Pasukan Jenderal Haftar di Libya Eksekusi Mati 20 Anggota ISIS
A
A
A
SIRTE - Pasukan Jenderal Khalifa Haftar di Libya mengeksekusi mati 20 anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Video eksekusi itu telah diunggah secara online, kemarin.
Dalam video yang disebarkan, Mahmoud al-Werfalli—pemimpin senior pasukan Haftar—terlihat membaca dakwaan dan melakukan ikut eksekusi. Eksekusi, seperti dilaporkan Al Jazeera, diyakini terjadi pada 17 Juli 2017. Belum jelas tuduhan apa yang membuat 20 anggota ISIS itu dieksekusi.
Pada tanggal 18 Juli 2017, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal Haftar yang menguasai bagian timur Libya untuk menyelidiki eksekusi para tahanan tersebut.
Laporan eksekusi itu muncul saat para pemimpin faksi-faksi yang bersaing Libya berencana bertemu di Paris pada hari Selasa (25/7/2017) besok, untuk membahas kesepakatan guna mengakhiri krisis politik.
Perundingan antara kubu Perdana Menteri Fayez al-Serraj, pemimpin Libya yang didukung PBB dengan kubu Haftar ditujukan untuk menstabilkan negara penghasil minyak tersebut.
Negara itu telah terperosok dalam kekacauan dan pertempuran berdarah sejak pemberontak bersama NATO menggulingkan pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada 2011.
Kubu Jenderal Haftar yang menguasai wilayah Libya timur dan didukung Uni Emirat Arab dan Mesir tidak bersedia mengakui legitimasi pemerintah Libya yang didukung PBB.
Kedua rival tersebut pernah mengadakan pembicaraan di Abu Dhabi pada bulan Mei, yang merupakan pembicaraan pertama dalam lebih dari satu setengah tahun terakhir.
Dalam video yang disebarkan, Mahmoud al-Werfalli—pemimpin senior pasukan Haftar—terlihat membaca dakwaan dan melakukan ikut eksekusi. Eksekusi, seperti dilaporkan Al Jazeera, diyakini terjadi pada 17 Juli 2017. Belum jelas tuduhan apa yang membuat 20 anggota ISIS itu dieksekusi.
Pada tanggal 18 Juli 2017, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal Haftar yang menguasai bagian timur Libya untuk menyelidiki eksekusi para tahanan tersebut.
Laporan eksekusi itu muncul saat para pemimpin faksi-faksi yang bersaing Libya berencana bertemu di Paris pada hari Selasa (25/7/2017) besok, untuk membahas kesepakatan guna mengakhiri krisis politik.
Perundingan antara kubu Perdana Menteri Fayez al-Serraj, pemimpin Libya yang didukung PBB dengan kubu Haftar ditujukan untuk menstabilkan negara penghasil minyak tersebut.
Negara itu telah terperosok dalam kekacauan dan pertempuran berdarah sejak pemberontak bersama NATO menggulingkan pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada 2011.
Kubu Jenderal Haftar yang menguasai wilayah Libya timur dan didukung Uni Emirat Arab dan Mesir tidak bersedia mengakui legitimasi pemerintah Libya yang didukung PBB.
Kedua rival tersebut pernah mengadakan pembicaraan di Abu Dhabi pada bulan Mei, yang merupakan pembicaraan pertama dalam lebih dari satu setengah tahun terakhir.
(mas)