Duterte pada Teroris: Saya Bisa Sangat Kasar pada Anda!
A
A
A
MOSKOW - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menegaskan, jika dibutuhkan ia bisa melakukan tindakan yang sangat kasar kepada anggota teroris. Pernyataan ini dilontarkan tidak lama setelah Duterte mengumumkan darurat militer di Mindanao.
Berbicara saat melakukan kunjungan kerja di Moskow, Duterte mengatakan warga Filipina, khususnya yang berada di Minndao untuk tenang. Dia mengaku akan membereskan masalah dengan kelompok teroris begitu ia kembali ke Manila.
"Bagi orang-orang sebangsaku yang telah mengalami keadaan darurat militer, tidak akan berbeda dengan apa yang Presiden Marcos lakukan, saya akan bersikap kasar," kata Duterte, seperti dilansir Reuters pada Rabu (24/5).
"Jika butuh waktu setahun untuk melakukannya maka kita akan melakukannya. Namun, jika selesai dengan sebulan, maka saya akan bahagia, untuk orang-orang sebangsaku, jangan terlalu takut, saya akan pulang. Saya akan membereskan masalah ini begitu saya tiba di Manila," sambungnya.
Filipina menempuh satu dekade masa darurat militer di bawah pendahulunya Ferdinand Marcos dari awal 1970an, dan kenangan akan kampanye untuk memulihkan demokrasi dan melindungi hak asasi manusia masih segar di benak banyak orang di Filipina.
Pengumuman akan adanya darurat militer ini sendiri datang setelah adanya pertempuran besar-besaran antara tentara Filipina dan kelompok milisi Abu Sayyaf, kemarin.
Berbicara saat melakukan kunjungan kerja di Moskow, Duterte mengatakan warga Filipina, khususnya yang berada di Minndao untuk tenang. Dia mengaku akan membereskan masalah dengan kelompok teroris begitu ia kembali ke Manila.
"Bagi orang-orang sebangsaku yang telah mengalami keadaan darurat militer, tidak akan berbeda dengan apa yang Presiden Marcos lakukan, saya akan bersikap kasar," kata Duterte, seperti dilansir Reuters pada Rabu (24/5).
"Jika butuh waktu setahun untuk melakukannya maka kita akan melakukannya. Namun, jika selesai dengan sebulan, maka saya akan bahagia, untuk orang-orang sebangsaku, jangan terlalu takut, saya akan pulang. Saya akan membereskan masalah ini begitu saya tiba di Manila," sambungnya.
Filipina menempuh satu dekade masa darurat militer di bawah pendahulunya Ferdinand Marcos dari awal 1970an, dan kenangan akan kampanye untuk memulihkan demokrasi dan melindungi hak asasi manusia masih segar di benak banyak orang di Filipina.
Pengumuman akan adanya darurat militer ini sendiri datang setelah adanya pertempuran besar-besaran antara tentara Filipina dan kelompok milisi Abu Sayyaf, kemarin.
(esn)