangnya tindakan pemerintah Rusia terhadap Myanmar yang disambut takbir "Allahu Akbar" oleh masa demonstran.
Di Moskow, 20 orang ditangkap karena menimbulkan gangguan di luar kedutaan Myanmar pada hari Senin. Sebelumnya, pada hari Minggu, hampir 1.000 orang melakukan demonstrasi di luar gedung yang sama.
Menteri luar negeri Pakistan Khawaja Asif melalui akun Twitternya mengecam penganiayaan Rohingya dan Muslim lainnya sebagai "kegagalan kolektif" kepemimpinan di dunia Muslim seperti dikutip dari Asian Correspondent, Selasa (5/9/2017).
Di Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, pemrotes menggeruduk kedutaan Myanmar di Jakarta pada hari Sabtu dan Minggu.
Sekelompok aktivis Muslim dilaporkan meminta Komite Hadiah Nobel untuk menarik Hadiah Nobel dari pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi.
Polisi Jakarta melaporkan bahwa sebuah bom molotov dilempar ke kedutaan pada hari Minggu pagi. Insiden ini menyebabkan kebakaran kecil di lantai dua gedung tersebut.
Protes pro Rohingya selanjutnya dijadwalkan di ibu kota Indonesia pada hari Rabu dan di monumen Budha paling terkenal di Indonesia Borobudur di Jawa Tengah pada hari Jumat. Namun polisi setempat menolak izin untuk demonstrasi yang terakhir.
Pekan lalu, sebagian besar kelompok Rohingya dari sekitar 1200 pemrotes di Kuala Lumpur untuk menyoroti nasib orang-orang sebangsa mereka. Banyak dari mereka memiliki saudara yang tinggal di Negara Bagian Rakhine dan di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh. Sekitar 60.000 orang Rohingya tinggal di Malaysia.
Pada hari Senin, The Bastar Solidarity Network cabang Kolkata melakukan demonstrasi di kedutaan Myanmar di kota itu, India.
Pada hari Senin, aktivis hak asasi perempuan terkemuka Pakistan dan peraih Nobel, Malala Yousafzai, meminta Suu Kyi untuk mencela kekerasan tersebut dan mengakhiri penganiayaan terhadap minoritas Rohingya.
"Selama beberapa tahun terakhir, berulang kali saya mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini," katanya.
"Saya masih menunggu rekan peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama. Dunia sedang menunggu dan Muslim Rohingya sedang menunggu," ujarnya.
Baca Juga: Tragedi Rohingya Memalukan, Malala: Dunia Menanti Suu Kyi Bertindak
Lebih dari satu juta orang menghadiri sebuah demonstrasi di Grozny, ibukota Chechnya yang mayoritas Muslim di Rusia pada hari Senin. Massa demonstran memegang sejumlah poster bertuliskan "Hentikan Genosida di Myanmar" dan "Hentikan Pembunuhan Muslim Myanmar."
Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, berorasi kepada kerumunan. Ia mengkritik kurangnya tindakan pemerintah Rusia terhadap Myanmar yang disambut takbir "Allahu Akbar" oleh masa demonstran.
Di Moskow, 20 orang ditangkap karena menimbulkan gangguan di luar kedutaan Myanmar pada hari Senin. Sebelumnya, pada hari Minggu, hampir 1.000 orang melakukan demonstrasi di luar gedung yang sama.
Menteri luar negeri Pakistan Khawaja Asif melalui akun Twitternya mengecam penganiayaan Rohingya dan Muslim lainnya sebagai "kegagalan kolektif" kepemimpinan di dunia Muslim seperti dikutip dari Asian Correspondent, Selasa (5/9/2017).
Di Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, pemrotes menggeruduk kedutaan Myanmar di Jakarta pada hari Sabtu dan Minggu.
Sekelompok aktivis Muslim dilaporkan meminta Komite Hadiah Nobel untuk menarik Hadiah Nobel dari pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi.
Polisi Jakarta melaporkan bahwa sebuah bom molotov dilempar ke kedutaan pada hari Minggu pagi. Insiden ini menyebabkan kebakaran kecil di lantai dua gedung tersebut.
Protes pro Rohingya selanjutnya dijadwalkan di ibu kota Indonesia pada hari Rabu dan di monumen Budha paling terkenal di Indonesia Borobudur di Jawa Tengah pada hari Jumat. Namun polisi setempat menolak izin untuk demonstrasi yang terakhir.
Pekan lalu, sebagian besar kelompok Rohingya dari sekitar 1200 pemrotes di Kuala Lumpur untuk menyoroti nasib orang-orang sebangsa mereka. Banyak dari mereka memiliki saudara yang tinggal di Negara Bagian Rakhine dan di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh. Sekitar 60.000 orang Rohingya tinggal di Malaysia.
Pada hari Senin, The Bastar Solidarity Network cabang Kolkata melakukan demonstrasi di kedutaan Myanmar di kota itu, India.
Pada hari Senin, aktivis hak asasi perempuan terkemuka Pakistan dan peraih Nobel, Malala Yousafzai, meminta Suu Kyi untuk mencela kekerasan tersebut dan mengakhiri penganiayaan terhadap minoritas Rohingya.
"Selama beberapa tahun terakhir, berulang kali saya mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini," katanya.
"Saya masih menunggu rekan peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama. Dunia sedang menunggu dan Muslim Rohingya sedang menunggu," ujarnya.
Baca Juga: Tragedi Rohingya Memalukan, Malala: Dunia Menanti Suu Kyi Bertindak
(ian)