Petugas Bandara Glasgow Gagalkan Masuknya 100 Budak Seks ke Skotlandia
A
A
A
GLASGOW - Hampir 100 korban potensial perdagangan manusia telah digagalkan oleh petugas perbatasan di Bandara Glasgow sejak November lalu. Mereka kemudian dikirim kembali negara asalnya.
Lebih dari 300 pria dan wanita diwawancarai petugas Safeguarding and Trafficking (SAT) karena dicurigai menjadi sasaran perbudakan modern. Lebih dari 80 persen dari mereka yang diwawancarai adalah orang Rumania dan kurang dari 50 persennya adalah laki-laki.
The Border Force, yang melakukan wawancara sebagai bagian dari tindakan keras terhadap geng yang menjual korban ke rumah pelacuran, mengatakan bahwa banyak korban tidak tahu bahwa mereka dijual ke dalam prostitusi.
Satu kasus adalah seorang gadis berusia 18 tahun yang baru saja meninggalkan sekolah, tidak memiliki uang dan ia diyakini akan dipekerjakan di sebuah hotel di Edinburgh.
"Ini tentang melindungi wanita muda yang rentan, dan orang-orang, yang diperdagangkan dan dieksploitasi serta melindungi masyarakat tempat mereka tinggal," kata Gordon Summers, asisten direktur di Border Force North.
"Border Force bekerja sama dengan para mitra untuk mengidentifikasi pelaku perdagangan dan penyelenggara, dan ingin membuat orang-orang di belakang rumah pelacuran dan yang menjual anak perempuan," sambungnya seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (26/8/2017).
Ia juga mengatakan mereka yang mendorong pelacuran juga harus ikut mempertanggungjawabkan.
"Mereka yang menghadiri rumah bordil mendorong kriminalitas dan eksploitasi terhadap wanita muda," ujarnya.
"Seringkali wanita-wanita ini dipaksa memasuki gaya hidup ini melawan keinginan mereka dan mereka terkena kekerasan dan intimidasi oleh gerombolan yang membawa mereka ke sini. Mereka tidak berdaya," jelas Summer.
Operasi itu terjadi setelah Badan Kejahatan Nasional (NCA) baru-baru ini melaporkan bahwa perbudakan modern jauh lebih lazim daripada yang diperkirakan sebelumnya, karena hal itu mempengaruhi setiap kota besar dan kota di Skotlandia.
Badan tersebut mengatakan perkiraan sebelumnya antara 10.000 dan 13.000 budak di Inggris hanyalah puncak gunung es, karena jumlah kasus diyakini jauh lebih tinggi.
Perdana Menteri Inggris Theresa May berjanji pada bulan Juli untuk memberikan perlawanan terhadap perbudakan modern dengan peningkatan 33 juta poundsterling (USD42 juta).
Lebih dari 300 pria dan wanita diwawancarai petugas Safeguarding and Trafficking (SAT) karena dicurigai menjadi sasaran perbudakan modern. Lebih dari 80 persen dari mereka yang diwawancarai adalah orang Rumania dan kurang dari 50 persennya adalah laki-laki.
The Border Force, yang melakukan wawancara sebagai bagian dari tindakan keras terhadap geng yang menjual korban ke rumah pelacuran, mengatakan bahwa banyak korban tidak tahu bahwa mereka dijual ke dalam prostitusi.
Satu kasus adalah seorang gadis berusia 18 tahun yang baru saja meninggalkan sekolah, tidak memiliki uang dan ia diyakini akan dipekerjakan di sebuah hotel di Edinburgh.
"Ini tentang melindungi wanita muda yang rentan, dan orang-orang, yang diperdagangkan dan dieksploitasi serta melindungi masyarakat tempat mereka tinggal," kata Gordon Summers, asisten direktur di Border Force North.
"Border Force bekerja sama dengan para mitra untuk mengidentifikasi pelaku perdagangan dan penyelenggara, dan ingin membuat orang-orang di belakang rumah pelacuran dan yang menjual anak perempuan," sambungnya seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (26/8/2017).
Ia juga mengatakan mereka yang mendorong pelacuran juga harus ikut mempertanggungjawabkan.
"Mereka yang menghadiri rumah bordil mendorong kriminalitas dan eksploitasi terhadap wanita muda," ujarnya.
"Seringkali wanita-wanita ini dipaksa memasuki gaya hidup ini melawan keinginan mereka dan mereka terkena kekerasan dan intimidasi oleh gerombolan yang membawa mereka ke sini. Mereka tidak berdaya," jelas Summer.
Operasi itu terjadi setelah Badan Kejahatan Nasional (NCA) baru-baru ini melaporkan bahwa perbudakan modern jauh lebih lazim daripada yang diperkirakan sebelumnya, karena hal itu mempengaruhi setiap kota besar dan kota di Skotlandia.
Badan tersebut mengatakan perkiraan sebelumnya antara 10.000 dan 13.000 budak di Inggris hanyalah puncak gunung es, karena jumlah kasus diyakini jauh lebih tinggi.
Perdana Menteri Inggris Theresa May berjanji pada bulan Juli untuk memberikan perlawanan terhadap perbudakan modern dengan peningkatan 33 juta poundsterling (USD42 juta).
(ian)