Pengungsi Rohingya yang Melarikan Diri ke Bangladesh Hampir 50 Ribu
A
A
A
DHAKA - Jumlah etnis Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh terus bertambah dalam sepekan terakhir. Diperkirakan 47.500 dari satu juta Rohingya di Myanmar telah melarikan diri ke Bangladesh dalam sepekan terakhir.
PBB merilis angka terbaru menunjukkan 27.500 Rohingya berhasil melewati perbatasan sejak Jumat pekan lalu, meningkat hampir 10.000 pada angka hari sebelumnya. 20.000 lainnya diperkirakan terjebak tanpa pengakuan di antara kedua negara, karena pertempuran antara pasukan keamanan Myanmar dan kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) terus berlanjut seperti dikutip dari The National.ae, Jumat (1/9/2017).
Skala eksodus saat ini jauh lebih besar daripada serangan yang diikuti pada bulan Oktober lalu. Eksodus ini dimulai setelah ARSA meluncurkan serangan mematikan terhadap pos keamanan pada 25 Agustus lalu.
Pasukan keamanan Myanmar kemudian menanggapi serangan tersebut dengan operasi pembersihan brutal. PBB menanggapi aksi balasan militer Myanamar dengan mengatakan kemungkinan terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan dan pembersihan etnis.
Sebelumnya Dewan Keamanan (DK) PBB telah melakukan pertemuan untuk membahas aksi kekerasan di Myanmar. Tidak ada pernyataan resmi dari 15 anggota dewan setelah pertemuan tertutup tersebut.
Namun Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft, mengatakan bahwa ada seruan dari anggota dewan untuk de-eskalasi. "Kami semua mengutuk kekerasan tersebut, kami semua meminta semua pihak untuk menguranginya," kata Rycroft.
Rycroft mengatakan DK PBB masih memberikan dukungannya kepada Aung San Suu Kyi, pemenang hadiah Nobel dan ikon demokrasi yang sekarang memimpin pemerintah di Yangon.
"Banyak dari kita adalah sekutu yang sangat mendukungnya yang telah mengikuti kemajuannya dengan kekaguman dari kejauhan," katanya.
"Kami memperhatikannya untuk menetapkan suara yang tepat dan untuk menemukan kompromi dan de-eskalasi yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik demi kebaikan semua orang di Myanmar," imbuhnya.
PBB merilis angka terbaru menunjukkan 27.500 Rohingya berhasil melewati perbatasan sejak Jumat pekan lalu, meningkat hampir 10.000 pada angka hari sebelumnya. 20.000 lainnya diperkirakan terjebak tanpa pengakuan di antara kedua negara, karena pertempuran antara pasukan keamanan Myanmar dan kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) terus berlanjut seperti dikutip dari The National.ae, Jumat (1/9/2017).
Skala eksodus saat ini jauh lebih besar daripada serangan yang diikuti pada bulan Oktober lalu. Eksodus ini dimulai setelah ARSA meluncurkan serangan mematikan terhadap pos keamanan pada 25 Agustus lalu.
Pasukan keamanan Myanmar kemudian menanggapi serangan tersebut dengan operasi pembersihan brutal. PBB menanggapi aksi balasan militer Myanamar dengan mengatakan kemungkinan terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan dan pembersihan etnis.
Sebelumnya Dewan Keamanan (DK) PBB telah melakukan pertemuan untuk membahas aksi kekerasan di Myanmar. Tidak ada pernyataan resmi dari 15 anggota dewan setelah pertemuan tertutup tersebut.
Namun Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft, mengatakan bahwa ada seruan dari anggota dewan untuk de-eskalasi. "Kami semua mengutuk kekerasan tersebut, kami semua meminta semua pihak untuk menguranginya," kata Rycroft.
Rycroft mengatakan DK PBB masih memberikan dukungannya kepada Aung San Suu Kyi, pemenang hadiah Nobel dan ikon demokrasi yang sekarang memimpin pemerintah di Yangon.
"Banyak dari kita adalah sekutu yang sangat mendukungnya yang telah mengikuti kemajuannya dengan kekaguman dari kejauhan," katanya.
"Kami memperhatikannya untuk menetapkan suara yang tepat dan untuk menemukan kompromi dan de-eskalasi yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik demi kebaikan semua orang di Myanmar," imbuhnya.
(ian)