Keok Telak Le Pen dan Pupusnya Impian Prancis Keluar dari UE
A
A
A
PARIS - Centron Emmanuel Macron, 39, menang telak atas rivalnya Le Pen dalam pemilihan presiden (pilpres) Prancis putaran kedua. Keoknya Le Pen otomatis memupus impiannya untuk membawa Prancis keluar dari Uni Eropa (UE) atau Frexit seperti yang dilakukan Inggris.
Macron, calon presiden (capres) yang maju melalui gerakan En Marche! atau lewat jalur independen mengalahkan Le Pen dengan angka telak, yakni 66,06%-33,94%. Angka itu data terkini pada Senin (8/5/2017) pagi.
Perdana Menteri Prancis Bernard Cazeneuve menyatakan Macron sebagai pemenang pilpres. Pemilu pada hari Minggu kemarin merupakan yang pertama digelar di bawah keadaan darurat yang ditetapkan pemerintah Prancis setelah serangan teroris pada tahun 2015.
”Sebuah halaman baru dari sejarah panjang kami buka malam ini, saya ingin harapan dan kepercayaan diri dapat ditemukan lagi malam ini,” kata Macron kepada AFP, setelah proyeksi pertama kemenangannya diumumkan.
Baca Juga: Macron, Presiden Termuda Prancis dan 6 Fakta Mengejutkan
Sementara itu, Marine Le Pen dari Front Nationale, partai sayap kanan, mengucapkan memberi selamat kepada Macron atas kemenangannya. ”Prancis memilih kontinuitas dan saya menelepon Monsieur Macron Macron untuk mengucapkan selamat,” katanya.
Le Pen selama kampanye telah berjanji untuk menarik Prancis dari Uni Eropa (Frexit atau Prancis Exit) seperti yang dilakukan Inggris pada 2016 dengan gerakan Brexit (British Exit).
”Orang Prancis telah kehilangan patriotisme mereka,” kata Le Pen dalam sebuah pidato yang dikutip The Guardian. ”Mereka menderita dalam diam karena tidak diizinkan untuk mencintai negara mereka. Perpecahan tidak lagi antara kiri dan kanan, tapi antara patriot dan globalis.”
Sedangkan Macron dikenal sebagai politisi pro Uni Eropa. Dia mengatakan, bahwa dia ingin membuat beberapa perubahan sehingga Uni Eropa dapat dibuat lebih kuat.
”Saya mengusulkan untuk mengembalikan kredibilitas Prancis di mata Jerman, untuk meyakinkan Berlin dalam enam bulan ke depan untuk mengadopsi kebijakan investasi yang aktif dan bergerak menuju solidaritas yang lebih besar di Eropa,” kata Macron.
Macron, calon presiden (capres) yang maju melalui gerakan En Marche! atau lewat jalur independen mengalahkan Le Pen dengan angka telak, yakni 66,06%-33,94%. Angka itu data terkini pada Senin (8/5/2017) pagi.
Perdana Menteri Prancis Bernard Cazeneuve menyatakan Macron sebagai pemenang pilpres. Pemilu pada hari Minggu kemarin merupakan yang pertama digelar di bawah keadaan darurat yang ditetapkan pemerintah Prancis setelah serangan teroris pada tahun 2015.
”Sebuah halaman baru dari sejarah panjang kami buka malam ini, saya ingin harapan dan kepercayaan diri dapat ditemukan lagi malam ini,” kata Macron kepada AFP, setelah proyeksi pertama kemenangannya diumumkan.
Baca Juga: Macron, Presiden Termuda Prancis dan 6 Fakta Mengejutkan
Sementara itu, Marine Le Pen dari Front Nationale, partai sayap kanan, mengucapkan memberi selamat kepada Macron atas kemenangannya. ”Prancis memilih kontinuitas dan saya menelepon Monsieur Macron Macron untuk mengucapkan selamat,” katanya.
Le Pen selama kampanye telah berjanji untuk menarik Prancis dari Uni Eropa (Frexit atau Prancis Exit) seperti yang dilakukan Inggris pada 2016 dengan gerakan Brexit (British Exit).
”Orang Prancis telah kehilangan patriotisme mereka,” kata Le Pen dalam sebuah pidato yang dikutip The Guardian. ”Mereka menderita dalam diam karena tidak diizinkan untuk mencintai negara mereka. Perpecahan tidak lagi antara kiri dan kanan, tapi antara patriot dan globalis.”
Sedangkan Macron dikenal sebagai politisi pro Uni Eropa. Dia mengatakan, bahwa dia ingin membuat beberapa perubahan sehingga Uni Eropa dapat dibuat lebih kuat.
”Saya mengusulkan untuk mengembalikan kredibilitas Prancis di mata Jerman, untuk meyakinkan Berlin dalam enam bulan ke depan untuk mengadopsi kebijakan investasi yang aktif dan bergerak menuju solidaritas yang lebih besar di Eropa,” kata Macron.
(mas)