Rusia Sebut Situasi di Zona Aman Suriah Stabil
A
A
A
MOSKOW - Situasi di wilayah Suriah, di mana memorandum tentang pembentukan zona aman mulai berlaku, tetap stabil. Demikian pernyataan pusat rekonsiliasi Suriah di Rusia.
"Semua pihak yang bertentangan di Suriah menilai daerah di mana memorandum tentang zona aman berlaku relatif stabil," kata pusat rekonsiliasi Rusia dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Sputniknews, Minggu (7/5/2017).
Pada hari Kamis, Rusia, Turki dan Iran menandatangani memorandum tentang pembentukan empat zona aman di negara Arab tersebut sebagai bagian dari perundingan Astana mengenai pemukiman Suriah. Menurut memorandum tersebut, tidak ada bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata yang harus dilakukan di zona itu mulai dari tanggal 6 Mei.
Rusia, Turki dan Iran adalah penjamin rezim gencatan senjata Suriah yang mulai berlaku pada tanggal 30 Desember 2016 lalu.
Perang saudara di Suriah telah berkecamuk selama enam tahun, dengan pasukan pemerintah berjuang melawan kedua kelompok oposisi Suriah yang berusaha untuk menggulingkan Presiden Bashar Assad. Konflik semakin kompleks dengan munculnya kelompok ekstrimis dan teroris seperti Daesh (sebutan ISIS dalam bahasa Arab) dan Jabhat Fatah al-Sham, yang sebelumnya adalah Front al-Nusra kelompok afiliasi al-Qaeda.
Kota Astana telah mengadakan empat putaran negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi bersenjata untuk menyelesaikan konflik di negara Timur Tengah. Putaran terakhir berlangsung pada 3-4 Mei lalu.
Putaran bulan Mei dari perundingan Astana menghasilkan sebuah memorandum yang bertujuan untuk menciptakan empat zona aman di Suriah. Zona ini mencakup provinsi Idlib dan tujuh wilayah lainnya.
"Semua pihak yang bertentangan di Suriah menilai daerah di mana memorandum tentang zona aman berlaku relatif stabil," kata pusat rekonsiliasi Rusia dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Sputniknews, Minggu (7/5/2017).
Pada hari Kamis, Rusia, Turki dan Iran menandatangani memorandum tentang pembentukan empat zona aman di negara Arab tersebut sebagai bagian dari perundingan Astana mengenai pemukiman Suriah. Menurut memorandum tersebut, tidak ada bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata yang harus dilakukan di zona itu mulai dari tanggal 6 Mei.
Rusia, Turki dan Iran adalah penjamin rezim gencatan senjata Suriah yang mulai berlaku pada tanggal 30 Desember 2016 lalu.
Perang saudara di Suriah telah berkecamuk selama enam tahun, dengan pasukan pemerintah berjuang melawan kedua kelompok oposisi Suriah yang berusaha untuk menggulingkan Presiden Bashar Assad. Konflik semakin kompleks dengan munculnya kelompok ekstrimis dan teroris seperti Daesh (sebutan ISIS dalam bahasa Arab) dan Jabhat Fatah al-Sham, yang sebelumnya adalah Front al-Nusra kelompok afiliasi al-Qaeda.
Kota Astana telah mengadakan empat putaran negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi bersenjata untuk menyelesaikan konflik di negara Timur Tengah. Putaran terakhir berlangsung pada 3-4 Mei lalu.
Putaran bulan Mei dari perundingan Astana menghasilkan sebuah memorandum yang bertujuan untuk menciptakan empat zona aman di Suriah. Zona ini mencakup provinsi Idlib dan tujuh wilayah lainnya.
(ian)