Pemimpin ISIS Afghanistan Tewas Diserbu 50 Pasukan Khusus AS
A
A
A
KABUL - Pemimpin Islamic State (ISIS) di Afghanistan, Abdul Hasib, tewas setelah markasnya diserbu 50 pasukan khusus Amerika Serikat (AS) dan 40 tentara Afghanistan. Kematian Hasib telah dikonfirmasi pemerintah Afghanistan, Senin (8/5/2017).
Hasib tewas dalam sebuah serangan pada Kamis dini hari lalu di wilayah Provinsi Nangarhar.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dalam sebuah pernyataan membenarkan kematian Hasib menyusul spekulasi bahwa bos ISIS itu telah dibawa keluar dalam operasi militer.
Hasib diangkat jadi pemimpin ISIS di negara itu pada tahun lalu menyusul kematian pendahulunya, Hafiz Saeed, akibat serangan drone AS.
Dia diyakini telah memerintahkan serangkaian serangan tingkat tinggi termasuk serangan pada bulan Maret di rumah sakit militer di Kabul. Serangan saat itu dilakukan sekelompok militan yang menyamar sebagai dokter.
Pasukan gabungan AS-Afghanistan dalam sebuah pernyataan setelah operasi tersebut mengatakan bahwa tentara telah terlibat dalam baku tembak selama tiga jam.
“Dalam beberapa menit pendaratan, pasukan gabungan kami berada di bawah tembakan yang intens dari berbagai arah dan dalam posisi pertempuran yang dipersiapkan dengan baik,” bunyi pernyataan itu.
”Namun, pasukan kami berhasil menagatasi musuh, membunuh beberapa pemimpin senior ISIS dan lebih dari 35 milisi,” lanjut pernyataan pasukan gabungan, seperti dikutip Daily Mirror.
Bulan lalu, seorang juru bicara Pentagon mengatakan bahwa Hasib mungkin telah terbunuh dalam sebuah serangan oleh AS dan pasukan khusus Afghanistan di Nangarhar, di mana dua tentara Rangers AS—Joshua Rodgers dan Cameron Thomas—terbunuh.
Pada tanggal 13 April, pasukan Amerika menjatuhkan salah satu bom non-nuklir terbesar yang dikenal sebagai “Ibu Semua Bom” di Afghanistan. AS mengklaim target megabom itu adalah kompleks terowongan yang digunakan oleh militan ISIS di Distrik Achin, Nangarhar.
Hasib tewas dalam sebuah serangan pada Kamis dini hari lalu di wilayah Provinsi Nangarhar.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dalam sebuah pernyataan membenarkan kematian Hasib menyusul spekulasi bahwa bos ISIS itu telah dibawa keluar dalam operasi militer.
Hasib diangkat jadi pemimpin ISIS di negara itu pada tahun lalu menyusul kematian pendahulunya, Hafiz Saeed, akibat serangan drone AS.
Dia diyakini telah memerintahkan serangkaian serangan tingkat tinggi termasuk serangan pada bulan Maret di rumah sakit militer di Kabul. Serangan saat itu dilakukan sekelompok militan yang menyamar sebagai dokter.
Pasukan gabungan AS-Afghanistan dalam sebuah pernyataan setelah operasi tersebut mengatakan bahwa tentara telah terlibat dalam baku tembak selama tiga jam.
“Dalam beberapa menit pendaratan, pasukan gabungan kami berada di bawah tembakan yang intens dari berbagai arah dan dalam posisi pertempuran yang dipersiapkan dengan baik,” bunyi pernyataan itu.
”Namun, pasukan kami berhasil menagatasi musuh, membunuh beberapa pemimpin senior ISIS dan lebih dari 35 milisi,” lanjut pernyataan pasukan gabungan, seperti dikutip Daily Mirror.
Bulan lalu, seorang juru bicara Pentagon mengatakan bahwa Hasib mungkin telah terbunuh dalam sebuah serangan oleh AS dan pasukan khusus Afghanistan di Nangarhar, di mana dua tentara Rangers AS—Joshua Rodgers dan Cameron Thomas—terbunuh.
Pada tanggal 13 April, pasukan Amerika menjatuhkan salah satu bom non-nuklir terbesar yang dikenal sebagai “Ibu Semua Bom” di Afghanistan. AS mengklaim target megabom itu adalah kompleks terowongan yang digunakan oleh militan ISIS di Distrik Achin, Nangarhar.
(mas)