Di Pakistan, Lagu 'Imagine' John Lennon Dianggap Menista Agama
A
A
A
KARACHI - Sebuah sekolah swasta di Karachi batal menyanyikan lagu “Imagine” karya John Lennon dalam konser tahunan para siswa. Pihak sekolah takut dikenai tuntutan hukum terkait penistaan agama jika menyanyikan lagu yang dipopulerkan pentolan The Beatles itu.
Lagu itu sebenarnya sudah dipersiapkan untuk dinyayikan para siswa di Karachi Grammar School, seperti tahun-tahun sebelumnya. Pihak sekolah membatalkannya setelah muncul kritik yang meluas di media sosial yang menganggap lirik lagu tersebut berisi pesan ateisme.
Salah satu pengkritik menilai lagu “Imagine” tak patut dikumandangkan di sekolah. “Sebuah sekolah swasta di Karachi mengadakan konser pada hari Jumat. Siswa akan menyanyikan lirik John Lennon—tidak ada surga, tidak ada neraka, juga tidak ada agama,” tulis seorang kolomnis surat kabar, Ansar Abbasi melalui akun Twitter @AnsarAAbbasi.
Kolomnis lainnya, Orya Maqbool Jan, dalam sebuah debat di acara talk show televisi mengatakan bahwa orang tua siswa telah menjadi “budak pemikiran Barat”. Dia menuduh pihak Karachi Grammar School "memaksakan" lagu tersebut pada para siswa.
”Lagu ini mempertanyakan keyakinan kita kepada Tuhan dan mendorong pola pikir ateis,” kata Jan. Dia kemudian menuduh kepala sekolah Dr CE Wall, seorang warga negara Inggris, mengenalkan nilai sekuler ke sekolah tersebut.
”Sekolah ini dikelola oleh orang Inggris dan di situlah masalahnya,” imbuh dia.
Kritik pun dibalas kritik. Para kolomnis yang memicu kekhawatiran bahwa menyanyikan lagu “Imagine” akan dikenai tuntutan hukum penistaan agama dinilai tidak memahami pesan dari lagu itu.
“Orang-orang konservatif Pakistan begitu tersinggung oleh lirik ‘Imagine’ karya John Lennon, hanya masalah waktu sebelum seseorang digantung karena menyanyikannya,” tulis pengguna media sosial, Fahad Desmukh melalui akun Twitter-nya, @desmukh.
Berbicara kepada Daily Telegraph, mantan siswa Daanika Kamal mengatakan bahwa Abbasi tidak mempedulikan pesan lagu tersebut.
”Kami diperkenalkan 'Imagine' oleh sekolah,” katanya.” Itu nyanyian damai, itulah mengapa hal itu sesuai dengan kami. Bila Anda tinggal di negara seperti Pakistan dan terus-menerus mendengar tentang serangan, sangat menenangkan mendengar lagu yang menyatukan kita,” ujarnya, yang dilansir semalam (27/8/2017).
Lagu itu sebenarnya sudah dipersiapkan untuk dinyayikan para siswa di Karachi Grammar School, seperti tahun-tahun sebelumnya. Pihak sekolah membatalkannya setelah muncul kritik yang meluas di media sosial yang menganggap lirik lagu tersebut berisi pesan ateisme.
Salah satu pengkritik menilai lagu “Imagine” tak patut dikumandangkan di sekolah. “Sebuah sekolah swasta di Karachi mengadakan konser pada hari Jumat. Siswa akan menyanyikan lirik John Lennon—tidak ada surga, tidak ada neraka, juga tidak ada agama,” tulis seorang kolomnis surat kabar, Ansar Abbasi melalui akun Twitter @AnsarAAbbasi.
Kolomnis lainnya, Orya Maqbool Jan, dalam sebuah debat di acara talk show televisi mengatakan bahwa orang tua siswa telah menjadi “budak pemikiran Barat”. Dia menuduh pihak Karachi Grammar School "memaksakan" lagu tersebut pada para siswa.
”Lagu ini mempertanyakan keyakinan kita kepada Tuhan dan mendorong pola pikir ateis,” kata Jan. Dia kemudian menuduh kepala sekolah Dr CE Wall, seorang warga negara Inggris, mengenalkan nilai sekuler ke sekolah tersebut.
”Sekolah ini dikelola oleh orang Inggris dan di situlah masalahnya,” imbuh dia.
Kritik pun dibalas kritik. Para kolomnis yang memicu kekhawatiran bahwa menyanyikan lagu “Imagine” akan dikenai tuntutan hukum penistaan agama dinilai tidak memahami pesan dari lagu itu.
“Orang-orang konservatif Pakistan begitu tersinggung oleh lirik ‘Imagine’ karya John Lennon, hanya masalah waktu sebelum seseorang digantung karena menyanyikannya,” tulis pengguna media sosial, Fahad Desmukh melalui akun Twitter-nya, @desmukh.
Berbicara kepada Daily Telegraph, mantan siswa Daanika Kamal mengatakan bahwa Abbasi tidak mempedulikan pesan lagu tersebut.
”Kami diperkenalkan 'Imagine' oleh sekolah,” katanya.” Itu nyanyian damai, itulah mengapa hal itu sesuai dengan kami. Bila Anda tinggal di negara seperti Pakistan dan terus-menerus mendengar tentang serangan, sangat menenangkan mendengar lagu yang menyatukan kita,” ujarnya, yang dilansir semalam (27/8/2017).
(mas)