Pejuang Suriah Tolak Usulan Zona Aman Rusia
A
A
A
ASTANA - Kelompok oposisi bersenjata Suriah menolak rencana Rusia untuk menciptakan zona aman. Rencana itu dianggap sebagai sebuah ancaman terhadap integritas teritorial negara tersebut. Pihak oposisi juga mengatakan tidak akan mengakui Iran sebagai penjamin rencana gencatan senjata apa pun.
"Kami ingin Suriah menjaga integritasnya," kata delegasi oposisi Osama Abu Zaid setelah Rusia, Turki dan Iran menandatangani sebuah memorandum untuk menciptakan zona yang aman. Ketiga negara tersebut mensponsori pembicaraan di ibukota Kazakhstan, Astana, yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran Suriah.
Baca Juga: Rusia-Turki Sepakat Ciptakan Zona Aman di Suriah
"Kami menentang pembagian Suriah. Mengenai kesepakatan tersebut, kami bukan merupakan pihak dalam kesepakatan itu dan tentu saja kami tidak akan pernah mendukungnya selama Iran disebut sebagai negara penjamin," kata Abu Zaid seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/5/2017).
Dia juga menyebutkan apa yang dia sebut "celah besar" antara janji-janji Rusia. Rusia turun tangan secara militer pada tahun 2015 membela Presiden Suriah Bashar al-Assad dan memberinya kendali atas konflik tersebut.
"Kita sudah memiliki kesepakatan di tangan kita, kenapa tidak diimplementasikan? Mengapa kita sekarang melompat ke zona aman?" katanya, mengacu pada kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan oleh Rusia pada bulan Desember yang sebagian besar diabaikan di lapangan.
"Rusia tidak dapat atau tidak ingin menerapkan janji yang dibuatnya, dan ini adalah masalah mendasar," terangnya.
"Kami ingin Suriah menjaga integritasnya," kata delegasi oposisi Osama Abu Zaid setelah Rusia, Turki dan Iran menandatangani sebuah memorandum untuk menciptakan zona yang aman. Ketiga negara tersebut mensponsori pembicaraan di ibukota Kazakhstan, Astana, yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran Suriah.
Baca Juga: Rusia-Turki Sepakat Ciptakan Zona Aman di Suriah
"Kami menentang pembagian Suriah. Mengenai kesepakatan tersebut, kami bukan merupakan pihak dalam kesepakatan itu dan tentu saja kami tidak akan pernah mendukungnya selama Iran disebut sebagai negara penjamin," kata Abu Zaid seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/5/2017).
Dia juga menyebutkan apa yang dia sebut "celah besar" antara janji-janji Rusia. Rusia turun tangan secara militer pada tahun 2015 membela Presiden Suriah Bashar al-Assad dan memberinya kendali atas konflik tersebut.
"Kita sudah memiliki kesepakatan di tangan kita, kenapa tidak diimplementasikan? Mengapa kita sekarang melompat ke zona aman?" katanya, mengacu pada kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan oleh Rusia pada bulan Desember yang sebagian besar diabaikan di lapangan.
"Rusia tidak dapat atau tidak ingin menerapkan janji yang dibuatnya, dan ini adalah masalah mendasar," terangnya.
(ian)