Picu Bencana, Rusia Tentang Opsi Militer Terhadap Korut
A
A
A
NEW YORK - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Gennady Gatilov, mengatakan bahwa penggunaan kekerasan terhadap Korea Utara sama sekali tidak dapat diterima. Penggunaan kekerasan juga bisa menyebabkan bencana.
Dalam sebuah debat di Dewan Keamanan PBB, Gatilov juga meminta Korut untuk menghentikan program pengembangan nuklir dan rudal yang dilarang.
Rusia menegaskan bahwa perang retorika terhadap Korut telah membuat dunia khawatir akan pecahnya perang nuklir.
"Retorika yang agresif ditambah dengan lenturnya otot yang sembrono telah menyebabkan situasi di mana seluruh dunia sekarang bertanya-tanya cukup serius apakah akan ada perang atau tidak," kata Gatilov.
"Langkah yang dipikirkan atau disalahartikan dengan buruk bisa menyebabkan konsekuensi yang paling menakutkan dan menyedihkan," imbuhnya seperti dikutip dari Mirror, Jumat (28/4/2017).
Gatilov juga meminta Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk meninjau penyebaran sistem anti-rudalnya. Dia mendesak negara-negara lain untuk menahan godaan untuk terlibat dalam usaha yang tidak stabil tersebut.
Komentar Gatilov muncul setelah ketegangan di Semenanjung Korea hampir mencapai titik didih saat Amerika Serikat (AS) merasa tidak nyaman dengan program nuklir dan rudal Kim Jong-un.
Presiden AS Donald Trump mengakui bahwa sebuah perang besar dengan Korut bisa saja terjadi. Meski begitu, Trump masih berharap akan ada solusi diplomatik atas krisis di Semenanjung Korea.
AS dan Korut terlibat perang retorika yang dipicu oleh tes rudal dan kekhawatiran akan ada uji coba nuklir keenam. Korut berulang kali mengatakan akan menyerang AS dengan rudal nuklir. AS pun menanggapinya dengan mengirimkan armada kapal perang ke Semenanjung Korea dan menyatakan telah menyiapkan semua opsi, termasuk opsi militer, terhadap Korut.
Dalam sebuah debat di Dewan Keamanan PBB, Gatilov juga meminta Korut untuk menghentikan program pengembangan nuklir dan rudal yang dilarang.
Rusia menegaskan bahwa perang retorika terhadap Korut telah membuat dunia khawatir akan pecahnya perang nuklir.
"Retorika yang agresif ditambah dengan lenturnya otot yang sembrono telah menyebabkan situasi di mana seluruh dunia sekarang bertanya-tanya cukup serius apakah akan ada perang atau tidak," kata Gatilov.
"Langkah yang dipikirkan atau disalahartikan dengan buruk bisa menyebabkan konsekuensi yang paling menakutkan dan menyedihkan," imbuhnya seperti dikutip dari Mirror, Jumat (28/4/2017).
Gatilov juga meminta Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk meninjau penyebaran sistem anti-rudalnya. Dia mendesak negara-negara lain untuk menahan godaan untuk terlibat dalam usaha yang tidak stabil tersebut.
Komentar Gatilov muncul setelah ketegangan di Semenanjung Korea hampir mencapai titik didih saat Amerika Serikat (AS) merasa tidak nyaman dengan program nuklir dan rudal Kim Jong-un.
Presiden AS Donald Trump mengakui bahwa sebuah perang besar dengan Korut bisa saja terjadi. Meski begitu, Trump masih berharap akan ada solusi diplomatik atas krisis di Semenanjung Korea.
AS dan Korut terlibat perang retorika yang dipicu oleh tes rudal dan kekhawatiran akan ada uji coba nuklir keenam. Korut berulang kali mengatakan akan menyerang AS dengan rudal nuklir. AS pun menanggapinya dengan mengirimkan armada kapal perang ke Semenanjung Korea dan menyatakan telah menyiapkan semua opsi, termasuk opsi militer, terhadap Korut.
(ian)