45 TKW Indonesia di Hong Kong Rentan Diradikalisasi ISIS
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 45 tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di Hong Kong dilaporkan rentan diradikalisasi kelompok ISIS secara online dan melalui kegiatan keagamaan. Laporan berasal dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC).
”Beberapa wanita ini dipikat oleh pacar ‘jihadis’ yang mereka temui secara online,” kata analis IPAC, Nava Nuraniyah, dalam laporannya hari Rabu. ”Tapi beberapa bergabung dengan ISIS.”
Banyak TKW Indonesia di Hong Kong bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Menurut laporan IPAC, kondisi kerja bukanlah faktor rekrutmen mereka oleh kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Tetapi, beberapa faktor memang berperan dalam radikalisasi mereka, termasuk krisis identitas di lingkungan baru, peran ulama berpaham ekstrem, masalah pribadi dan konflik di Suriah.
Lembaga yang berbasis di Jakarta itu dalam laporannya meminta pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dengan agen perekrutan TKW untuk memastikan bahwa mereka tidak tertarik ke jaringan ekstremis.
Sementara itu, Ketua Aliansi Buruh Migran Internasional di Hong Kong, Eni Lestari, menyangkal laporan bahwa puluhan TKW Indonesia rentan terjerat kelompok ISIS.
Menurutnya, meskipun ancaman ekstremisme selalu ada, namun dia tidak mengetahui jika ada TKW Indonesia di Hong Kong yang terlibat kelompok ekstremis.
”Kami orang Muslim dan kami menyelenggarakan banyak kegiatan keagamaan. Kami tidak melakukan radikalisasi,” katanya yang dikutip dari AFP, Kamis (27/7/2017).
“Saya pikir tidak adil bagi komunitas pekerja Indonesia diberi label seperti itu,” lanjut Eni.
”Beberapa wanita ini dipikat oleh pacar ‘jihadis’ yang mereka temui secara online,” kata analis IPAC, Nava Nuraniyah, dalam laporannya hari Rabu. ”Tapi beberapa bergabung dengan ISIS.”
Banyak TKW Indonesia di Hong Kong bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Menurut laporan IPAC, kondisi kerja bukanlah faktor rekrutmen mereka oleh kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Tetapi, beberapa faktor memang berperan dalam radikalisasi mereka, termasuk krisis identitas di lingkungan baru, peran ulama berpaham ekstrem, masalah pribadi dan konflik di Suriah.
Lembaga yang berbasis di Jakarta itu dalam laporannya meminta pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dengan agen perekrutan TKW untuk memastikan bahwa mereka tidak tertarik ke jaringan ekstremis.
Sementara itu, Ketua Aliansi Buruh Migran Internasional di Hong Kong, Eni Lestari, menyangkal laporan bahwa puluhan TKW Indonesia rentan terjerat kelompok ISIS.
Menurutnya, meskipun ancaman ekstremisme selalu ada, namun dia tidak mengetahui jika ada TKW Indonesia di Hong Kong yang terlibat kelompok ekstremis.
”Kami orang Muslim dan kami menyelenggarakan banyak kegiatan keagamaan. Kami tidak melakukan radikalisasi,” katanya yang dikutip dari AFP, Kamis (27/7/2017).
“Saya pikir tidak adil bagi komunitas pekerja Indonesia diberi label seperti itu,” lanjut Eni.
(mas)